Pengertian Guru Peran Guru Pendidikan Agama Islam

atau siswa, mendidiknya dengan akhlak Islam dan membentuknya menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT ke muka bumi dengan tujuan untuk membebaskan manusia dari kejahilan kepada pemahaman dan aqidah yang benar. Dapat dikatakan bahwa Rasulullah SAW diutus untuk mengenal Allah SWT, ajaran Islam, dan juga mengamalkan ajarannya dengan sungguh-sungguh sehingga selamat dunia akhirat. Hal di atas menunjukkan bahwa Nabi Muhammad diutus untuk menjadi seorang guru yang dapat membebaskan manusia dari kesesatan dan melurusknnya ke jalan yang baik dan benar yang diridhai Allah. Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah SWT, khalifah di permukaan bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri. 15 Sementara itu, menurut Paul Suparno, guru mempunyai peran yang penting dalam pendidikan multikultural. Guru harus mengatur dan mengorganisasi isi, proses, situasi, dan kegiatan sekolah secara multikultural, di mana tiap siswa dan berbagai suku, gender, dan ras berkesempatan untuk mengembangkan dirinya dan saling menghargai perbedaan itu. Lebih lanjut, ia mengemukakan bahwa guru perlu menekankan keragaman diversity dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan antara lain dengan cara: 1 mendiskusikan sumbangan aneka budaya dan orang dari suku lain dalam hidup bersama sebagai bangsa, 2 mendiskusikan bahwa semua orang dari budaya apa pun ternyata juga menggunakan hasil kerja orang lain dari 15 H. Ihsan Hamdani, H.A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2001, h. 93. budaya lain. Dalam pengelompokan siswa di kelas maupun dalam kegiatan di luar kelas guru diharapkan melakukan keragaman itu. 16

a. Komponen-komponen Peran Guru Sebagai Pendidik

1 Materi Pendidikan Materi dapat diketagorikan menjadi dua yakni, teks dan konteks. Teks berisi materi pelajaran yang bersifat normatif dan general, sementara konteks merupakan realitas empiris –faktual yang bersifat partikular. Sumber materi tidak hanya dihasilkan dari guru, tetapi juga berasal dari realitas yang ada di sekitarnya. Peran guru di sini hanya sekedar fasilitator, mediator, dan memberdayakan sarana pembelajaran agar dapat dijadikan untuk mengoptimalkan pengetahuan dan pemahaman. 17 Karakteristik materi potensial yang relevan dengan pembelajaran berbasis multikultural, antara lain meliputi: 18 a Menghormati perbedaan antar teman gaya pakaian, mata pencaharian, suku, agama, etnis dan budaya b Menampilkan perilaku yang didasari oleh keyakinan ajaran agama masing-masing c Kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara d Membangun kehidupan atas dasar kerjasama umat beragama untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan e Mengembangkan sikap kekeluargaan antar suku bangsa dan antar bangsa-bangsa f Tanggung jawab daerah lokal dan nasional g Menjaga kehormatan diri dan bangsa 16 Paul Suparno, Pendidikan Multikultural, Kompas, 7 Januari 2003 17 Ngaiman Naim dan Achmad Saoqi, Op. Cit.,, h. 204 18 http:wikipedia.com , Diakses pada 20 februari 2015 h Mengembangkan sikap disiplin diri, sosial dan nasional i Mengembangkan kesadaran budaya daerah dan nasional j Mengembangkan perilaku adil dalam kehidupan k Membangun kerukunan hidup l Menyelenggarakan „proyek budaya’ dengan cara pemahaman dan sosialisasi terhadap simbol-simbol identitas nasional, seperti bahasa Indonesia, lagu Indonesia Raya, bendera merah putih, lambang negara Garuda Pancasila, bahkan budaya nasional yang menggambarkan puncak-puncak budaya di daerah dan sebagainya. Dari karakteristik di atas dapat disimpulkan bahwa materi pendidikan multikultural harus mengajarkan kepada siswa nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa, dan nilai-nilai kelompok etnis kultural. 2 Metode Pendidikan Terkait dengan metode yang digunakan dalam pendidikan multikultural harus mencerminkan nilai-nilai demokratis, yang menghargai aspek-aspek perbedaan dan keberagaman budaya bangsa dan kelompok etnis multikulturalis. Yang mana guru menjadi penengah dan penetralisir faham antara pemahaman siswa yang berbeda, sesuai dari informasi siswa yang dia dapat. Metode yang bisa diterapkan di sini adalah dengan menggunakan model komunikatif dengan menjadikan aspek perbedaan sebagai titik tekan. Metode dialog sangat efektif, apalagi dalam proses belajar mengajar yang sifatnya kajian perbandingan agama dan budaya. Selain dalam bentuk dialog, perlibatan siswa dalam pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk “belajar aktif” yang dapat dikembangkan dalam bentuk collaborative learning, atau biasa disebut juga proses belajar kelompok yang setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan ketrampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota. Collaborative Learning juga dilandasi oleh pemikiran bahwa kegiatan belajar hendaknya mendorong dan membantu peserta didik untuk terlibat secara membangun pengetahuan sehingga mencapai pemahaman yang mendalam. Selain itu Collaborative Learning dapat meningkatkan motivasi dan minat peserta didik, serta meningkatkan dan mengembangkan cara berpikir kreatif. Hal ini terkait dengan peningkatan tanggungjawab peserta didik dalam belajar secara berkelompok sehingga dapat menciptakan seseorang yang berpikir kreatif . 19 Beberapa pilihan strategi dilaksanakan secara simultan, dan harus tergambar dalam langkah-langkah model pembelajaran berbasis multikultural. Namun demikian, masing-masing strategi pembelajaran secara fungsional memiliki tekanan yang berbeda. Strategi pencapaian konsep digunakan untuk memfasilitasi siswa dalam melakukan kegiatan eksplorasi budaya lokal untuk menemukan konsep budaya apa yang dianggap menarik bagi dirinya dari budaya daerah masing-masing, dan selanjutnya menggali nilai- nilai yang terkandung dalam budaya daerah asal tersebut. Salah satunya jenis strategi Cooperative Learning yang merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antarsiswa. Tujuan pembelajaran kooperatif setidak-tidaknya meliputi tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial yang digunakan 19 Ngaiman Naim Achmad Saoqi, Op. Cit., h. 57.