yang  tidak  sama  dengan  kebudayaan  daerah  siswa  di  kelas pembelajaran, agar pelakonan siswa lebih bersifat alamiah.
21
Selain  itu,  pendidikan  multikultural  dapat  juga  memanfaatkan berbagai  produk  teknologi  pendidikan  sebagai  media.  Teknologi
pendidikan  dikembangkan  berdasarkan  pada  sejumlah  asumsi,  di antaranya  “pendidikan  dapat  berlangsung  secara  efektif,  baik  di
dalam  kelompok  yang  homogen,  heterogen,  maupun  perseorangan individualized”,  dan  “belajar  dapat  diperoleh  dari  siapa  dan  apa
saja,  baik  yang  disengaja  dirancang  maupun  yang  diambil manfaatnya”.
22
Dari  uraian  di  atas  tampak  bahwa  teknologi  pendidikan  dapat menjadi  sarana  untuk  mendorong  terjadinya  proses  pendidikan
multikultural  yang  berlangsung  di  Indonesia.  Teknologi  pendidikan dengan  berbagai  inovasinya  akan  dapat  melayani  pendidikan  bagi
semua education for all, tanpa harus terganggu oleh perbedaan latar belakang budaya masyarakat Indonesia yang sangat beragam.
23
B. Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural
Sebelum  membahas  tentang  pengertian  pendidikan  agama  Islam,  perlu kiranya  untuk  mengetahui  pengertian  multikultural,  pendidikan  multikultural,
pendidikan  agama  Islam    sebagai  titik  tolak  untuk  mendapatkan  pengertian pendidikan agama Islam berwawasan multikultural.
1. Pengertian Multikuturalisme
21
Enndha, http:enndha,wordpress.com20090731pembelajaran-multikultural-multicultural-
education . diakses pada 30 November 2009
22
Ngaiman Naim  Achmad Saoqi, Op. Cit., h. 37
23
Khairudin, Kontribusi Teknologi Pendidikan dalam Membangun Pendidikan Multikultural. www.IlmuPendidikan
. Diakses pada 20 februari 2015
Kata  culture, artinya sama dengan “kebudayaan” berasal dari kata Latin
colere yang berarti “mengelola atau mengerjakan” terutama mengelola tanah
atau bertani.  Dari arti ini berkembang arti  culture sebagai  segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan merubah alam.
24
Sedangkan  kata  budaya  berasal  dari  kata  Sansekerta  buddhayah,  yaitu bentuk  jama’  dari  “budi”  atau  “akal”.  Dengan  demikian  kebudayaan  dapat
diartikan :  “Hal-hal  yang  bersangkutan  dengan  akal”.  Ada  sarjana  lain  yang
mengupas kata budaya sebagai suatu perkembangan dari majemuk budi-daya, yang berarti “daya dari budi” karena itu mereka membedakan “budaya” dari
“kebudayaan”.  Demikianlah  “budaya”  adalah  “daya  dari  budi”  yang  berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan “kebudayaan” adalah hasil dari cipta. Karsa
dan rasa itu.
25
Menurut  Ki  Hadjar  Dewantara
26
kebudayaan  berarti  buah  budi  manusia yang  merupakan  hasil  perjuangan  manusia  terhadap  dua  pengaruh  yang  kuat
yaitu  alam  dan  zaman  kodrat  dan  masyarakat.  Sedangkan  kebudayaan merupakan  suatu  proses  pemanusiaan  artinya  di  dalam  kehidupan  berbudaya
terjadi  perubahan,  perkembangan,  motivasi.  Di  dalam  proses  pemanusiaan tersebut yang penting bukan hanya prosedur dan teknologi, tetapi juga jangan
dilupakan  isi  atau  materi  dari  perubahan  dan  perkembangan.  Setiap  proses pemanusiaan  selalu  didasarkan  kepada  suatu  visi  mengenai  tujuan  proses
tersebut.  Proses  pemanusiaan  diarahkan  kepada  apa  yang  pantas  diinginkan, apa  yang  pantas  dilaksanakan.  Sikap  tersebut  akan  berlawanan  dengan  sikap
fanatisme  dan  dogmatisme  yang  tidak  mengakui  adanya  perbedaan  pendapat
24
H.A.R. Tilaar. Kekuasaan dan pendidikan “Suatu tinjauan dari perspektif  studi kultural “
Indonesiatera,  Magelang,  2003,  hal.167.
25
Ainurrofiq Dawam, Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Inspeal, 2006, h. 60.
26
H.A.R.  Tilaar,  Pendidikan  Kebudayaan  dan  Masyarakat  Madani  Indonesia,  Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999,  h. 41.
dan  usaha  untuk  mencari  kesepakatan.  Hidup  demokrasi  adalah  hidup  yang diarahkan kepada suatu yang diinginkan.
27
Istilah  multikultural  sebenarnya  merupakan  kata  dasar  yang  mendapat awalan. Kata dasar itu adalah kultur yang berarti kebudayaan, kesopanan, atau
pemeliharaan. Sedangkan awalannya adalah multi yang berarti banyak, ragam, atau  aneka.  Dengan  demikian  multikultural  berarti  keragaman  kebudayaan,
aneka  kesopanan  atau  banyak  pemeliharaan.  Namun  dalam  tulisan  ini  lebih diartikan  sebagai  keragaman  budaya  sebagai  keragaman  latar  belakang
seseorang.
28
Menurut  Alo  Liliweri,  multikulturalisme  merupakan  suatu  paham  atau situasi-situasi  masyarakat  yang  tersusun  dari  banyak  kebudayaan.
Multikulturalisme  merupakan  perasaan  nyaman  yang  dibentuk  manusia berpengetahuan.  Pengetahuan  dibangun  oleh  keterampilan  yang  mendukung
suatu proses komunikasi yang efektif, dari setiap orang dari sikap kebudayaan yang  ditemui  alam  setiap  situasi  yang  melibatkan  sekelompok  orang  yang
berbeda  latar  belakangnya.  Rasa  aman  yang  diciptakan  adalah  suatu  suasana tanpa  kecemasan,  tanpa  mekanisme  pertahanan  diri  dalam  pengalaman  dan
perjumpaan lintas budaya.
29
Multikultural seringkali diartikan sebagai pengakuan terhadap kelompok- kelompok kecil untuk menjalankan kehidupannya, baik yang berkaitan dengan
urusan  publik  maupun  privat.  Secara  etimologis,  multikulturalisme sesungguhnya berumur lama. Istilah multikulturalisme marak digunakan pada
tahun  1950-an  di  Kanada.  Menurut  Longer    Oxford  Dictionary  istilah “multicultural”.  Kamus  ini  menyitir  kalimat  dari  surat  kabar  Kanada,
27
Zamroni,  A.  Pendidikan  Kecakapan  Hidup  dan  Kesadaran  Budaya,  Jakarta:  MPA, 2006 h. 36
28
Ainurrofiq Dawam., Op. Cit., h. 72.
29
Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi antar Budaya, Yogyakarta: LKiS, 2003,  h. 16.
Montreal  Times  yang  menggambarkan  masyarakat  Montreal  sebagai masyarakat “multi-kultural dan multi-lingual”.
30
2. Pengertian Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural adalah pendidikan nilai yang harus ditanamkan pada  siswa  sebagai  calon  warga  negara,  agar  memiliki  persepsi  dan  sikap
multikulturalistik,  bisa  hidup  berdampingan  dalam  keragaman  watak  kultur, agama dan bahasa, menghormati hak setiap warga negara tanpa membedakan
etnis mayoritas dan minoritas, dan dapat membangun bersama-sama kekuatan bangsa sehingga diperhitungkan dalam percaturan global dan nation dignity
31
yang kuat. Pendidikan multikultural pada jenjang pendidikan menengah, dapat dilakukan secara komprehensif melalui pendidikan kewargaan dan pendidikan
agama  Islam.  Pendidikan  multikultural  melalui  pendidikan  agama  Islam, dapat dilakukan melalui penambahan atau perluasan kompetensi hasil belajar
dalam  konteks  pembinaan  akhlak  mulia  dengan  memberi  penekanan  pada berbagai kompetensi dasar.
Pendidikan  multikultural  melalui  pendidikan  agama  Islam  juga  harus dilakukan dalam pendekatan deduktif diawali dengan kajian ayat dalam tema-
tema  yang  relevan,  kemudian  dikembangkan  menjadi  norma-norma keagamaan,  baik  norma  hukum  maupun  etik.  Sehingga  dapat  dikembangkan
berbagai kompetensi dasar sebagai berikut:
32
i. Menjadi warga negara yang menerima perbedaan-perbedaan etnis, agama,
bahasa dan budaya dalam struktur masyarakatnya. ii.
Menjadi  warga  negara  yang  bisa  melakukan  kerja  sama  multietnis, multikultur,  dan  multireligi  dalam  konteks  pengembangan  ekonomi  dan
kekuatan bangsa.
30
Majalah Inovasi, Kurikulum Berbasis Multikulturalisme, Jakarta: 2003, edisi 4, h. 14.
31
Nation Dignity  ialah  harkat dan martabat sebuah Bangsa
32
Ibid., h. 100.
iii. Menjadi warga negara yang mampu menghormati hak-hak individu warga
negara  tanpa  membedakan  latar  belakang  etnis,  agama,  bahasa  dan budaya  dalam  semua  sektor  sosial,  pendidikan,  ekonomi,  politik,  dan
lainnya,  bahkan  untuk  memelihara  bahasa  dan  mengembangkan  budaya mereka.
iv. Menjadi warga negara yang memberi peluang pada semua warga negara
untuk  terwakili  gagasan  dan  aspirasinya  dalam  lembaga-lembaga pemerintahan, baik legislatif maupun eksekutif.
v. Menjadi  warga  negara  yang  mampu  mengembangkan  sikap  adil  dan
mengembangkan  rasa  keadilan  terhadap  semua  warga  negara  tanpa membedakan latar belakang etnis, agama, bahasa dan budaya mereka.
Menurut  seorang  pakar  pendidikan  dari  Barat,  Prudence  Crandall sebagaimana  dikutip  Ainurrofig  Dawam,  pendidikan  multikultural  secara
epistemologis  terdiri  atas  dua  terma,  yaitu  pendidikan  dan  multikultural. Pendidikan dapat diartikan sebagai proses pengembangan sikap dan tata laku
seseorang  atau  sekelompok  orang  dalam  usaha  mendewasakan  manusia melalui  pengajaran,  pelatihan,  proses,  perbuatan,  dan  cara-cara  yang
mendidik.  Sedangkan  istilah  multikultural  bera sal  dari  kata  dasar  “kultur”
yang  berarti  kebudayaan,  kesopanan,  atau  pemeliharaan  yang  mendapat awalan “multi” yang berarti banyak, ragam, atau aneka.
Secara terminologis,
pendidikan multikultural
berarti proses
pengembangan  seluruh  potensi  manusia  yang  menghargai  pluralitas  dan heterogenitas sebagai konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku, dan aliran
agama.
33
Pengertian  pendidikan  multikultural  yang  demikian  tentu mempunyai implikasi yang sangat luas dalam pendidikan. Karena pendidikan
33
Ibid, h. 105