2.4. Landasan Teori
Peneliti menggunakan teori Chaer tentang proses morfemis. Defenisi-defenisi yang terdapat dalam proses morfemis yaitu mengenai Afiksasi, Reduplikasi, Komposisi,
Konversi, Modifikasi Internal, Suplesi, dan Pemendekan juga diambil dari pendapat Chaer.
Menurut Chaer 2003: 147 untuk menentukan sebuah satuan bentuk adalah morfem atau bukan, adalah dengan cara membandingkan bentuk tersebut di dalam
kehadirannya dengan bentuk-bentuk lain. Kalau bentuk tersebut ternyata bisa hadir secara berulang-ulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut adalah sebuah morfem.
Penelitian ini berpedoman kepada teori dari aliran tata bahasa struktural. Hal ini didasari karena konsep morfem baru diperkenalkan oleh kaum strukturalis pada awal
abad kedua puluh. Teori ini dipelopori oleh seorang linguis ternama yang bernama Leonard
Bloomfield. Bloomfield 1976: 161 memberikan defenisi morfem sebagai berikut: ”a linguistics form which bears no partial phonetic-semantic resemblance to any
other form, is a simple form or a morpheme” Terjemahannya sebagai berikut: “Satu bentuk bahasa yang sebagiannya tidak mirip
dengan bentuk lain mana pun juga, baik bunyi maupun arti, adalah bentuk tunggal atau morfem”.
Proses morfemis Samsuri: proses morfologis; Ramlan; proses morfologik ialah proses pembentukan kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan yang lain.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu wujud proses morfemis ialah penggabungan morfem dasar dengan morfem afiks. Umpamanya dalam bahasa Indonesia penggabungan morfem dasar ajar,
dengan berbagai afiks akan menghasilkan kata-kata: -
mengajar, -
belajar, -
pelajar, -
pelajaran, -
pengajar, -
mengajarkan, -
mengajari, -
mempelajari, -
diajar, -
diajarnya, -
diajarkan, -
diajari, -
kuajar, dan seterusnya. Verhaar 1983 dalam Salombe 1982: 31-32 menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan proses morfemis dalam bahasa tertentu adalah suatu proses sistemis. Pernyataan itu didasarkannya atas penerapan analisis Tata Bahasa Proses dengan teori Lehman.
Menurut tata bahasa itu, proses morfemis bersifat sinkronis. Morfologi sinkronik menelaah morfem-morfem dalam satu cakupan waktu
tertentu, baik waktu lalu ataupun waktu kini. Pada hakikatnya morfologi sinkronik adalah satu analisis linear, yang mempertanyakan apa-apa yang merupakan komponen leksikal
Universitas Sumatera Utara
dan komponen sintaksis kata-kata, dan bagaimana caranya komponen-komponen tersebut menambahkan, mengurangi, atau mengatur kembali dirinya dalam berbagai ragam
konteks. Morfologi sinkronik tidak ada sangkut-pautnya atau tidak menaruh perhatian pada sejarah atau asal-usul kata dalam bahasa. Tarigan 1986: 4-5.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN