Proses Morfemis Dalam Bahasa Arab

(1)

TESIS

OLEH

ANDI PRATAMA LUBIS

077009003 / LNG

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

T E S I S

Untuk memperoleh Gelar Magister Humaniora Dalam Program Studi Linguistik

pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ANDI PRATAMA LUBIS 077009003 / LNG

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Judul Tesis : Proses Morfemis Dalam Bahasa Arab Nama Mahasiswa : Andi Pratama Lubis

Nomor Pokok : 077009003

Program Studi : Linguistik Konsentrasi Bahasa Arab

Menyetujui, Komisi Pembimbing:

(Drs. Aminullah, M.A., Ph. D.) (Khoirul Jamil, Mh. Yaman, Lc., M.A.)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph. D) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 29 September 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs. Aminullah, M.A., Ph.D

Anggota : Khoirul Jamil Mh. Yaman, Lc., M.A. Prof. Dr. Marjuni Rangkuti, M.A. Dra. Pujiati, M.Soc.Sc., Ph.D.


(5)

ABSTRAK

Tesis ini berjudul "Proses Morfemis Dalam Bahasa Arab", yaitu suatu kajian tentang sub sistem morfologi, khususnya mengenai pembentukan kata dari bentuk aslinya menjadi bentuk yang lain.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembentukan kata dalam bahasa Arab berdasarkan 7 (tujuh) proses yang terdapat dalam proses morfemis, yaitu afiksasi, reduplikasi, komposisi, konversi, modifikasi internal, suplesi, dan pemendekan. Juga untuk mendeskripksikan produktivitas proses morfemis dalam bahasa Arab. Kerangka teori yang dipakai didasarkan pada teori Chaer.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses afiksasi yang meliputi prefiks, infiks, sufiks, konfiks serta transfiks ada terdapat dalam bahasa Arab, sedangkan interfiks tidak didapati.

Proses komposisi, suplesi, modifikasi internal dan pemendekan ada terdapat dalam bahasa Arab, sedangkan reduplikasi dan konversi tidak didapati.

Pembentukan kata dengan cara membolak-balik posisi morfem tetapnya serta dengan cara menukar bunyi sebuah kata dengan bunyi yang lain yang mirip makhrajnya adalah bukti keproduktifitasan bahasa Arab.


(6)

ABSTRACT

The title of this thesis is "Morphemic process in Arabic". This thesis deals with morphological sub system, especially about word forming from its original form into the other forms.

The objectives of the research are to describe the word forming in Arabic based on 7 (seven) processes in morphemical process; affixation, reduplication, conversion, internal modification, suppletion, and abbreviation, and also to describe about the productivity of morphemic process in Arabic. The Framework applied is based on Chaer's theories. The research uses descriptive method with a goal to make a description of the data accurately.

The result indicates that the affixation process covering prefix, infix, suffix, confix, and transfix are discovered. While, interfix is undiscovered.

The composition processes, suppletion, internal modification and abbreviation are discovered in Arabic, while reduplication and conversion process is undiscovered.

Word forming by shuffling through position of permanent morpheme and also by converting sound a word with the other sounds that look like in uttering is a prove that morphemic process is very productive in Arabic.


(7)

ﺪـــــــ ـﻬـ ـ ا

ناﻮ ـ ا

ﺔ ﺎ ﺮ ا

ﺬـه

"

ﺔـ

ا

ﺔ ﻮـ ﻮـ رﻮ ا

ﺔ ﺮ ا

ﺔﻐ ا

"

ـ

هو

ﺔـ ﺎ

فﺮ ا

ـ

ءاﺰ ﻷا

ءﺰ

ﺔﻐ

ﻰ إ

ﺔﻐ

ﺎﻬ ﺎ ـ إو

ﺔ ـﻜ ا

ـ ﻮﻜـ

ىﺮـ أ

.

ـ ا

ﺔ ﺮـ ا

ﺔـﻐ ا

ﺔ ـﻜ ا

ﻮـﻜـ

ﺪـ اﻮـ

ﺮ ﻮ ـ

ﺚ ا

اﺬه

ـ

فﺪـﻬـ او

ﺪـﺋاوﺰـ ا

هو

ﺔ ﻮـ ﻮـ رﻮ ا

ﺔ ـ ا

ةدﻮ ﻮ ا

تَﺎ ـ ا

ـ

ﻰ ـ

,

ـ ـ او

,

ﺔـ ﺎ ﻹا

ﺔَـ او

,

ﻮ ا

لﻮ ـ او

ـ

,

اﺪ ا

ﺪ او

,

ﻰ ﺎ ﻜ ا

ﺮ ﻐـ او

,

رﺎ

ﻹاو

ﺎ ﻜ ا

.

ﺔـ

ـ ا

جﺎ ـ ﻹا

تﺎ ـ

ﺮ ﻮ

ﺎ ـ َأو

ﺔ ﻮـ ﻮـ رﻮ ـ ا

ﺔ ﺮـ ا

ﺔﻐ ا

.

ﺮ ـ

ﺔ ﺮ

ﻰ ـ

ﺔ ارﺪ ا

ﺬه

مﺪ َ ا

يﺮ ـ ا

ﻜ ﻬ ا

و

(Chaer)

.

ﺬ ه

ا

ا

ا

ﺚ ـ

ﺔ ـ ﺮ

ﺎ و

تﺎ ـ ا

و

ﻰ إ

فﺪ ﻬ

ـ ا

َﺔـ ﺮ ﻮ

ا

ﺎ ﻬ

,

ﺎ او

,

ﺎ ﻮ

و

.

ـ او

ﺚ ـ ا

اﺬ ه

ﺋﺎ

و

او

ﺔ اﺪ او

ﺔ ﺎ ا

هو

ﺪ ﺋاوﺰ ا

كﺎ ه

نأ

لﺪ

ﺔ ﺮ ا

ﺔﻐ ا

تﺎآﺮـ ا

ﺔ ﺎ ﻹا

,

ﻜ ﺮ ـ إ

ﺎ أو

ﺎﻬ

ﺪ ﻮ

.

ﺪ ﻮ

ةﺪ ـ ا

ا

,

ﺮ ﻐ او

ﻰ ﺎﻜ ا

,

ﺔ ﺮ ا

ﺔﻐ ا

ﺎ ﻜ ا

رﺎ

ﻹاو

,

ﺎ أ

ـ َ ا

ﻮ ا

لﻮ ـ او

ﺎﻬ

ﺪ ﻮ

.

ﺮ ﻐ

و

ﺔ َ ﺎﺜ ا

ﺎ ﻬ وﺮ

ـ

ﺮ ﻐ

و

ﺔ ـ َﻜ ا

ﻮﻜـ

ت

ﻮ ـ

ﺔ ﻜ ا

ت

ﺮ ﺁ

َﺔ ﺮ ا

ﺔـﻐ ا

ﺔ ﺎ ـ إ

لﺪ

ﺎﻬ ﺮ

ﺔﻬ ﺎ ـ ـ ا

.

ﺎ ـ ﻹا

ﺔ ـَآ

:

ﺔـ ﻮ َو

ﺔـ ﺎ إ

ه

ﺔ ﺮ ا

ﺔﻐ ا

ﺔ ﻮ ﻮ رﻮ ا

ا


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan berkah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini.

Penelitian yang berjudul Proses Morfemis Dalam Bahasa Arab ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Linguistik Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Proses yang dilakukan sejak dari pengumpulan data hingga penyusunan tesis ini sudah tentu tidak terlepas dari adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu masukan terutama bagi pihak tenaga edukatif di lingkungan Program Studi Bahasa Arab Universitas Sumatera Utara dan para peneliti di bidang ilmu Linguistik.

Saran dan kritik yang bersifat konstruktif sangat diharapkan untuk perbaikan tesis ini. Kiranya dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 23 Agustus 2009

Penulis,


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur ke hadirat Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, karena berkat ridha dan izin-Nya tesis ini dapat diselesaikan.

Penulis mengucapkan terima kasih yang mendalam dan tiada terhingga kepada orang tua tercinta; Almarhum Drs. H. Nasrah Parlindungan Lubis, MA dan Dra. Hj. Masrah Lubis, yang telah mendidik, memberikan semangat dan keteladanan serta telah mencurahkan segala daya dan upaya hingga penulis bisa seperti sekarang ini. Semoga Allah Swt. menjadikan mereka berdua menjadi penduduk Surga. Amin ya Rabbal `alamin. Kepada adik-adikku tersayang; Kiki Anggia Pratiwi Lubis, Indri Pramesti Lubis, dan Indra Prawira Lubis. Teruslah menuntut ilmu !. Kepada Adinda tercinta Kurnia Agustina Hasibuan, S.S., terima kasih atas segala motivasi, kasih sayang, kesabaran, dan nasihat yang selalu diberikan kepada Penulis.

Kepada seluruh keluarga besar Penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga atas segala bantuan baik dari segi moril dan materil. Semoga Allah Swt. Membalasnya dengan balasan yang jauh lebih baik. Amin.

Selanjutnya Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTMH, Sp.A(k). Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. MSc. selaku Direktur Pascasarjana USU. Ibu Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph. D selaku ketua Program Studi Linguistik dan Bapak Drs. Umar Mono, M.Hum selaku sekretaris Program Studi Linguistik.

Penghargaan yang sebesar-besarnya Penulis sampaikan kepada para pembimbing, Bapak Drs. Aminullah, M.A., Ph.D dan Bapak Khoirul Jamil Mh. Yaman, Lc., M.A.,


(10)

atas bimbingan, bantuan dan perhatian yang diberikan selama penulisan dan penyelesaian tesis ini.

Selanjutnya terima kasih yang mendalam Penulis sampaikan kepada seluruh staf pengajar, atas ketekunan, kesabaran dan ilmu yang telah diajarkan.

Berikut terima kasih Penulis sampaikan kepada seluruh staf administrasi pada Program Pascasarjana USU yang telah banyak membantu dalam penyelesaian administrasi.

Kepada rekan-rekan sejawat, mahasiswa stambuk 2007, Penulis sampaikan terima kasih atas ketulusan berbagi rasa dan saling membantu selama dalam proses belajar bersama.

Semoga bantuan, dukungan dan budi baik yang telah diberikan oleh berbagai pihak selama ini mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Amin ya Rabbal `alamin.

Medan, 23 Agustus 2009

Penulis,


(11)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Andi Pratama Lubis

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 12 Pebruari 1985

Agama : Islam

Alamat : Jl. Pertiwi No. 79 Medan

HP : 085261613152

Pendidikan : 1. SD Negeri Madong Lubis Medan 2. MTS. Pesantren Nurul Hakim 3. SMA Negeri 11 Medan

4. Universitas Sumatera Utara:

a. Sarjana Sastra Bahasa Arab (S1)

b. Magister (S2) Program Studi Linguistik Bahasa Arab


(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ……….…… ii

ﺪ ــﻬـ ـ ا

/at-tamhīd/……….…… iii

KATA PENGANTAR ……….…… iv

UCAPAN TERIMA KASIH ………...… v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ... xii

I. PENDAHULUAN………...……… 1

1.1. Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2. Batasan Masalah ………...……… 8

1.3. Rumusan Masalah ………...……… 9

1.4. Tujuan Penelitian ………...……… 9

1.5. Manfaat Penelitian ………...……… 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ………...……… 11

2.1. Morfologi ... ………...……… 11

2.2. Pembentukan Kata Bahasa Arab………...…..………... 13

2.3. Proses Morfemis ………...……… 17


(13)

III. METODE PENELITIAN ……… 31

3.1. Metode ………...……… 31

3.2. Sumber Data ………...…… 31

3.3. Teknik Pengumpulan Data ………....…… 32

3.4. Analisis Data ………...… 33

IV. PEMBAHASAN ……… 35

4.1. Proses Morfemis (

ﺔـ

رﻮ ا

ﺔـ

ـ

ا

/al-`amaliyyatu al- mūrfīmiyyah/) dalam bahasa Arab ………...…… 35

4.1.1. Proses Afiksasi (

ﺪ اوﺰ ا

/az-zawāid/ dalam Bahasa Arab)……...…….... 35

a. Prefiks (

ﺔ ﺎ ا

/as-sābiqah/) …..………..… 38

b. Infiks (

ﺔ اﺪ ا

/ad-dākhilah/) ….………. 41

c. Sufiks (

ا

/al-lāhiqah/) ... 44

d. Konfiks (

ﺔـ

او

ﺔـ ﺎ ا

/as-sābiqatu wa al-lāhiqatu/)..…………. 49

e. Interfiks (

ﻜ ﺮ ـ إ

/intirfīks/) ……… 54

f. Transfik (

تﺎآﺮـ ا

ﺔ ﺎ إ

/idāfatu al-harakāti/)……..……… 54

g. Prefiks, Infiks dan Sufiks (

ﺔـ

او

ﺔ اﺪ او

ﺔـ ﺎ ا

/as-sābiqatu wa ad-dākhilatu wa al-lāhiqatu/) ... 58

4.1.2. Proses Reduplikasi (

ـ

ـ ـ

ا

/at-tad`īf/ dalam Bahasa Arab)....…... 60

4.1.3. Proses Komposisi (

ﺔ ﺎ

ا

ا

/al-jumlatu al-idāfiyyah/) dalam Bahasa Arab ………... 67


(14)

4.1.4. Proses Konversi (

ﻮ ا

لﻮ ا

/at-tahawwalu al-wazīfiyyu/) dalam

bahasa Arab …...………...………... 70

4.1.5. Proses Modifikasi Internal (

اﺪ ا

ﺪ ـ ا

/at-ta`dīlu ad-dākhiliyyu/) dalam bahasa Arab ... 71

4.1.6. Proses Suplesi (

ﺎﻜ ا

ﺮـ ا

/at-tagaiyyaru al-kāmiliyyu/)dalam bahasa Arab...74

4.1.7. Proses Pemendekan (

ﺎ ﻜ ا

رﺎ

ا

/al-ikhtisāru al-kitābiyyu/) dalam bahasa Arab ……….. 76

4.2. Produktivitas Proses Morfemis dalam bahasa Arab ... 84

V. PENUTUP ... 94

5.1. Simpulan …...………. 94

5.2. Saran .……… 97

DAFTAR PUSTAKA ………...… 98

LAMPIRAN 1 PEDOMAN TRANSLITERASI ... 101


(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul hlm.

1. Tabel 1 Proses prefiks dalam bahasa Arab yang terjadi pada

ـ ـ

/fi’lun/ (verba) ….39 2. Tabel 2 Proses prefiks dalam bahasa Arab yang terjadi pada

ا

/ismun/ (nomina) …40

3. Tabel 3 Proses infiks dalam bahasa Arab yang terjadi pada

ـ ـ

/fi’lun/ (verba)……42

4. Tabel 4 Proses infiks dalam bahasa Arab yang terjadi pada

ا

/ismun/ (nomina)…..43

5. Tabel 5 Proses sufiks dalam bahasa Arab yang terjadi pada

ـ ـ

/ fi’lun/ (verb)……45

6. Tabel 6 Proses sufiks dalam bahasa Arab yang terjadi pada

ا

/ismun/ (nomina)…..48

7. Tabel 7 Proses konfiks dalam bahasa Arab yang terjadi pada

ـ ـ

/fi’lun/ (verba)….49 8. Tabel 8 Proses konfiks dalam bahasa Arab yang terjadi pada

ا

/ismun/ (nomina)...53

9. Tabel 9 Proses tranfiks yang terdapat di dalam bahasa Arab ………...55

10. Tabel 10 Proses prefiks, infiks dan sufiks dalam bahasa Arab………...58

11. Tabel 11 Proses modifikasi internal yang terdapat di dalam bahasa Arab...72

12. Tabel 12 Proses akronim

ا

/an-nahtu/ yang terdapat di dalam bahasa Arab...81

13. Tabel 13 Proses

يﻮ ا

/taşrīfu al-lugawiy/ (inflektif) yang terdapat di dalam bahasa Arab...86

14. Tabel 14 Proses

ا

/taşrifu al-işţilāhiy/ (derivatif) di dalam bahasa Arab...87

15. Tabel 15 Proses Afiksasi

ﺪ اوﺰ ا

/az-zawāid/ di dalam bahasa Arab...88


(16)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

N : Nomina

A : Adjektiva

V : Verba

'…….' : Mengapit Makna

"..." : Kutipan / / : Mengapit transkripsi


(17)

ABSTRAK

Tesis ini berjudul "Proses Morfemis Dalam Bahasa Arab", yaitu suatu kajian tentang sub sistem morfologi, khususnya mengenai pembentukan kata dari bentuk aslinya menjadi bentuk yang lain.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembentukan kata dalam bahasa Arab berdasarkan 7 (tujuh) proses yang terdapat dalam proses morfemis, yaitu afiksasi, reduplikasi, komposisi, konversi, modifikasi internal, suplesi, dan pemendekan. Juga untuk mendeskripksikan produktivitas proses morfemis dalam bahasa Arab. Kerangka teori yang dipakai didasarkan pada teori Chaer.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses afiksasi yang meliputi prefiks, infiks, sufiks, konfiks serta transfiks ada terdapat dalam bahasa Arab, sedangkan interfiks tidak didapati.

Proses komposisi, suplesi, modifikasi internal dan pemendekan ada terdapat dalam bahasa Arab, sedangkan reduplikasi dan konversi tidak didapati.

Pembentukan kata dengan cara membolak-balik posisi morfem tetapnya serta dengan cara menukar bunyi sebuah kata dengan bunyi yang lain yang mirip makhrajnya adalah bukti keproduktifitasan bahasa Arab.


(18)

ABSTRACT

The title of this thesis is "Morphemic process in Arabic". This thesis deals with morphological sub system, especially about word forming from its original form into the other forms.

The objectives of the research are to describe the word forming in Arabic based on 7 (seven) processes in morphemical process; affixation, reduplication, conversion, internal modification, suppletion, and abbreviation, and also to describe about the productivity of morphemic process in Arabic. The Framework applied is based on Chaer's theories. The research uses descriptive method with a goal to make a description of the data accurately.

The result indicates that the affixation process covering prefix, infix, suffix, confix, and transfix are discovered. While, interfix is undiscovered.

The composition processes, suppletion, internal modification and abbreviation are discovered in Arabic, while reduplication and conversion process is undiscovered.

Word forming by shuffling through position of permanent morpheme and also by converting sound a word with the other sounds that look like in uttering is a prove that morphemic process is very productive in Arabic.


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan media dalam mewujudkan pikiran manusia ke alam nyata. Karenanya bahasa sangat bergantung kepada pikiran manusia. Sejalan dengan dinamisnya kehidupan manusia maka bahasa juga selalu berubah dan berkembang seiring dengan perubahan dan perkembangan pikiran manusia itu sendiri.

Salah satu bentuk kepiawaian manusia dalam berbahasa adalah mampu untuk merubah satu kata menjadi beberapa kata serta merangkaikannya dengan kata-kata yang lain. Perubahan itu dibentuk secara sistematis dan mempunyai aturan-aturan tertentu yang dapat diuji kebenarannya.

Kemampuan berbahasa merupakan karunia dari Allah Swt. Kita tidak dapat membayangkan bagaimana keadaan manusia bila tidak ada bahasa yang berperan sebagai alat komunikasi. Kebudayaan dan peradaban tentunya tidak akan dapat berkembang dengan baik bila tidak ada bahasa.

Bahasa Arab merupakan salah satu dari sekian ribu bahasa yang ada di dunia ini. Bahasa Arab merupakan bahasa yang istimewa khususnya bagi umat Islam, karena sebagai bahasa Al-Quran yang mengandung pesan sebagai tuntunan kehidupan di dunia dan akhirat kepada manusia.

Allah Swt. secara khusus meletakkan keutamaan bahasa Arab melalui firman-Nya sebagai berikut:


(20)

نﻮ

ﻜـ

ﺎ ﺮ

ﺎ اءﺮ

ﺰ أ

ﺎ إ

/Innā anzalnāhu qur`ānan ‘arabiyyan la‘allakum ta‘qilūna/

Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur`an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. (Qs. Yusuf/12: 2).

Umat Islam sudah selayaknya menguasai bahasa Arab. Sebab tuntunan umat Islam yang paling utama yaitu Al-Qur`an dan Hadits menggunakan bahasa Arab. Seseorang tidak akan mampu memahami Islam dan ajarannya secara sempurna tanpa mengetahui dan mempelajari bahasa Arab.

Di dalam dunia internasional, bahasa Arab juga mendapat tempat yang istimewa. Karena bahasa Arab merupakan salah satu dari enam bahasa yang secara resmi diakui dunia sebagai bahasa internasional (Inggris, Prancis, Cina, Arab, Spanyol dan Rusia).

Peranan internasional itu telah diperoleh sejak tahun 1973, di mana ketika itu bahasa Arab diumumkan secara resmi sebagai salah satu bahasa organisasi dunia PBB dan bagian-bagiannya. Juga sebagai bahasa ketiga pada The Organization of African Unity dan bahasa pertama dalam Islamic World League. Seperti bahasa-bahasa lainnya di dunia, bahasa Arab berfungsi sebagai alat komunikasi dan juga berfungsi sebagai sarana untuk memperkenalkan kebudayaan dan peradaban.

Dalam rumusan Politik Bahasa Nasional, bahasa-bahasa di Nusantara dibagi menjadi tiga kategori, yakni (1) Bahasa Nasional, ialah bahasa Indonesia yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, dalam UUD 1945 dinyatakan sebagai bahasa negara, (2) Bahasa Daerah, ialah bahasa yang di samping bahasa nasional dipakai sebagai bahasa penghubung antar daerah di wilayah Republik Indonesia, dan merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup, dan (3) bahasa Asing, ialah


(21)

semua bahasa yang berada di luar wawasan bahasa-bahasa Nusantara. Bahasa Arab dalam kacamata Politik Bahasa Nasional tersebut, masuk dalam kategori bahasa asing. Dengan demikian bahasa Arab sebagai bahasa asing mengemban fungsi sebagai; 1) alat penghubung antar bangsa, 2) alat pembantu pengemban bahasa Indonesia, 3) alat pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern untuk pembangunan nasional. (Halim, 1975: 24).

Bahasa Arab sebagai salah satu bahasa komunikasi internasional tentunya memiliki kaidah-kaidah tata bahasa tersendiri. Kaidah yang tersebut tentunya memiliki persamaan dan perbedaan dengan bahasa lainnya.

Linguistik sebagai ilmu dalam mengkaji bahasa tentunya dapat membantu untuk dapat meneliti dan menganalisis bahasa-bahasa yang ada di dunia ini. Fonologi (

ـ

تاﻮ ﻷا

ﺎ و

/`ilmu wazāifi al-aşwāti/), Morfologi (

فﺮ ا

ـ

/`ilmu aş-şarfi/), Sintaksis (

ا

ـ

/`ilmu an-nahwi/), dan Semantik (

ﺔ ﺪ ا

ـ

/`ilmu ad-dilālati/), merupakan bagian dari linguistik yang dipergunakan seorang peneliti dalam mengkaji suatu bahasa dari sisi yang diinginkannya.

Salah satu dari empat tataran ilmu linguistik di atas yang dimaksud peneliti adalah morfologi. Adapun yang dimaksud dengan morfologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu ”Cabang linguistik tentang morfem dan kombinasi-kombinasinya atau bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata”. (KBBI, 1988: 592).


(22)

Verhaar (1983: 52) dalam bukunya Pengantar Linguistik menyebutkan bahwa morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal.

Di dalam ilmu bahasa Arab, kajian tentang morfologi dapat disejajarkan dengan

فﺮ ا

ـ

/`ilmu aş-şarfi/ atau ilmu Shorof. Sebagaimana Dahdah (1992: 2) dalam Nasution (2006: 98), mendefenisikan ilmu Shorof sebagai berikut:

فﺮ ا

:

ﺔ ـ ـ ـ

رﻮـ

ﻰ إ

ﺎﻬ ﻮ ـ

و

ﺔ ـﻜـ ا

ـ

ـ

ﻮ ـ ـ ـ ا

ﻰ ـ ـ ـ ا

ـ

د

.

/aş-şarfu: `ilmun yubhasu fī şiyagi al-kalimati wa tahwīlihā ilā şuwarin mukhtalifatin bihasbi al-ma`nā al-maqşūdi/

"Shorof adalah ilmu yang membahas tentang proses pembentukan kata dan perubahannya ke dalam berbagai bentuk sesuai dengan makna yang diinginkan".

Ahnan (1999: 7) memberikan defenisi dari ilmu Shorof menurut arti dan istilah sebagai berikut:

• Menurut arti bahasa (lughat), yaitu berubah atau mengubah dari bentuk aslinya kepada bentuk lain.

• Menurut istilah, yaitu perubahan bentuk asal pertama

ﺎ ا

/fi`lu al-mādī/ menjadi

عرﺎ

ا

/fi`lu al-mudāri`/, dari

عرﺎ

ا

/fi`lu al-mudāri`/ menjadi

رﺪ

/maşdar/, menjadi

ـ ﺎ ا

ا

/ismu al-fā`il/,

لﻮ ا

ا

/ismu al-maf`ūl/,

ﺮ ﻷا

/fi`lu al-'amar/,

ﻬ ا

/fi`lu an-nahīy/,

نﺎ

ﺰ ا

إ

/ismu az-zamān/,

ا


(23)

Perubahan gramatikal yang terjadi dalam bahasa Arab mulai dari bentuk asal pertamanya yaitu

ﺎ ا

/fi`lu al-mādī/ sampai kepada bentuk yang terakhir yaitu

ا

ﺔ ﻷا

/ismu al-ālat/ semuanya itu menghasilkan makna/arti yang berbeda. Sebagaimana pendapat Ahnan, bahwa kajian ilmu Shorof membahas mengenai perubahan kata dari bentuk aslinya menjadi bentuk yang lain.

Di dalam kajian morfologi dibahas juga mengenai proses morfemis, yaitu perubahan kata dari bentuk aslinya menjadi bentuk yang lain. Sebelum menjelaskan apa itu proses morfemis diutarakan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan morfem.

Adapun yang dimaksud dengan morfem itu sendiri adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya secara relatif stabil dan yang tidak dapat dibagi atas bagian-bagian bermakna yang lebih kecil. (Kridalaksana, 2001: 141).

Dari sebuah morfem maka dapat dibentuk beberapa kata yang baru. Pembentukan kata-kata yang baru ini tentunya berdiri melalui berbagai proses, yaitu: afiksasi, reduplikasi, komposisi, konversi, modifikasi internal, suplesi, dan pemendekan.

Kesemua proses pembentukan kata di atas disebut dengan proses morfemis atau dikenal juga dengan proses morfologis, yang dalam bahasa Arab disebut dengan “

ﺔـ ﻮ ﻮ رﻮ ا

ﺔـ

ا

/al-`amaliyyatu al-mūrfūlūjiyyah/. (Nasution, 2006: 104).

Samsuri (1980: 190) menyatakan bahwa proses morfologis adalah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain.

Dalam bahasa Indonesia kata ”tulis” misalnya, bisa dirubah menjadi ”menulis, tertulis, tulisan, tulisan-tulisan, dll. Dalam bahasa Arab juga proses yang serupa, seperti


(24)

contoh: kata

ـآ

/kataba/ ”menulis” berubah menjadi

ـﻜ

/yaktubu/ ”dia (lk) menulis”,

ﺎآ

/kātibun/ ”penulis”,

بﻮ ﻜ

/maktūbun/ ”tertulis”,

ﺔ ـﻜ

/maktabah/ ”perpustakaan”,

ـﻜ

/maktab/ ”meja”,

بﺎ ـآ

/kitābun/ ”buku”, dan

ﺔ ﺎ ـآ

/kitābah/ ”tulisan”.

Untuk membuktikan proses morfemis ini, peneliti mencoba mengambil salah satu contoh pembentukan kata melalui proses afiksasi:

Asal Kata Sufiks (Akhiran) Menjadi

Makan + -an Makanan

Kata ”makan” setelah mendapat proses afiksasi, dalam hal ini mendapat sufiks (Akhiran) –an, menjadi kata baru yaitu ”makanan”.

Ternyata peneliti juga menemukan proses afiksasi ini di dalam bahasa Arab, seperti dua buah contoh berikut ini:

Arti Menjadi Sufiks Arti Asal Kata Dua buah

pena /qalam

نﺎ ـ

āni/

نﺎــ

Pena

ـ

/qalamun/

Kata ”

ـ

/qalamun/” yang berarti ”pena”, setelah mendapat proses afiksasi, dalam hal ini mendapatkan sufiks (Akhiran) ”

نﺎــ

/alīf dan nūn/”, menjadi kata baru yaitu

نﺎ ـ

” /qalamāni/ yang berarti ”dua buah pena”.

Arti Menjadi Infiks Arti Asal Kata

Penolong

ﺮ ﺎ

/nāşirun/

ﺎـ

Menolong


(25)

Kata ”

/naşara/” yang berarti ”menolong”, setelah mendapat proses afiksasi, dalam hal ini mendapatkan infiks (Sisipan) ”

ﺎـ

/alīf/”, menjadi kata baru yaitu ”

ﺮ ﺎ

” /nāşirun/ yang berarti ”penolong”.

Tentunya masih ada lagi beberapa bagian dari proses afiksasi yang menarik peneliti untuk mendalami lebih jauh dengan kaitannya di dalam bahasa Arab.

Selain proses afiksasi, peneliti juga menemukan salah satu dari proses morfemis, yaitu proses pemendekan, yang mana di dalam bahasa Arab disebut dengan istilah

ا

رﺎ

ﻜ ا

/al-ikhtişāru al-kitābiyyu/.

Berikut contoh akronim yang merupakan salah satu bagian dari proses pemendekan di dalam bahasa Indonesia: Hankam (Pertahanan dan Keamanan). Proses akronim di sini berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang sesuai dengan kaidah fonetik bahasa yang bersangkutan.

Dalam bahasa Arab juga terdapat proses akronim yang bercirikan gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata sebagaimana contoh berikut:

Gerakan

ﺔـآﺮـ

/harakah/

ح

Perlawanan

ﺔ وﺎ ـ ا

/al-muqāwamah/

م

Islam

ا

/al-islāmiyyah/

سا

سﺎ ـ

/hamās/

Kata

سﺎ ـ

/hamās/ merupakan bentuk akronim yang bercirikan gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata. Kata

سﺎ ـ

/hamās/ terdiri dari huruf

ح

/ha/ untuk

ﺔـآﺮـ

/harakah/ yang berarti ”Gerakan”,


(26)

sedangkan huruf

م

/mīm/ untuk

ﺔ وﺎ ـ ا

/al-muqāwamah/ yang berarti ”Perlawanan”, dan huruf

سا

/alīf/ dan /sīn/ untuk

ا

/al-islāmiyyah/ yang berarti ”Islam”.

Tentunya masih ada lagi beberapa bagian dari proses pemendekan yang menarik peneliti untuk mendalami lebih jauh dengan kaitannya di dalam bahasa Arab.

Setelah memberikan dua contoh dari proses morfemis yaitu contoh melalui proses afiksasi dan pemendekan di dalam kaitannya dalam bahasa Arab, tentunya menambah keingintahuan peneliti akan proses morfemis lainnya seperti proses reduplikasi, komposisi, konversi, modifikasi internal, dan suplesi.

Peneliti juga ingin meneliti bagaimana produktivitas proses morfemis dalam bahasa Arab. Adapun yang dimaksud peneliti dengan produktivitas dalam proses morfemis ini adalah dapat tidaknya proses pembentukan kata itu, terutama afiksasi, reduplikasi, dan komposisi, digunakan berulang-ulang yang secara relatif tidak tak terbatas; artinya ada kemungkinan menambah bentuk baru dengan proses tersebut. (Chaer: 2003: 193). Dari pengertian di atas dapat ditarik pengertian bahwa yang dimaksud dengan produktivitas proses morfemis adalah adanya pembentukan sesuatu yang baru dari suatu bentuk yang sudah ada sehingga dapat memperkaya perbendaharaan kosa kata.

Penelitian terdahulu yang ada hubungannya dengan pembahasan ini ada ditemukan, yaitu tesis yang berjudul Afiks Derivatif Dalam Bahasa Arab oleh Mahmud Khudri (2004). Peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian ini mengingat masih minimnya kajian bahasa Arab yang ditinjau dari sudut ilmu linguistik. Diharapkan nantinya dapat menambah literatur dalam rangka pengembangan ilmu bahasa Arab.


(27)

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti dan menganalisis secara lebih mendalam kajian ini dengan judul Proses Morfemis Dalam Bahasa Arab.

1.2. Batasan Masalah

Secara umum kajian mengenai proses morfemis tentunya sangat luas dan tidak bisa terlepas dari kajian tentang morfem serta kaitannya dengan masalah infleksi dan derivasi. Tetapi peneliti di dalam penelitian ini ingin lebih memfokuskan pada proses morfemisnya, mengingat dalam proses morfemis ini saja sudah terdiri dari 7 (tujuh) bagian, yaitu proses:

1. Afiksasi, 2. Reduplikasi, 3. Komposisi, 4. Konversi,

5. Modifikasi Internal, 6. Suplesi, dan

7. Pemendekan (Chaer, 2003: x).

Dari ketujuh proses di atas, peneliti ingin mengkaji dan mendeskripsikan apakah ketujuh proses tersebut terdapat di dalam bahasa Arab, serta ingin menjelaskan bentuk proses morfemis yang berbeda sesuai dengan kaidah tata bahasa Arab.

1.3. Rumusan Masalah

Agar penyajian suatu karya tulis tidak menyimpang dari pokok pembahasan yang dikehendaki, maka perlu adanya rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:


(28)

1. Bagaimana proses morfemis dalam bahasa Arab?

2. Bagaimana produktivitas proses morfemis dalam bahasa Arab? 1.4. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan proses morfemis dalam bahasa Arab.

2. Untuk mengetahui produktivitas proses morfemis dalam bahasa Arab. 1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Menambah referensi, khususnya ilmu bahasa Arab ditinjau dari sudut ilmu linguistik. 2. Menambah wawasan dan pemahaman peneliti secara khusus dan pembaca secara

umum dalam memahami bahasa Arab.

3. Sebagai bahan rujukan dan perbandingan ilmu linguistik dalam kajian morfologi dan kaitannya dengan bahasa Arab.

4. Untuk memberi masukan kepada para pembaca pada umumnya tentang Proses Morfemis dalam Bahasa Arab dan khususnya bagi mahasiswa Pascasarjana Program Studi Linguistik Universitas Sumatera Utara serta bagi mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra USU.


(29)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Morfologi

Morfologi merupakan salah satu dari tataran ilmu linguistik yang mempelajari dan menganalisis struktur, bentuk serta klasifikasi kata. Di dalam bahasa Arab kajian dari morfologi ini disebut dengan

/taşrīf/ yaitu perubahan satu bentuk kata menjadi bermacam-macam bentukan untuk mendapatkan makna yang berbeda dan tanpa ada perubahan tersebut makna yang berbeda itu tidak akan diperoleh (Alwasilah, 1993: 110). Sebagai contoh, perubahan bentuk dasar

ـ

/`alima/ ’mengetahui’ menjadi beberapa bentuk, diantaranya

ـ ـ

/`allama/ ’mengajar’,

ـ ا

/a'lama/ ’memberitahukan’,

ﱠـ

ـ

/ta`allama/ ’belajar’,

/`ālimun/ ’yang mengetahui’ merupakan kajian morfologi. Perubahan bentuk dasar menjadi beberapa bentuk tersebut adalah dengan menambahkan afiks. Penambahan afiks pada contoh di atas ada yang berupa prefiks yaitu pada kata

ـ ا

/a`lama/ dan ada pula yang berupa infiks yaitu pada kata

ـ ـ

/`allama/ dan

/`ālimun/ dan ada pula yang berupa gabungan afiks yang ditambahkan di awal dan di tengah yaitu pada kata

ﱠـ ـ

/ta`allama/. Perubahan bentuk

ـ

/`alima/ menjadi

ـ ـ

/`allama/,

ـ ا

/a`lama/, dan

ﱠـ

ـ

/ta`allama/ yang berubah hanya identitas leksikalnya saja sedangkan status kategorialnya tetap, sedangkan perubahan bentuk

ـ

/`alima/ menjadi

/`ālimun/ yang berubah tidak hanya identitas leksikalnya tetapi juga status kategorialnya. (Khudri, 2004: 6).


(30)

Kridalaksana (2001: 142) mengatakan bahwa morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya. Ditambahkannya juga bahwa morfologi merupakan bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagiannya.

Menurut Nida (1967: 1) menyatakan bahwa morfologi membicarakan seluk-beluk morfem dan susunan morfem dalam pembentukan kata. Lebih lanjut disebutkan juga bahwa di dalam proses pembentukan kata tersebut terdapat pengaruhnya terhadap fungsi dan arti. Sementara itu, Ramlan (1976: 16), mengatakan bahwa morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata atau mempelajari seluk-beluk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, fungsi gramatik maupun fungsi semantik.

Ya`qub (Tth: 186) dalam Nasution (2006: 116), menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan morfologi dalam bahasa Arab adalah:

ﺎ ﺮ ـ ـ

ىﺮ أ

ﺔ ـآ

ﺬ أ

,

ﻰ ا

ﺎ ـ ا

/akhżu kalimatin min ukhrā bitagyīri mā, ma`a at-tanāsubi fīl ma`nā/ "Membentuk kata dari kata yang lain dengan berbagai perubahan, namun tetap memiliki hubungan makna".

Sejalan dengan pendapat Ya`qub di atas, Syahrin (1980: 80) dalam Nasution (2006: 116), juga menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan morfologi di dalam bahasa Arab adalah:


(31)

/akhżu şīgatin ukhrā ma`a infāqihā māddah aşliyyah wa ma`nā/

“Membuat bentuk kata dari kata yang lain dan terjadi perubahan pada bentuk dan makna”.

Dari defenisi-defenisi yang telah dikemukakan para linguis tersebut dapatlah ditarik sebuah kesimpulan bahwa morfologi adalah bidang linguistik yang membicarakan tentang pembentukan kata dengan cara menggabungkan morfem.

2.2. Pembentukan Kata Bahasa Arab

Sistem penulisan Bahasa Arab dimulai dari kanan ke kiri. Huruf yang dipergunakan dalam tulisan Arab keseluruhannya merupakan konsonan. Untuk dapat melafalkan bunyi yang berwujud konsonan tersebut maka diberi

ﺔـآﺮ

/harakah/ (baris) yang berupa vokal yang diletakkan di atas atau di bawah konsonan tersebut. Harakah terbagi 3 (tiga), yaitu fathah, kasrah dan dammah. Penulisan fathah yaitu dengan melambangkan vokal /a/ yang diletakkan di atas konsonan dengan menggunakan tanda

. Kasrah yaitu dengan melambangkan vokal /i/ yang diletakkan di bawah konsonan dengan menggunakan tanda

dan Dammah yaitu dengan melambangkan vokal /u/ yang diletakkan di atas konsonan dengan menggunakan tanda . Selain daripada ketiga tanda tersebut masih ada lagi tanda sukun. Tanda sukun ini dipergunakan apabila suatu konsonan tidak diberi harakah /a/, /i/, atau /u/. Tanda ini diletakkan di atas konsonan dan dilambangkan dengan tanda

.

Sebagai contoh, apabila kata nazartu yang artinya 'saya melihat' maka cara penulisannya:

ت

,

ر

,

ظ

,

ن

(dari kanan ke kiri). Tulisan yang terpisah itu kemudian


(32)

disambungkan menjadi:

تﺮ

/nazartu/. Selanjutnya untuk kata-kata berupa ism (nomina) apabila ism tersebut tidak definitif maka biasanya mendapatkan tanda tanwin yang berupa harakah ganda di akhir ism tersebut yang dilambangkan dengan tanda

,

,

yang apabila dibaca: an, in, dan un. Khusus untuk tanwin fathah ( ) penulisannya disertai dengan alif terkecuali untuk kata yang diakhiri dengan ta marbutah (

ة

). Kemudian konsonan alīf (

ا

), waw (

و

), dan yā (

ي

) berfungsi untuk memanjangkan bunyi harakah yang sesuai. Tanda panjang ini dikenal dengan istilah mad. Selain itu apabila ada dua konsonan yang sejenis dan konsonan kedua dari konsonan yang sejenis itu berharakah, maka di dalam penulisannya hanya satu saja yang ditulis dengan meletakkan tanda tasydid ( ) di atas konsonan tersebut. Selain dari yang telah disebutkan di atas, ada pula perbedaan lain dengan huruf Latin. Huruf Latin dapat menyambung dan dapat pula disambung, sedangkan huruf Arab yang keseluruhannya berupa konsonan dapat disambung tetapi tidak semua dapat menyambung, seperti dal, zal, ra, zay dan waw. (Khudri, 2004: 8-9).

Pembentukan kata dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah şarfiyyah dan proses pembentukan kata tersebut diperoleh melalui taşrīf. Secara etimologi taşrīf berarti perubahan, sedangkan secara terminologi taşrif berarti membicarakan tentang cara pembentukan kata dan segala sesuatu yang berhubungan dengan hurufnya, seperti penyambungan huruf, pergantian huruf `illat, penambahan huruf (afiksasi) yang disertai dengan modifikasi internal (al-Gulayaini, 1987: 207).


(33)

Melalui proses pembentukan kata diperoleh bentukan-bentukan yang mungkin hanya berubah bentuk dasar atau asalnya, mungkin pula berubah identitas leksikalnya tanpa perubahan status kategorialnya atau berubah kedua-duanya baik identitas leksikal maupun status kategorialnya. Proses yang pertama menghasilkan bentukan-bentukan yang disebut dengan inflektif, sedangkan proses yang mengubah identitas leksikal tanpa perubahan status kategorialnya dan yang mengubah identitas leksikal sekaligus status kategorialnya merupakan bentukan derivatif (Verhaar, 1983: 66-67).

Pembentukan kata dalam bahasa Arab terdapat perbedaan tentang dasar pembentukannya. Para linguis yang berasal dari Basrah berpendapat bahwa dasar pembentukan kata dalam bahasa Arab adalah

رﺪ

/maşdar/ (infinitif), sedangkan para linguis yang berasal dari Kufah mengatakan bahwa dasarnya dari

ﻰ ﺎ ا

/fi`lu al-mādi (kata kerja yang telah lampau).

Dari kedua pendapat itu penulis lebih condong kepada pendapat yang kedua, yaitu yang mendasarkan pembentukan kata dari fi`lun (verba). Argumentasi penulis mendasarkan pembentukan kata dari fi`lun (verba) adalah bahwa di dalam proses pembentukan kata (taşrīf) itu senantiasa dimulai dengan fi`lun (verba) dan tidak pernah dimulai dengan maşdar. Selain itu, banyak sekali dijumpai fi`lun (verba) yang memiliki bentuk maşdar yang bermacam-macam. Misalnya kata

بﺬآ

/każaba/ ’berdusta’ memiliki bentus maşdar:

ﺎ ﺬآ

/każiban/,

ﺎ ﺬآ

/kiżban/,

ﺔ ﺬآ

/kiżbatan/,

ﺎ ﺬآ

/kiżaban/, dan

ﺎ اﺬآ

/kiżżāban/. Jadi tidaklah dapat diterima sesuatu yang dinamakan dasar memiliki bermacam-macam bentuk. Dalam kamus bahasa Arab dalam urutan kata selalu


(34)

dimulai dengan fi`lun (verba) dan setelah itu barulah bentuk maşdar (infinitif). (Khudri, 2004: 10).

Di dalam bahasa Arab dikenal tiga macam jenis kata yaitu:

ـ

/fi`lun/ (verba),

إ

/ismun/ (nomina) yang termasuk di dalamnya ajektifa, adverbia, dan pronomina serta yang terakhir adalah

فﺮ

/harfun/ (partikel). Verba bahasa Arab ditinjau dari segi bentuknya dapat dibedakan menjadi dua yaitu mujarrad (yang belum mendapat tambahan afiks) dan mazīd (yang telah mendapat tambahan afiks). Ditinjau dari segi jumlah konsonannya juga dibagi menjadi dua yaitu sulāsi (tiga konsonan) dan rubā`i (empat konsonan). (Lajnah, 1978: 113). Selanjutnya dari verba tiga konsonan dan empat konsonan tersebut dibentuk berbagai macam kata. Oleh karena jenis kata dalam bahasa Arab hanya dibagi tiga saja, maka dalam pembentukan kata hanya dikenal bentukan verba deverbal (verba yang dibentuk dari verba), nomina deverbal (nomina yang dibentuk dari verba), dan ada juga bentukan verba denominal (verba yang dibentuk dari nomina) namun untuk bentukan yang terakhir ini jumlahnya terbatas. Harfun tidak masuk kelompok yang mengalami pembentukan. (Khudri, 2004: 10-11). Hal ini karena harfun hanya berfungsi sebagai penghubung antar kata dan tidak terpengaruh perubahan.

Dalam bahasa Arab istilah kata disebut dengan

ﺔ ـﻜ ا

/al-kalimah/. Gabungan dari dua

ﺔ ـﻜ ا

/al-kalimah/ atau lebih disebut dengan

ا

/al-jumlah/. Dengan demikian kata dalam bahasa Arab disebut dengan

ﺔ ـﻜ ا

/al-kalimah/ 'kalimat', yang mana kalimat dalam bahasa Indonesia disebut

ا

/al-jumlah/ dalam bahasa Arab. Al-Jurjani dalam Nasution (2006: 100) menjelaskan,

ا

/al-jumlah/ adalah:


(35)

دﺎ أ

ءاﻮ

ىﺮ ﻷا

ﻰ إ

ﺎ هاﺪ إ

تﺪ أ

ـآ

آﺮ

ـ

ةرﺎ ـ

ﻚ ﻮ ـآ

"

ﺪ ز

"

,

وأ

,

ﻚ ﻮ ـآ

"

ﻰ ﺮﻜ

نا

."

/`ibāratun `an murakkabin min kalimataini usnidat ihdāhumā ila al-ukhrā sawā'un afāda kaqaulika ”zaidun qāimun”, aw lam yafid, kaqaulika”in yukrimunī”/

"Sebuah ungkapan yang tersusun dari dua kata, yang satu di isnad-kan kepada yang lain, apakah sempurna, seperti ”si zaid berdiri” atau belum, seperti “jika ia memuliakan saya”".

Bahasa Arab memiliki sistem yang sangat variatif dalam pembentukan katanya. Dari satu akar kata dapat dikembangkan menjadi beberapa kata, sehingga tidak mengherankan jika kosa kata bahasa Arab sangat banyak

2.3. Proses Morfemis

Bloomfield (1976: 161) memberikan defenisi mengenai morfem sebagai berikut: "a linguistics form which bears no partial phonetic-semantic resemblance to any other form, is a simple form or a morpheme".

Terjemahannya sebagai berikut: “Satu bentuk bahasa yang sebagiannya tidak mirip dengan bentuk lain mana pun juga, baik bunyi maupun arti, adalah bentuk tunggal atau morfem”.

Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang mengandung makna. (Arifin & Zunaiyah, 2007: 2).

Chaer (2003: 159) menyebutkan bahwa sebuah morfem dasar dapat menjadi sebuah bentuk atau dasar (base) dalam suatu proses morfologi. Artinya, bisa diberi afiks


(36)

tertentu dalam proses afiksasi, bisa diulang dalam suatu proses reduplikasi, atau bisa digabung dengan morfem lain dalam suatu proses komposisi.

Morfem adalah komposit pengertian yang terkecil yang sama atau mirip yang berulang. (Samsuri, 1980: 170).

Morfem (morpheme): satuan bahasa terkecil yang maknanya secara relatif stabil yang tidak dapat lagi dibagi atas bagian makna yang lebih kecil. (Kridalaksana, 2001: 141).

Proses Morfologis (morphological process): proses yang mengubah leksem menjadi kata. Dalam hal ini leksem adalah input dan kata merupakan output. (Kridalaksana, 2001: 180).

Proses Morfemis merupakan proses pembentukan kata bermorfem jamak baik derivatif maupun inflektif. (Parera, 1994: 18).

Chaer (2003: 177) membagi proses morfemis ke dalam 7 (tujuh) bagian, yaitu melalui proses:

1. Afiksasi 2. Reduplikasi 3. Komposisi 4. Konversi,

5. Modifikasi Internal, 6. Suplesi dan


(37)

● Afiksasi yang di dalam bahasa Arab disebut dengan istilah

اوﺰ ا

/az-zawāid/ adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur:

1. Dasar atau bentuk dasar, 2. Afiks, dan

3. Makna gramatikal yang dihasilkan

Proses ini dapat bersifat inflektif dan dapat pula bersifat derivatif. (Chaer, 2003: 182).

Al-Khuli (1982: 131) dalam bukunya A Dictionary of Theoretical Linguistics (English-Arabic) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Infleksi dalam istilah bahasa Arab adalah:

ﺮ ا

:

و

لﺪ

ﺔ ﻜ ا

ﺪ اوز

ﺔ ﺎ إ

ﺎﻬ

و

ا

ﺎهاﻮ

.

/at-taşrīfu: idāfatu zawāidi al-kalimati litadulla `alā wazīfatihā fī al-jumlati wa `alāqatiha bisiwāhā/.

"Infleksi: menambahkan beberapa huruf tambahan kepada satu kata dengan tujuan merubah fungsinya dalam kalimat dan hubungannya dengan kata-kata yang sebelum dan sesudahnya".

Al-Khuli (1982: 70) bahwa yang dimaksud dengan Derivasi dalam istilah bahasa Arab adalah:

قﺎ

ا

:

رﺬ ا

ﺎﻬ

ىﺮ أ

ﺔ آ

ﻮﻜ

,

)

ﺎآ

(

ا

)

آ

(

و

writer

ا

write

.

نﻮﻜ و

ةﺪ او

ةﺪ از

ﺔ ﺎ ﺈ

ةدﺎ

قﺎ ﻷا

قﺎ ا

وأ

رﺬ ا

ﻰ إ

ﺮ ـآأ

وأ

.


(38)

/al-isytiqāqu: takwīnu kalimatin ukhrā tattahidu ma`ahā fī al-juzri, mislu (kātibun) al-musytaqqatu min (kataba) wa writer al-musytaqqatu min write. Wa yukawwinu al-isytiqāqu `ādatan bi idāfati zā'idatin wāhidatin aw aksara ilā al-juzri aw as-sāqi.

"Derivasi: pembentukan satu kata baru yang serupa dengan kata sebelumnya ditinjau dari akar kata pembentukannya, seperti kata (katibun) dibentuk dari kata (kataba), sama halnya seperti kata writer yang dibentuk dari kata write. Biasanya pembentukan kata derivasi yaitu dengan menambahkan satu huruf tambahan atau lebih kepada akar kata aslinya".

Dalam KBBI (1988: 9), yang dimaksud dengan afiks adalah bentuk terikat yang ditambahkan pada kata dasar atau bentuk dasar (spt. prefiks, konfiks, atau sufiks): imbuhan.

Al-Khuli (1982: 8) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Afiks dalam istilah bahasa Arab adalah:

ا

ةﺪ اﺰ

:

ﺔ ﺎ

رﺬ ا

فﺎ

,

ﺔ اد

اد

وأ

,

وأ

,

ﺔ ﺎ

وأ

.

اﺬﻜهو

,

عاﻮ أ

ﺔ رأ

ةﺪ اﺰ ا

نﺈ

ﺔ ﺎ ا

ه

prefix

ﺔ اﺪ او

infix

و

suffix

ﺔ ﺎ او

superfix .

/az-zāidatu: murfīmun yudāfu qabla al-juzri fayusammā sābiqatan, aw dākhiluhu fayusammā dākhilatan, aw ba`dahu fayusammā lāhiqatan, aw fauqahu fayusammā `āliyatan. Wa hakazā, fainna az-zāidata arba`atu anwā`in hiya as-sābiqatu wa ad-dākhilatu wa al-lāhiqatu wa al`āliyatu/. "Afiks: morfem yang ditambahkan atau diletakkan sebelum akar kata yang asli dinamakan sābiqah, atau tambahan yang dimasukkan ke tengah-tengah akar kata disebut dākhilah, atau tambahan yang diletakkan setelah akar kata disebut lāhiqah, atau yang diletakkan di atasnya disebut `āliyah. Maka afiks ada empat macam, yaitu sābiqah atau prefiks, dākhilah atau infiks, lāhiqah atau sufiks, dan `āliyah atau superfiks".


(39)

Adapun yang dimaksud dengan afiksasi dalam KBBI (1988: 9), adalah pemberian imbuhan (prefiks, konfiks, sufiks) pada kata dasar.

Al-Khuli (1982: 8) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Afiksasi dalam istilah bahasa Arab adalah:

ﺪ اوﺰ ا

:

ةﺪ ﺪ

ﺔ آ

قﺎ

اد

وأ

ﺪ وأ

رﺬ ا

ةﺪ از

ﺔ ﺎ إ

.

/az-zawāidu: idāfatu zā'idatin qabla al-juzri aw ba`dahu aw dākhiluhu li isytiqāqi kalimatin jadīdatin/.

"Afiksasi: penambahan satu huruf tambahan yang diletakkan di awal akar kata atau setelahnya atau diantaranya dengan tujuan membentuk kata yang baru".

Dilihat dari posisi melekatnya pada bentuk dasar biasanya dibedakan adanya prefiks, infiks, sufiks, konfiks, interfiks, dan transfiks. (Chaer, 2003: 178).

Berikut diuraikan bagian-bagian dari afiksasi beserta contohnya: a. Prefiks : afiks yang diimbuhkan di muka bentuk dasar. Contoh: me- pada kata menghibur

b. Infiks : afiks yang diimbuhkan di tengah bentuk dasar. Contoh: -el pada kata telunjuk

c. Sufiks : afiks yang diimbuhkan pada posisi akhir bentuk dasar. Contoh: -kan pada kata bagaikan

d. Konfiks : afiks yang berupa morfem terbagi, yang bagian pertama berposisi pada awal bentuk dasar, dan bagian yang kedua berposisi pada akhir bentuk dasar.


(40)

e. Interfiks : sejenis infiks atau elemen penyambung yang muncul dalam proses penggabungan dua buah unsur. Interfiks banyak dijumpai dalam bahasa-bahasa Indo German.

Contoh: Unsur 1 Unsur 2 Gabungan Makna Tag Reise Tag.e.reise day’s journey f. Transfik : afiks yang berwujud vokal-vokal yang diimbuhkan pada keseluruhan

dasar.

Contoh: di dalam bahasa Arab konsonan k-t-b → kita:b → ka:tib. (Chaer, 2003: 177-182).

● Reduplikasi yang di dalam bahasa Arab disebut dengan istilah

ـ ا

/at-tad`īf/ adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi.

Dalam KBBI (1988: 735), yang dimaksud dengan reduplikasi adalah hal perulangan kata atau unsur kata, seperti yang terjadi pada kata rumah-rumah, tetamu. Berikut diuraikan bagian-bagian dari reduplikasi beserta contohnya:

a. Dwilingga:

Pengulangan morfem dasar. Contoh: meja-meja

b. Dwilingga salin suara:

Pengulangan morfem dasar dengan perubahan vokal dan fonem lainnya. Contoh: bolak-balik


(41)

c. Dwipurwa:

Pengulangan silabel pertama. Contoh: lelaki

d. Dwiwasana:

Pengulangan pada akhir kata. Contoh: cengengesan

e. Trilingga: pengulangan morfem dasar sampai dua kali. Contoh: dag-dig-dug (Chaer, 2003: 182-183).

● Komposisi atau yang di dalam bahasa Arab disebut dengan istilah

ا

ا

ﺔ ﺎ

/al-jumlatu al-idāfiyyah/ adalah hasil dari proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau baru.

Dalam KBBI (1988: 453), yang dimaksud dengan komposisi adalah: susunan, tata susun, dan gubahan. Berikut adalah contoh dari proses komposisi: lalu lintas, daya juang, rumah sakit. Dalam bahasa Arab;

م ﻜ اﺮ أ

/akhīrulkalāmi/,

د

ا

/hajarul aswadi/,

تﻮ ا

ﺔﻜ

/malāikatulmauti/, dll. (Chaer, 2003: 185).

●Konversi, sering juga disebut derivasi zero, transmutasi, dan transposisi adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur segmental.


(42)

Kata cangkul adalah nomina dalam kalimat Ayah membeli cangkul baru, tetapi dalam kalimat Cangkul dulu baik-baik tanah itu, baru ditanami adalah verba. (Chaer, 2003: 188-189). Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, maka contoh tersebut pada kata 'cangkul' di atas akan mengalami perubahan segmental.

● Modifikasi internal (sering disebut juga penambahan internal atau perubahan internal) yang dalam bahasa Arab disebut dengan

اﺪ ا

ﺪ ـ ا

/at-ta`dīlu ad-dākhiliyyu/ adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur (yang biasanya berupa vokal) ke dalam morfem yang berkerangka tetap (yang biasanya berupa konsonan).

Berikut adalah contoh dari proses modifikasi internal:

Di dalam bahasa Arab konsonan k-t-b → kita:b → ka:tib.(Chaer, 2003: 189-190). ● Suplesi atau yang di dalam bahasa Arab disebut dengan

ﺎﻜ ا

ﺮـ ا

/at-tagaiyyaru al-kāmiliyyu/ adalah merupakan bagian dari modifikasi internal lain di dalam proses suplesi perubahannya sangat ekstrim karena ciri-ciri bentuk dasar tidak atau tidak tampak lagi. Boleh dikatakan bentuk dasar itu berubah total.

Berikut adalah contoh dari proses suplesi: Dalam bahasa Inggris;

go went

be was/were

must had to (Chaer, 2003: 190-191).

● Pemendekan yang di dalam bahasa Arab disebut dengan istilah

رﺎ

ا


(43)

gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya.

Dalam berbagai kepustakaan, hasil dari proses pemendekan ini biasanya dibedakan atas:

a. Penggalan : Kependekan berupa pengekalan satu atau dua suku pertama dari bentuk yang dipendekkan itu.

Contoh: lab, atau labo untuk laboratorium

b. Singkatan : Hasil proses pemendekan, yang antara lain berupa;

• Pengekalan huruf awal dari sebuah leksem, atau huruf awal dari gabungan leksem.

Contoh: DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).

• Pengekalan beberapa huruf dari sebuah leksem. Contoh: hlm (halaman) dan bhs (bahasa).

• Pengekalan huruf pertama dikombinasi dengan penggunaan angka untuk pengganti huruf yang sama.

Contoh: P4 (Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila).

• Pengekalan dua, tiga, atau empat huruf pertama dari sebuah leksem.

Contoh: Ny (nyonya) dan Okt (Oktober).

• Pengekalan huruf pertama dan huruf terakhir dari sebuah leksem. Contoh: Ir (Insinyur) dan Jo (Junto).


(44)

c. Akronim : Hasil pemendekan yang berupa kata atau dapat dilafalkan sebagai kata. Wujud pemendekannya dapat berupa pengekalan huruf-huruf pertama, berupa pengekalan suku-suku kata dari gabungan leksem, atau bisa juga secara tak beraturan.

Contoh: juklak (petunjuk pelaksanaan), inpres (instruksi presiden) dan wagub (wakil gubernur). (Chaer, 2003: 191).

Al-Khuli (1982: 1) dalam bukunya A Dictionary of Theoretical Linguistics (English-Arabic) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Pemendekan dalam istilah bahasa Arab adalah:

ﺎ ﻜ ا

رﺎ

ا

:

ﺔ ﻜ ا

ةرﺎ ا

وأ

ﺔ ﻜ ا

فوﺮ

ﻰ ﻜ

نأ

ﺎﻬ آ

ةرﺎ اوأ

.

)

إ

(

ةﺮ

ا

)

ﺮ أ

ﻰ إ

.(

رﺎ

ا

ﺪ و

ا

رﺎ

إ

ﺎ ﻜ ا

.

he'll

ةﺮ

ا

he will

.

/al-ikhtişāru al-kitābiyyu: an yuktafā biba'di hurūfi kalimati aw al-`ibārati `ani al-kalimati aw al-`ibārati kulluhā. Mislu (ilakh) al-mukhtaşiratu `an (ilā akhirihi). Wa qad yuşāhibu al-ikhtişāru al-kitābiyyu ikhtişārun fi al-lafzi. Mislu he'll al-mukhtaşiratu `an he will/

"Pemendekan: cukup dengan menyebutkan sebagian huruf dari satu kata atau dari satu ungkapan atau dari sebuah ungkapan secara keseluruhan. Seperti kata (ilakh) merupakan bentuk pemendekan dari (ila akhirihi). Jika ada pemendekan dalam tulisan maka pemendekan dalam pengucapan juga akan terjadi. Seperti he'll merupakan pemendekan dari he will".

Dalam bahasa Arab ditemukan istilah

ا

/an-nahtu/ yang berarti 'akronim'. Dalam kamus bahasa Kontemporer Arab-Indonesia ditemukan bahwa

ا

/an-nahtu/ berarti ‘pengukiran atau pemahatan’. (Ali dan Ahmad Zuhdi, 1996: 132).


(45)

Secara terminologi,

ا

/an-nahtu/ menurut Wafi (1962: 180) dalam Nasution (2006: 114) adalah:

عﺰ

نأ

ﺔ ﺪ

وأ

ﺮ آﺄ

ـآ

ﺔ ـآ

تاﻮ أ

آﺮ

تاﻮ ﻷا

ﻰ ﺎ

ﺰ ا

ﻰ ا

ﺎﻬ

.

/'an tantazi`a aşwātu kalimatin min kalimataini fa`aksaru aw min jumlatin li ad-dilālati `alā ma`nā murakkabin min ma`āni al-aşwāti al-latī intaza`at minhā/.

"Membentuk sebuah kata dari dua atau beberapa kata yang menunjukkan satu makna yang sama dari kata atau kalimat yang dipendekkan".

Selain istilah

ا

/an-nahtu/, ada istilah lain untuk Akronim yaitu

ﻜ ا

ﺔـ ـ اوﻷا

/al-kalimatu al-'awāiliyyatu/ sebagaimana defenisi berikut:

ﺔــ ـ اوﻷا

ﺔ ﻜ ا

:

ﺔ آ

ةﺪـ

ﺔ وﻷا

فوﺮ ا

نﻮﻜ

ﺔ آ

,

NATO

اوأ

نﻮﻜ

North Athlantic Treaty Orgnization

,

و

)

ا

(

اوأ

)

ﷲا

(

,

و

)

ﺔ ﻮ ا

(

وأ

)

ﷲﺎ

إ

ةﻮ

و

لﻮ

.(

/al-kalimatu al-'awāiliyyatu: kalimatun tatakawwanu minal-hurūfi al-awwaliyyah fī `iddati kalimati, mislu NATO tatakawwanu min awāil North Athlantic Treaty Organization, wa (al-basmalah) min awāil (bismillāh), wa (al-hauqulah) min awāil (lā haula wa lā quwwata illā billāh)/.

"Akronim: kata yang terbentuk dari huruf awal dari gabungan kata, seperti kata NATO yang merupakan gabungan huruf awal dari kata North Athlantic Treaty Orgnization, dan begitu juga halnya dengan (al-basmalah) yang terbentuk dari (bismillah), dan (al-hawqūlah) yang terbentuk dari (lā hawla wa lā quwwata illā billāhi/".


(46)

2.4. Landasan Teori

Peneliti menggunakan teori Chaer tentang proses morfemis. Defenisi-defenisi yang terdapat dalam proses morfemis yaitu mengenai Afiksasi, Reduplikasi, Komposisi, Konversi, Modifikasi Internal, Suplesi, dan Pemendekan juga diambil dari pendapat Chaer.

Menurut Chaer (2003: 147) untuk menentukan sebuah satuan bentuk adalah morfem atau bukan, adalah dengan cara membandingkan bentuk tersebut di dalam kehadirannya dengan bentuk-bentuk lain. Kalau bentuk tersebut ternyata bisa hadir secara berulang-ulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut adalah sebuah morfem.

Penelitian ini berpedoman kepada teori dari aliran tata bahasa struktural. Hal ini didasari karena konsep morfem baru diperkenalkan oleh kaum strukturalis pada awal abad kedua puluh.

Teori ini dipelopori oleh seorang linguis ternama yang bernama Leonard Bloomfield. Bloomfield (1976: 161) memberikan defenisi morfem sebagai berikut:

”a linguistics form which bears no partial phonetic-semantic resemblance to any other form, is a simple form or a morpheme”

Terjemahannya sebagai berikut: “Satu bentuk bahasa yang sebagiannya tidak mirip dengan bentuk lain mana pun juga, baik bunyi maupun arti, adalah bentuk tunggal atau morfem”.

Proses morfemis (Samsuri: proses morfologis; Ramlan; proses morfologik) ialah proses pembentukan kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan yang lain.


(47)

Salah satu wujud proses morfemis ialah penggabungan morfem dasar dengan morfem afiks. Umpamanya dalam bahasa Indonesia penggabungan morfem dasar ajar, dengan berbagai afiks akan menghasilkan kata-kata:

- mengajar, - belajar, - pelajar, - pelajaran, - pengajar, - mengajarkan, - mengajari, - mempelajari, - diajar, - diajarnya, - diajarkan, - diajari,

- kuajar, dan seterusnya.

Verhaar (1983) dalam Salombe (1982: 31-32) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan proses morfemis (dalam bahasa tertentu adalah suatu proses sistemis. Pernyataan itu didasarkannya atas penerapan analisis Tata Bahasa Proses dengan teori Lehman. Menurut tata bahasa itu, proses morfemis bersifat sinkronis.

Morfologi sinkronik menelaah morfem-morfem dalam satu cakupan waktu tertentu, baik waktu lalu ataupun waktu kini. Pada hakikatnya morfologi sinkronik adalah satu analisis linear, yang mempertanyakan apa-apa yang merupakan komponen leksikal


(48)

dan komponen sintaksis kata-kata, dan bagaimana caranya komponen-komponen tersebut menambahkan, mengurangi, atau mengatur kembali dirinya dalam berbagai ragam konteks. Morfologi sinkronik tidak ada sangkut-pautnya atau tidak menaruh perhatian pada sejarah atau asal-usul kata dalam bahasa. Tarigan (1986: 4-5).


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode

Setiap penelitian biasanya berpedoman kepada metode-metode tertentu agar dapat mempermudah dalam memecahkan permasalahan yang terdapat di dalam penelitian. Penelitian yang baik adalah penelitian yang memakai metode yang tepat dan sesuai dengan arah yang diinginkan.

Metode adalah cara-cara yang digunakan dalam melakukan pengumpulan data sampai dengan penyiaran tertulis hasil analisis data.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu dengan jalan mengumpulkan data, menyusun, mengklasifikasikan lalu kemudian menganalisis dan menginter- pretasikannya.

Langkah pertama yang dilakukan dalam memulai penelitian adalah dengan mencari bahan yang relevan. Setelah data dikumpulkan kemudian diseleksi, setelah itu dianalisis. Hasil dari analisis tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk karya tulis berupa tesis.

3.2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini merupakan ragam bahasa tulis. Ragam bahasa menurut sarananya dapat dibagi atas ragam lisan atau ujaran, dan ragam tulisan (Moeliono, dkk, 1985: 7).


(50)

Bahasa Arab ragam tulis yang dijadikan data dalam penelitian ini adalah bahasa Arab baku (fusha).

Bahasa Arab yang digunakan ini adalah bahasa Arab standar yang dipergunakan berbagai media komunikasi dalam bentuk buku, majalah, surat kabar, papan-papan pengumuman, dokumen pemerintah, surat-menyurat, dan surat-surat pribadi. Juga dipergunakan oleh media televisi dan radio termasuk dalam pidato-pidato, konfrensi-konfrensi dan seminar-seminar ilmiah. Tegasnya bahasa ini merupakan bahasa standar dan berlaku untuk semua negara yang berpenduduk mayoritas Arab dan muslim.

Sumber data yang dipergunakan antara lain:

(A) Jamī`ud Durūsil `Arabiyah, oleh Musthafa Al Ghulayaini (1992). (B) An-Nahwu Al-Wādih, oleh Ali Jarim dan Musthafa Amin (1966). (C) Al-Qirā'atu Wa Al-Kitābah, oleh Muhammad Muharram (1997). (D) Sajalul `Arūf fī Fahmi Aş-Şarfi, oleh Ahmad Hamlawi (T.th.). (E) Al-Munjid fī Al-Lughah wa Al-`Alām, oleh Louis Ma`luf (1992).

Di samping sumber data tertulis, penelitian ini juga dilengkapi dengan data lisan dari nara sumber yang dapat memberikan keterangan informasi tentang objek yang diteliti.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data melalui perpustakaan, dilakukan dengan menseleksi sumber data dari buku-buku bahasa Arab yang berhubungan dengan masalah-masalah yang dikaji dalam penelitian ini yaitu proses morfemis dalam bahasa Arab. Penentuannya


(51)

dibedakan atas mana yang masuk ke dalam proses morfemis serta bagaimana produktivitas proses morfemis tersebut di dalam bahasa Arab.

Data yang diambil menggunakan metode deskriptif sinkronik (descriptive synchronic), maksudnya data dikumpulkan seperti kondisi apa adanya kemudian dideskripsikan sesuai dengan ciri alamiah naskah itu (Djajasudarma, 1993: 6).

Prosedur pengumpulan data yang akan dilakukan adalah: 1. Mengumpulkan referensi yang relevan dengan objek penelitian. 2. Mengumpulkan data-data dari referensi yang sudah ada.

3. Data tersebut kemudian dipilah, diklasifikasikan menurut jenisnya dan kemudian dianalisis.

4. Hasil analisis data yang telah memenuhi ukuran kevaliditasan akan disusun kembali sebagai hasil penelitian.

Khusus data dari bahasa Arab pendiskripsian dan penulisannya akan dilakukan dengan menggunakan Sistem Transliterasi Arab-Latin berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri P&K RI No.158/1987 dan No.0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

3.4. Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis proses morfemis dalam bahasa Arab adalah secara deduktif yakni berawal dari data kemudian mengaplikasikannya ke dalam teori.

Sesuai dengan metode analisis yang digunakan maka peneliti akan menempuh prosedur dengan tahapan sebagai berikut:


(52)

1. Mengidentifikasikan setiap bentuk yang termasuk kedalam proses morfemis dalam bahasa Arab.

2. Mengidentifikasi dan menjelaskan bentuk-bentuk yang termasuk ke dalam keproduktivitasan proses morfemis dalam bahasa Arab.


(53)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Proses Morfemis (

ﺔ ـ ـ

رﻮ ا

ﺔـ

ا

/al-`amaliyyatu al-mūrfīmiyyah/) dalam bahasa Arab

Chaer (2003: 177) membagi proses morfemis ke dalam 7 (tujuh) bagian, yaitu melalui proses:

1. Afiksasi 2. Reduplikasi 3. Komposisi 4. Konversi,

5. Modifikasi Internal, 6. Suplesi dan

7. Pemendekan

4.1.1. Proses Afiksasi (

ﺪﺋاوﺰ ا

/az-zawāid/)dalam Bahasa Arab

● Afiksasi yang di dalam bahasa Arab disebut dengan istilah

ﺪ اوﺰ ا

/az-zawāid/ adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur:

1. Dasar atau bentuk dasar, 2. Afiks, dan

3. Makna gramatikal yang dihasilkan


(54)

Proses ini dapat bersifat inflektif dan dapat pula bersifat derivatif. (Chaer, 2003: 182).

Al-Khuli (1982: 131) dalam bukunya A Dictionary of Theoretical Linguistics (English-Arabic) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Infleksi dalam istilah bahasa Arab adalah:

ﺮ ا

:

ﺎﻬ

و

ا

ﺎﻬ

و

لﺪ

ﺔ ﻜ ا

ﺪ اوز

ﺔ ﺎ إ

ﺎهاﻮ

.

/at-taşrīfu: idāfatu zawāidi al-kalimati litadulla `alā wazīfatihā fī al-jumlati wa `alāqatiha bisiwāhā/.

"Infleksi: menambahkan beberapa huruf tambahan kepada satu kata dengan tujuan merubah fungsinya dalam kalimat dan hubungannya dengan kata-kata yang sebelum dan sesudahnya".

Al-Khuli (1982: 70) bahwa yang dimaksud dengan Derivasi dalam istilah bahasa Arab adalah:

قﺎ

ا

:

رﺬ ا

ﺎﻬ

ىﺮ أ

ﺔ آ

ﻮﻜ

,

)

ﺎآ

(

ا

)

آ

(

و

writer

ا

write

.

ةﺪ او

ةﺪ از

ﺔ ﺎ ﺈ

ةدﺎ

قﺎ ﻷا

نﻮﻜ و

قﺎ ا

وأ

رﺬ ا

ﻰ إ

ﺮ ـآأ

وأ

.

/al-isytiqāqu: takwīnu kalimatin ukhrā tattahidu ma`ahā fī al-juzri, mislu (kātibun) al-musytaqqatu min (kataba) wa writer al-musytaqqatu min write. Wa yukawwinu al-isytiqāqu `ādatan bi idāfati zā'idatin wāhidatin aw aksara ilā al-juzri aw as-sāqi.

"Derivasi: pembentukan satu kata baru yang serupa dengan kata sebelumnya ditinjau dari akar kata pembentukannya, seperti kata (kātibun) dibentuk dari kata (kataba), sama halnya seperti kata writer yang dibentuk dari kata write. Biasanya pembentukan kata derivasi yaitu dengan menambahkan satu huruf tambahan atau lebih kepada akar kata aslinya".


(55)

Dalam KBBI (1988: 9), yang dimaksud dengan afiks adalah bentuk terikat yang ditambahkan pada kata dasar atau bentuk dasar (spt. prefiks, konfiks, atau sufiks): imbuhan.

Al-Khuli (1982: 8) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Afiks dalam istilah bahasa Arab adalah:

ا

ةﺪ اﺰ

:

ﺔ ﺎ

رﺬ ا

فﺎ

,

ﺔ اد

اد

وأ

,

وأ

,

ﺔ ﺎ

وأ

.

اﺬﻜهو

,

ه

عاﻮ أ

ﺔ رأ

ةﺪ اﺰ ا

نﺈ

ﺔ ﺎ ا

prefix

ﺔ اﺪ او

infix

و

suffix

ﺔ ﺎ او

superfix .

/az-zāidatu: murfīmun yudāfu qabla al-juzri fayusammā sābiqatan, aw dākhiluhu fayusammā dākhilatan, aw ba`dahu fayusammā lāhiqatan, aw fauqahu fayusammā `āliyatan. Wa hakazā, fainna az-zāidata arba`atu anwā`in hiya as-sābiqatu wa ad-dākhilatu wa al-lāhiqatu wa al`āliyatu/. "Afiks: morfem yang ditambahkan atau diletakkan sebelum akar kata yang asli dinamakan sābiqah, atau tambahan yang dimasukkan ke tengah-tengah akar kata disebut dākhilah, atau tambahan yang diletakkan setelah akar kata disebut lāhiqah, atau yang diletakkan di atasnya disebut `āliyah. Maka afiks ada empat macam, yaitu sābiqah atau prefiks, dākhilah atau infiks, lāhiqah atau sufiks, dan `āliyah atau superfiks".

Adapun yang dimaksud dengan afiksasi dalam KBBI (1988: 9), adalah pemberian imbuhan (prefiks, konfiks, sufiks) pada kata dasar.

Al-Khuli (1982: 8) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Afiksasi dalam istilah bahasa Arab adalah:

ﺪ اوﺰ ا

:

ةﺪ ﺪ

ﺔ آ

قﺎ

اد

وأ

ﺪ وأ

رﺬ ا

ةﺪ از

ﺔ ﺎ إ

.

/az-zawāidu: idāfatu zā'idatin qabla al-juzri aw ba`dahu aw dākhiluhu li isytiqāqi kalimatin jadīdatin/.


(56)

"Afiksasi: penambahan satu huruf tambahan yang diletakkan di awal akar kata atau setelahnya atau diantaranya dengan tujuan membentuk kata yang baru".

Menurut Kridalaksana (2001: 177) prefiks yaitu afiks yang ditambahkan pada bagian depan pangkalnya, seperti morfem ber pada kata bersepeda. Atau sering disebut dengan awalan. Morfem ke pada kata kepada, morfem ter pada kata terlambat, dll. Morfem ber, ke, ter, pada contoh-contoh di atas disebut prefiks, sementara kata sepeda, pada, dan lambat, adalah kata dasarnya.

Dilihat dari posisi melekatnya pada bentuk dasar biasanya dibedakan adanya prefiks, infiks, sufiks, konfiks, interfiks, dan transfiks. Di samping itu masih ada istilah ambifiks dan sirkumfiks.

Berikut diuraikan bagian-bagian dari afiksasi beserta contohnya: a. Prefiks : afiks yang diimbuhkan di muka bentuk dasar. Contoh: me- pada kata makan menjadi memakan.

Al-Khuli (1982: 224) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Prefiks dalam istilah bahasa Arab adalah:

ﺔ ﺎ ا

:

ةﺪ او

ﺔ آ

نﻮﻜ ورﺬ ا

ﺪ ـ

رﻮ

,

un-unkind

.

ا

هو

suffix

ﺔ اﺪ او

infix

ﺔ ﺎ او

superfix .

/as-sābiqatu: murfīmun muqaiyyadun yasbiqu al-jizri wa yukawwinu ma`ahu kalimatan wāhidatan, mislu –un fī unkind. Wa hiyā takhtalifu `an al-lāhiqati suffix wa ad-dākhilati infix wa al-`āliyati superfix/.

"Prefiks: morfem yang terikat dan mendahului akar kata dan membentuk bersamanya satu kata yang baru, seperti penambahan –un pada unkind.


(57)

Hal ini berbeda dengan lāhiqah sufiks, dākhilah infiks, dan `āliyah superfiks".

Dalam bahasa Arab ditemukan proses prefiks. Dalam bahasa Arab prefiks dinamai dengan istilah (

ﺔ ﺎ ا

/as-sābiqah/) atau dalam istilah lain dikenal juga dengan sebutan (

اﻮ

/sawābiq/). Proses prefiks (

ﺔ ﺎ ا

/as-sābiqah/) itu sendiri dalam bahasa Arab sangat sering dan banyak dijumpai. Prefiks dalam bahasa Arab bisa terjadi pada

ـ ـ

/fi’lun/ (verba) dan

إ

/ismun/ (nomina). Tabel 1

Tabel proses prefiks dalam bahasa Arab yang terjadi pada

ـ

ـ

/fi’lun/ (verba) Kategori Arti Menjadi Prefiks Asal Kata

Dia (lk) membaca /yaqra`u/

أﺮـ ـ

ــ

Dia (pr) / Engkau (lk)

membaca /taqra`u/

أﺮـ ـ

ــ

Kami (lk/pr) membaca /naqra`u/

أﺮـ ـ

ــ

Saya membaca /aqra`u/

أﺮـ أ

أ

أﺮ

/qara`a/ (membaca)

Dia (lk) mengeluarkan

جﺮـ أ

/akhraja/

أ

جﺮ

/kharaja/ (keluar)

Pecah

ﺮ ﻜـ ا

/inkasara/

ــ ا

ﺮ آ

/kasara/ (memecahkan)

Fi’lun

(Verba)

Dia (lk)

memohon ampun

ﺮـ ـ ـ ـ ا

/istagfara/

ــ ا

ﺮـ ـ

/gafara/ (Mengampuni)


(58)

Dari tabel 1 di atas terlihat bahwasanya bentuk prefiks (

ﺔ ﺎ ا

/as-sābiqah/) dalam bahasa Arab yang terjadi pada

ـ ـ

/fi’lun/ (verba) terdiri dari 6 (enam) bentuk, yaitu berupa:

ــ

/ ya/,

ــ

/ta/,

ــ

/ na/,

أ

/ alīf/,

ــ

إ

/ in/, dan

ــ

إ

/ ista/.

Dari keenam bentuk prefiks di atas yang terjadi pada

ـ ـ

/fi’lun/ (verba) menunjukkan bahwa keenamnya menunjukkan pronomina yang berbeda. Seperti halnya kata

أﺮ

/qara`a/ (membaca), ketika mendapatkan prefiks

ـ ـ

/ya/ maka ia berubah menjadi

أﺮـ ـ

/yaqra'u/ (ia laki-laki membaca). Ketika mendapatkan prefiks yang lain seperti halnya prefiks

ــ

/ na/, maka berubah menjadi

أﺮـ ـ

/naqra'u/ (kami lk/pr membaca).

Tabel 2

Tabel proses prefiks dalam bahasa Arab yang terjadi pada

ا

/ismun/ (nomina) Kategori Arti Menjadi Prefiks Asal Kata

Tangan-tangan /'aidin/

ﺪـ أ

أ

/yadun/

ﺪـ

(tangan)

Mata (jamak)

ـ ـ أ

/'a`yunun/

أ

/`ainun/ (mata) Ismun

(Nomina)

Kaki-kaki

ـ رأ

/arjulun/

أ

ـ ر

/rijlun/ (kaki) Dari tabel 2 diatas terlihat bahwasanya bentuk prefiks (

ﺔ ﺎ ا

/as-sābiqah/) dalam bahasa Arab yang terjadi pada

ا

/ismun/ (nomina) hanya terdiri 1 (satu) bentuk, yaitu


(1)

ص

sad ﻺ es (dengan titik di bawah)

ض

dad d de (dengan titik di bawah)

ط

ta' te (dengan titik di bawah)

ظ

za' z zet (dengan titik di bawah)

ع

'ain ' Koma terbalik (di atas)

غ

gain g ge

ف

fa' f ef

ق

qaf q gi

ك

kaf k ka

ل

lam l el

م

mim m em

ن

nun n en

و

waw w we

ـه

ha' h ha

ء

hamzah ' apostof

ي

ya' y ye

B. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap (tasydid) ditulis rangkap. Contoh:

ﺔـ ﺪـ ــ

/

muqaddimah/

ةرﻮـ ـ ـ ا

ﺔـ ـ ﺪـ ـ ا

/

al-madīnatu al-munawwarah/


(2)

Vokal bahasa Arab adalah seperti vokal dalam bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal atau diftong.

a. Vokal Tunggal

Vokal tunggal dalam bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harkat, transliterasinya sebagai berikut:

Contoh Tanda Nama Huruf

Latin Nama

ـ

ءﺮـ

/qara'a/ Fathah a a

ــ ر

/rahima/ Kasrah i i

ـآ

/kutubun/ Dammah u u

b. Vokal Rangkap

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harkat dan huruf, tranliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Contoh Tanda

Huruf Nama

Gabungan

Huruf Nama

ـآ

/kaifa/

ي

Fathah dan ya ai a dan i

لﻮـ

/qaula/

و

Fathah dan waw au a dan u

c. Vokal Panjang

Vokal Panjang (maddah) lambangnya berupa harkat huruf, tranliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Contoh Harkat

dan Huruf Nama

Huruf

dan tanda Nama

مﺎـ

/qāma/

ﺎــ

Fathah dan alif

atau ya a

a dan garis di atas


(3)

ـ ـ ر

/rahīmun/

ﻰــ

Kasrah dan ya i

i dan garis di atas

مﻮـ ـ

/`ulūmun/

ﻮــ

Dammah dan

wau u

u dan garis di atas

D. Ta' Marbutah

Ta' Marbutah yang mati atau yang mendapat harkat sukun ditulis /h/. Contoh:

ﺔـ ﺮـﻜـ ـ ا

ﺔـﻜــ

/

makkah al-mukarramah/ Ta' Marbutah yang hidup, transliterasinya /t/ Contoh:

ـ ا

ﺔـ ﻮـﻜـ ا

ﺔـ ـ

/

al-hukūmatu al-Islāmiyyah/

E. Hamzah

Huruf hamzah di awal kata ditulis dengan vokal tanpa didahului oleh tanda apostrof (')

Contoh:

نﺎ ــ إ

/

īmān/ = īmān, bukan 'īmān

F. Lafzul Jalalah

Lafzul Jalalah (kata

ﷲا

) yang berbentuk frase nomina ditransliterasikan tanpa hamzah.

Contoh:

ﷲا

ﺪـ ـ

/

`abdallāh/ ditulis `Abdallāh, bukan `Abd Allāh


(4)

1. Kata sandang "al-" tetap ditulis "al-" baik pada kata yang dimulai huruf qamariyah maupun syamsiyah.

Contoh:

ﺔـ ﺪـ ـ ـ ا

ـآﺎـ ﻷا

/

al-amākin al-muqaddasah/

ﺔـ ـ ﺮ ا

ﺔـ ﺎ ا

/

al-siyāsatu al-syar`iyyah/

2. Huruf "a" pada kata sandang "al-" tetap ditulis dengan huruf kecil, meskipun merupakan nama diri.

Contoh:

ىدروﺎـ ا

/

al-māwardi/ ditulis al-Māwardi

رﺎـهزﻷا

/al-Azhār/ ditulis al-Azhār

ةرﻮ

ـ ا

/

al-manşūrah/ ditulis al-Manşūrah

3. Kata sandang "al-" di awal kalimat pada kata "Allah SWT, Qur'an ditulis dengan huruf kapital.

- Al-Afgana adalah seorang tokoh pembaharu. - Saya membaca Al-Qur'an al-Karim.

Untuk penulisan buku-buku dan nama pengarang yang telah dibakukan transliterasinya, tidak dilakukan perubahan.


(5)

LAMPIRAN 2

DAFTAR ISTILAH LINGUISTIK

No Indonesia Inggris Arab

1 Abstrak Abstract

ﺪ ﻬ ا

/at-tamhīd/

2 Afiksasi Affixation

ﺪ اوﺰ ا

/az-zawāid/

3 Afiks Affix

ةﺪ اﺰ

ا

/az-zāidatu/

4 Derivasi Derivation

قﺎ

ا

/al-isytiqāqu/

5 Infiks Infix

ﺔ اﺪ ا

/ad-dākhilah/

6 Infleksi Inflection

ﺮ ا

/at-taşrīfu/

7 Interfiks Interfix

ﻜ ﺮ ـ إ

/intirfiks/

8 Kata kerja Verb

ـ ـ

/fi’lun/

9 Komposisi Composition

ﺔ ﺎ

ا

ا

/al-jumlatu al-idāfiyyah/

10 Konfiks Confix

ﺔـ

او

ﺔـ ﺎ ا

/as-sābiqatu wa al-lāhiqatu/

11 Konversi Conversion

ﻮ ا

لﻮ ا

/at-tahawwalu al-wazīfiyyu/ 12 Modifikasi Internal Internal

Modification /at-ta`dīlu ad-dākhiliyyu/

اﺪ ا

ﺪ ـ ا

13 Morfologi Morphology

فﺮ ا

/as-sarfu/

14 Nomina Noun

ا


(6)

15 Pemendekan Abbreviation

ﺎ ﻜ ا

رﺎ

ا

/al-ikhtisāru al-kitābiyyu/

16 Prefiks Prefix

ﺔ ﺎ ا

/as-sābiqah/

17 Produktivitas Productivity

جﺎ ـ ا

تﺎ ـ

/`amaliyāti al-'intāji/

18 Proses Morfemis Morphemic Process

ﺔـ ـ

رﻮ ا

ﺔـ

ا

/al-`amaliyyatu al-mūrfīmiyyah/

19 Proses Process

ﺔـ

ا

/al-`amaliyyatu/

20 Reduplikasi Reduplication

ـ

ـ ـ

ا

/at-tad`īf/

21 Sufiks Suffix

ا

/al-lāhiqah/

22 Suplesi Supletion

ﺎﻜ ا

ﺮـ ا

/at-tagaiyyaru al-kāmiliyyu/

23 Teori Theory

يﺮ ـ ا

ﻜ ﻬ ا

/al-haikalu an-nazariyyu/

24 Tesis Thesis

ﺔ ﺎ ﺮ ا

/ar-risālatu/

25 Transfiks Transfix

تﺎآﺮـ ا

ﺔ ﺎ إ