atau sekolah yang berlatar belakang semua budaya, bangsa dan agama yang semuanya ini menjadi satu berbaur dalam mobilitas kegiatan
sekolah. Meski Sekolah Mentari berlatar belakang multikultural, agama Islam tetap menjadi agama mayoritas di Sekolah Mentari. Sesuai dengan
penelitian saya tentang peran guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Mentari ini, lalu saya dapatkan informasi bahwa keadaan agama Islam di
Sekolah Mentari memiliki ideologi Islam yang liberal atau ideologi keislaman siswa yang dibebaskan seperti dalam hal kebebasan berpikir
yang tidak dibatasi oleh Agama Islam itu sendiri, hal ini terjadi akibatdipengaruhi oleh pendidikan keagamaan dari orang tua siswa sedari
awal tumbuh jiwa keagamaannya. Hal di atas berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Kepala SMP
Mentari, Bapak Aluysius Songki, yang menyatakan : “Sekolah Mentari ini dibangun atas dasar kemajemukan dan ke-
multikultural-an atau berlandaskan standar internasional yang mana segala kultur yang ada di dunia. Jadi semua orang berlatarbelakang
apapun bisa bersekolah di Mentari ini, baik dia bangsa apa ataupun Agama apapun. Karena anda meneliti Agama Islam para siswa
disekolah ini, jadi saya berikan informasi bahwa semua siswa Muslim yang bersekolah di Mentari ini menganut Islam yang liberal, dimana
semua siswa dibebaskan dalam menjalankan keislamannya tidak dituntut untuk menerapkan pemahaman keislaman yang lebih
spesifik, dan semua siswa Muslim disini dituntut untuk menyerap nilai dan budi pekerti yang diajarkan Islam tersebut. Selain dari itu
siswa tidak dituntut. Hal ini karena siswa-siswi muslim disini sudah terbentuk ideologinya dari lingkungan keluarga yang notabene
berideologi keislaman yang liberal yang pada akhirnya terbentuk menjadi pemahaman keagamaan siswa dan siswi
”.
10
Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa ideologi siswa Muslim di Sekolah Mentari teridentifikasi sebagai keislaman yang
10
Wawancara Peneliti dengan Kepala Sekolah Bapak Aluysius Songki, Pada Hari Jumat Tanggal 20 Februari 2015, Pukul 10.00 WIB
liberal yang mana seluruh siswa Muslim hanya ditekankan pengetahuan tentang agama yang bebas liberal dalam berpikir, tanpa batasan apa yang
dibatasi dari ajaran Islam itu sendiri atau berfikir secara rasional dan sekolah juga menekankan siswa
pada “nilai dan budi pekerti” yang diuraikan dari ajaran Islam.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan salah satu siswa yang beragama Islam, yaitu Irvan Naufal, yang menyatakan:
“Iya saya salah satu siswa muslim disini ka, saya sekolah disini sudah 2 tahun bersekolah di Mentari ini, saya dimasukan kesini oleh ayah
saya, saya merasakan pertemanan yang sangat nyaman disini kak, meski banyak dari teman saya yang memiliki keyakinan non-muslim
kami selalu kompak tanpa ada prilaku diskriminasi atau dibedakan perlakuannya, teman sekelas saya juga banyak yang taat pada
agamanya masing-masing akan tetapi mereka selalu menjaga sikap dan saling menghargai saya dan teman saya yang muslim dan saya
rasa kita jarang membahas masalah keagaaan kita pak kita selalu membahas tentang ilmu eksak atau ilmu pasti dan teknologi yang kita
pelajari di sekolah setiap harinya.
”
11
Dari wawancara siswa di atas dapat disimpulkan bahwa Sekolah Mentari tidak menekankan prestasi siswa di bidang keagamaan. Dan jika
di kaitkan dengan wacana kepala Sekolah bahwa Sekolah Mentari liberal dalam keagamaan dibenarkan karena siswa sendiri tidak terlalu menuntut
dan menekuni pengetahuan keagamaan melainkan siswa ditekankan dalam bidang eksak atau ilmu pasti dan pengetahuan teknologi serta pengethuan
sains. Hal ini juga karena minat dan bakat siswa di Sekolah Mentari yang memang sudah terlihat pada bidang tersebut.
11
Wawancara Peneliti dengan Siswa yang Bernama Irvan Naufal, Pada Hari Jumat Tanggal 20 Februari 2015, Pukul 12.30 WIB
2. Peran Guru Agama Islam diSekolah Multikultural SMP Mentari
International School
Guru mempunyai peran penting dalam pendidikan multikultural karena dia merupakan salah satu target dari strategi pendidikan. Terutama guru PAI
yang dituntut mampu untuk mengajarkan dan mengimplementasikan nilai- nilai keagamanan di sekolah. Hal ini berdasarkan wawancara peneliti dengan
kepala sekolah, Bapak Aluysius Songki, yang menyatakan:
“Seorang guru pendidikan agama Islam yang mengajar di sekolah ini harus mempunyai standar yang sudah ditetapkan dari sekolah, misalnya
seperti mempunyai sikap yang harmonis kepada seluruh murid, mempunyai jiwa sosial yang tinggi, dan menguasai ilmu agama Islam.
Selain itu guru PAI juga dituntut penuh untuk menanamkan nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, sehingga murid di sini juga dituntut
untuk menyerap dan mengamalkan nilai yang diajarkan dan saya akui Sekolah Mentari ini tidak menuntut siswa-siswi untuk mengamalkan
Agama Islam secara utuh atau dengan kata lain siswa-siswi di sini memiliki ideologi keislaman yang liberal.
”
12
Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa guru di Sekolah Mentari diharuskan melewati kualifikasi yang ditetapkan kepala sekolah,
seperti memiliki sikap yang harmonis dengan siswa-siswi apapun latar belakangnya, dan memiliki jiwa sosial yang tinggi dengan siapapun di
lingkungan sekolah, dan memiliki pemahaman Agama Islam yang baik. Akan tetapi seperti diketahui hasil penelitian di atas, semua siswa siswi muslim
yang bersekolah di Mentari ini tidak terlalu dituntut untuk menjadi siswa siswi yang beragama Islam secara kaffah atau sempurna, hal ini karena diakui
Kepala Sekolah Mentari Bapak Aluysius Songki yang mengatakan semua siswa siswi muslim di Sekolah Mentari memiliki ideologi keislaman yang
liberal. Hal tersebut juga berdasarkan pengamatan langsung dengan melihat kondisi lingkungan sekolah memang tidak menampilkan pakaian atau aturan
12
Wawancara Peneliti dengan Kepala Sekolah Bapak Aluysius Songki, Pada Hari Jumat Tanggal 20 Februari 2015, Pukul 10.00 WIB
sosial yang tidak sesuai dengan syariat Islam, seperti pergaulan berlainan jenis yang tidak teralalu dibatasi dan siswi yang tidak menutup aurat secara
sempurna. Adapun peran guru Pendidikan Agama Islam di SMP Mentari
International School di antaranya adalah: a.
Peran Guru dalam Merancang Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Peran Guru Agama Islam di Sekolah Mentari tidak bisa dibilang mudah
dikarenakan agama adalah keyakinan manusia yang sangat sensitif apabila terjadi singgungan antara agama satu dengan agama lainnya, hal ini jelas
karena Sekolah Mentari adalah sekolah yang berwawasan multikultural yang tentunya sekolah yang berbasis multi agama. Maka dari itu Guru PAI
sangat diperhitungkan dalam merancang pembelajran di Sekolah Mentari. Hal ini berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Guru PAI, Bapak
Nur Jamil, yang menyatakan: ”Kami selaku guru PAI mempunyai dua rancangan dalam
pembelajaran PAI di sekolah ini.Yang pertama, kami merancang pembelajaran yang berwawasan demokratis dan objektif dalam kelas.
Jadi kami berusaha untuk tidak menyampaikan kata-kata yang menyinggung atau membeda-bedakan siswa-siswi di lingkungan
sekolah Mentari ini, yang tentunya mereka itu memiliki perbedaan keyakinan dalam beragama. Kemudian yang kedua, kami selaku guru
PAI menyusun pembelajaran dengan mengarahkan siswa-siswi untuk membangun kepedulian mereka pada peristiwa atau kejadian tertentu
yang ada kaitannya dengan agama Islam atau mengatasnamakan Islam, seperti halnya bom Bali, teror gedung WTC di Amerika, hingga aksi
terorisme yang terjadi. Nah, kami selaku guru PAI menjelaskan hal tersebut bahwa Islam ini bukanlah agama yang membenarkan
kekerasan dalam suatu masalah, yang justru kami menjelaskan hal tersebut kepada siswa bahwa kekerasan itu malah menambah masalah
dan kami selalu memberikan penjelasan bahwa inti dari ajaran Islam adalah membawa kedamaian dan kesejahteraan untuk semua umat
manusia tanpa membedakan latar belakang agama, karena
sesungguhnya Islam itu adalah “Rahmatan Lil „Alamin”.
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam rancangan pertama, guru di Sekolah Mentari menyelenggarakan proses
pembelajaran yang demokratis dan objektif didalam kelas. Artinya segala tingkah lakunya, baik sikap dan perkataannya, tidak diskriminatif
bersikap adil dan tidak menyinggung anak didik yang berbeda dalam pemahaman keberagamaannya di sekolah, misalnya dari keberagaman
pemeluk Agama lain. Dan kedua, guru P AI di S ekol ah Ment ari juga menyusun
rancangan pembelajaran yang bertujuan mengarahkan anak didik untuk memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kejadian-kejadian tertentu yang
ada hubungannya dengan agama. Sebagaimana hasil wawancara dan pengamatan
yang peneliti
lakukan guru
PAI menunjukkan
keprihatinannya terhadap peristiwa dan perilaku kekerasan yang mengatasnamakan Islam dan Guru PAI di Sekolah Mentari juga
mengajarkan bahwa kekerasan bukanlah tindakan yang benar dalam suatau masalah penyelesaian dan akan menimbulkan masalah baru yang
lebih berat. Guru PAI di Sekolah lebih menekankan bahwa inti ajaran Islam adalah menciptakan kedamaian dan kesejahteraan bagi seluruh umat
manusia. Seperti yang dikaitkan pada kejadian bom bali, Tragedi gedung WTC dan sebagainya.
b. Peran Guru dalam Proses PembelajaranPendidikan Agama Islam
Seperti diketahui bahwa Sekolah Mentari memiliki kurikulum yang berbeda pada sekolah-sekolah pada umumnya. Kurikulum
Sekolah Mentari telah kita ketahui memiliki dua kurikulum yang diintegrasikan yaitu kurikulum yang disusun dari Departemen
Pendidikan Nasional dan kurikulum yang disusun dari luar negeri atau disebut IB International Baccalaurateyang dirancang
lembaga international di Swiss.Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan mengenai proses belajar Sekolah Mentari memiliki
ciri khas dalam proses pembelajarannya khususnya pelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu :
1 Ceramah
Seperti sekolah-sekolah
lainnya, di
Mentari juga
menggunakan ceramah sebagai cara penyampaian materi. Bedanya dengan sekolah-sekolah lain adalah mendengarkan
ceramah guru dengan memodifikasi tempat duduk siswa menjadi setengah lingkaran dilakukan guru agar semua siswa
bisa terfokus pada guru yang sedang menjelaskan materi, dan metode ceramah di Sekolah Mentari tidak serta merta guru
berceramah sepanjang materi tetapi guru juga menerapkan strategi inkuiri yang mana siswa bebas berpikir untuk kritis,
analitis dan sistematis dalam menemukan jawaban secara mandiri dari pembahasan materi.Jadi siswa juga berperan aktif
dalam metode ceramah di Sekolah Mentari ini, yang bertujuan agar membangun mental siswa untuk mengeksplorasi diri.
Biasanya metode ini digunakan guru untuk menyampaikan materi sejarah Islam.
13
2 Guru menggunakan pengajaran sistem diskusi kelas dengan
makalah Setiap siswa diwajibkan membuat makalah dari materi yang
akan dibahas dan semua siswa mendiskusikan makalah tersebut yang mana sumber dari materi tersebut siswa yang mencari dan
menemukan isi dan apa yang akan dibahas dari materi, dan semua materi yang didapat siswa dibebaskan oleh guru untuk
mencari dan mendapatkan sumber data atau referensi, baik dari buku di perpustakaan, internet atau sumber lain yang memadai ,
13
Hasil Observasi dan Dokumentasi di SMP Mentari International School
setiap siswa diberikan peran penuh dalam mengeksplorasi pendapat tentang pemahamannya dalam mempelajari agama
Islam yang siswa dapatkan dari sumber yang mereka temukan. Hasil wawancara peneliti dengan guru PAI, yaitu Bapak
Nur Jamil, mengatakan: “Kegiatan pembelajaran di sini kita biasanya menggunakan
metode yang biasa disebut “Tupat Sambel” yaitu tukar pendapat
sambil belajar.Jadi
siswa-siswi yang
mendapatkan jadwal presentasi, mereka harus menc ari materi sendiri, kemudian dipresetasikan kepada siswa-
siswi yang lainnya untuk beradu pendapat. Setelah didiskusikan materi tersebut, saya sebagai guru bertugas
menambahkan pendapat-pendapat anak didik saya tentang argumentasi yang mereka berikan. Dan apabila ada
kesalahan dalam persepsi mereka, maka tugas saya meluruskan atau membetulkan tentang persepsi mereka
yang salah.”
14
Dari hasil wawancara peneliti di atas dapat disimpulkan bahwa di SMP Mentari menggunakan cara belajar yang berbeda
dengan sekolah lainnya. Yang biasanya bersumber dari buku paket yang disediakan dari sekolahnya, ataupun belajar dengan
menggunakan Lembar Kerja Siswa LKS. Di sekolah ini mengandalkan
buku-buku bacaan
apa saja
yang ada
hubungannya dengan materi yang akan dibahas dalam presentasisiswanya.
c. Peran Guru dalam Mengembangkan Kesadaran Bertoleransi Peserta didik
terhadap Lingkungan Sekolah Sekolah Mentari juga membutuhkan peran guru yang dapat
mengembangkan kesadaran dalam bertoleransi di sekolah multikultural. Karena guru merupakan aktor terpenting dalam bermain peran di sekolah.
14
Wawancara Peneliti dengan Guru PAI, Bapak Nur Jamil, Pada Hari Rabu Tanggal 25 Februari 2015, Pukul 09.30 WIB