Kegiatan Peserta Didik Objek Penelitian
“Asal saya dari Sukabumi ka, saya di Jakarta ikut sama nenek saya karena orang tua saya tinggal di luar negeri. Mereka tugas di
sana.Ayah kerja di Abudabi bekerja di salah satu Rumah Sakit sebagai Kepala Rumah Sakit. Ibu bekerja di Kedutaan Indonesia di
Abudabi juga sebagai penerjemah. Saya sekolah di SMP Mentari ini karena kemauan saya sendiri ka, soalnya dekat juga dengan rumah
saya, ditambah juga sekolah ini bertaraf internasional. Siswa siswinyapun beraneka ragam budaya, bangsa, dan agama. Walaupun
saya pendatang tapi di sekolah ini saya dihargai, tidak ada diskriminasi apapun dari pihak sekolah, teman-temannya juga baik-
baik ka, jadi bikin saya nyaman bersekolah di sini.
8
Kepala Sekolah SMP Mentari International School, yaitu Bapak Aluysius Songki, mengatakan:
“Di SMP Mentari International School ini banyak juga peserta didik yang dari luar Jakarta, seperti dari Jawa Barat, Jawa Timur, Medan,
Bangka, dll. Mereka rata-rata mengikuti orang tuanya yang tugas di
Jakarta.”
9
Dari beberapa hasil wawancara di atas dan dari berbagai narasumber dapat diambil kesimpulan bahwa siswa siswi yang bersekolah di SMP
Mentari memiliki berbagai suku juga, diantaranya suku Sunda, Jawa, dan Batak.Kesemua suku tersebut bersosialisasi dengan baik tanpa adanya
perbedaan suku.Siswa siswinya kebanyakan tinggal di Jakarta karena mengikuti orang tuanya yang bekerja di Jakarta.
c. Latar Belakang Agama
Sekolah Mentari bukan sekolah yang menuntut keagamaan siswanya, akan tetapi semua siswa di Sekolah Mentari memeluk agama sesuai
Agama yang dianut oleh orang tua siswa. Seperti diketahui SMP Mentari International School memang dibangun sebagai sekolah multikultural
8
Wawancara Peneliti dengan Siswa bernama Safitri Zahrani, Pada Hari Rabu Tanggal 11 Februari 2015, Pukul 10.30 WIB
9
Wawancara Peneliti dengan Kepala SekolahBapak
Aluysius
Songki, Pada Hari Jumat Tanggal 20 Februari 2015, Pukul 10.00 WIB
atau sekolah yang berlatar belakang semua budaya, bangsa dan agama yang semuanya ini menjadi satu berbaur dalam mobilitas kegiatan
sekolah. Meski Sekolah Mentari berlatar belakang multikultural, agama Islam tetap menjadi agama mayoritas di Sekolah Mentari. Sesuai dengan
penelitian saya tentang peran guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Mentari ini, lalu saya dapatkan informasi bahwa keadaan agama Islam di
Sekolah Mentari memiliki ideologi Islam yang liberal atau ideologi keislaman siswa yang dibebaskan seperti dalam hal kebebasan berpikir
yang tidak dibatasi oleh Agama Islam itu sendiri, hal ini terjadi akibatdipengaruhi oleh pendidikan keagamaan dari orang tua siswa sedari
awal tumbuh jiwa keagamaannya. Hal di atas berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Kepala SMP
Mentari, Bapak Aluysius Songki, yang menyatakan : “Sekolah Mentari ini dibangun atas dasar kemajemukan dan ke-
multikultural-an atau berlandaskan standar internasional yang mana segala kultur yang ada di dunia. Jadi semua orang berlatarbelakang
apapun bisa bersekolah di Mentari ini, baik dia bangsa apa ataupun Agama apapun. Karena anda meneliti Agama Islam para siswa
disekolah ini, jadi saya berikan informasi bahwa semua siswa Muslim yang bersekolah di Mentari ini menganut Islam yang liberal, dimana
semua siswa dibebaskan dalam menjalankan keislamannya tidak dituntut untuk menerapkan pemahaman keislaman yang lebih
spesifik, dan semua siswa Muslim disini dituntut untuk menyerap nilai dan budi pekerti yang diajarkan Islam tersebut. Selain dari itu
siswa tidak dituntut. Hal ini karena siswa-siswi muslim disini sudah terbentuk ideologinya dari lingkungan keluarga yang notabene
berideologi keislaman yang liberal yang pada akhirnya terbentuk menjadi pemahaman keagamaan siswa dan siswi
”.
10
Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa ideologi siswa Muslim di Sekolah Mentari teridentifikasi sebagai keislaman yang
10
Wawancara Peneliti dengan Kepala Sekolah Bapak Aluysius Songki, Pada Hari Jumat Tanggal 20 Februari 2015, Pukul 10.00 WIB