Pembentukan Kata Bahasa Arab

akh żu şīgatin ukhrā ma`a infāqihā māddah aşliyyah wa ma`nā “Membuat bentuk kata dari kata yang lain dan terjadi perubahan pada bentuk dan makna”. Dari defenisi-defenisi yang telah dikemukakan para linguis tersebut dapatlah ditarik sebuah kesimpulan bahwa morfologi adalah bidang linguistik yang membicarakan tentang pembentukan kata dengan cara menggabungkan morfem.

2.2. Pembentukan Kata Bahasa Arab

Sistem penulisan Bahasa Arab dimulai dari kanan ke kiri. Huruf yang dipergunakan dalam tulisan Arab keseluruhannya merupakan konsonan. Untuk dapat melafalkan bunyi yang berwujud konsonan tersebut maka diberi ﺔـآﺮ harakah baris yang berupa vokal yang diletakkan di atas atau di bawah konsonan tersebut. Harakah terbagi 3 tiga, yaitu fathah, kasrah dan dammah. Penulisan fathah yaitu dengan melambangkan vokal a yang diletakkan di atas konsonan dengan menggunakan tanda . Kasrah yaitu dengan melambangkan vokal i yang diletakkan di bawah konsonan dengan menggunakan tanda dan Dammah yaitu dengan melambangkan vokal u yang diletakkan di atas konsonan dengan menggunakan tanda . Selain daripada ketiga tanda tersebut masih ada lagi tanda sukun. Tanda sukun ini dipergunakan apabila suatu konsonan tidak diberi harakah a, i, atau u. Tanda ini diletakkan di atas konsonan dan dilambangkan dengan tanda . Sebagai contoh, apabila kata nazartu yang artinya saya melihat maka cara penulisannya: ن , ظ , ر , ت dari kanan ke kiri. Tulisan yang terpisah itu kemudian Universitas Sumatera Utara disambungkan menjadi: تﺮ nazartu. Selanjutnya untuk kata-kata berupa ism nomina apabila ism tersebut tidak definitif maka biasanya mendapatkan tanda tanwin yang berupa harakah ganda di akhir ism tersebut yang dilambangkan dengan tanda , , yang apabila dibaca: an, in, dan un. Khusus untuk tanwin fathah penulisannya disertai dengan alif terkecuali untuk kata yang diakhiri dengan ta marbutah ة . Kemudian konsonan al īf ا , waw و , dan y ā ي berfungsi untuk memanjangkan bunyi harakah yang sesuai. Tanda panjang ini dikenal dengan istilah mad. Selain itu apabila ada dua konsonan yang sejenis dan konsonan kedua dari konsonan yang sejenis itu berharakah, maka di dalam penulisannya hanya satu saja yang ditulis dengan meletakkan tanda tasydid di atas konsonan tersebut. Selain dari yang telah disebutkan di atas, ada pula perbedaan lain dengan huruf Latin. Huruf Latin dapat menyambung dan dapat pula disambung, sedangkan huruf Arab yang keseluruhannya berupa konsonan dapat disambung tetapi tidak semua dapat menyambung, seperti dal, zal, ra, zay dan waw. Khudri, 2004: 8-9. Pembentukan kata dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah şarfiyyah dan proses pembentukan kata tersebut diperoleh melalui ta şrīf. Secara etimologi taşrīf berarti perubahan, sedangkan secara terminologi ta şrif berarti membicarakan tentang cara pembentukan kata dan segala sesuatu yang berhubungan dengan hurufnya, seperti penyambungan huruf, pergantian huruf `illat, penambahan huruf afiksasi yang disertai dengan modifikasi internal al-Gulayaini, 1987: 207. Universitas Sumatera Utara Melalui proses pembentukan kata diperoleh bentukan-bentukan yang mungkin hanya berubah bentuk dasar atau asalnya, mungkin pula berubah identitas leksikalnya tanpa perubahan status kategorialnya atau berubah kedua-duanya baik identitas leksikal maupun status kategorialnya. Proses yang pertama menghasilkan bentukan-bentukan yang disebut dengan inflektif, sedangkan proses yang mengubah identitas leksikal tanpa perubahan status kategorialnya dan yang mengubah identitas leksikal sekaligus status kategorialnya merupakan bentukan derivatif Verhaar, 1983: 66-67. Pembentukan kata dalam bahasa Arab terdapat perbedaan tentang dasar pembentukannya. Para linguis yang berasal dari Basrah berpendapat bahwa dasar pembentukan kata dalam bahasa Arab adalah رﺪ ma şdar infinitif, sedangkan para linguis yang berasal dari Kufah mengatakan bahwa dasarnya dari ﻰ ﺎ ا fi`lu al- m ādi kata kerja yang telah lampau. Dari kedua pendapat itu penulis lebih condong kepada pendapat yang kedua, yaitu yang mendasarkan pembentukan kata dari fi`lun verba. Argumentasi penulis mendasarkan pembentukan kata dari fi`lun verba adalah bahwa di dalam proses pembentukan kata ta şrīf itu senantiasa dimulai dengan fi`lun verba dan tidak pernah dimulai dengan ma şdar. Selain itu, banyak sekali dijumpai fi`lun verba yang memiliki bentuk ma şdar yang bermacam-macam. Misalnya kata بﺬآ ka żaba ’berdusta’ memiliki bentus ma şdar: ﺎ ﺬآ ka żiban, ﺎ ﺬآ ki żban, ﺔ ﺬآ ki żbatan, ﺎ ﺬآ ki żaban, dan ﺎ اﺬآ ki żżāban. Jadi tidaklah dapat diterima sesuatu yang dinamakan dasar memiliki bermacam-macam bentuk. Dalam kamus bahasa Arab dalam urutan kata selalu Universitas Sumatera Utara dimulai dengan fi`lun verba dan setelah itu barulah bentuk ma şdar infinitif. Khudri, 2004: 10. Di dalam bahasa Arab dikenal tiga macam jenis kata yaitu: ـ fi`lun verba, إ ismun nomina yang termasuk di dalamnya ajektifa, adverbia, dan pronomina serta yang terakhir adalah فﺮ harfun partikel. Verba bahasa Arab ditinjau dari segi bentuknya dapat dibedakan menjadi dua yaitu mujarrad yang belum mendapat tambahan afiks dan maz īd yang telah mendapat tambahan afiks. Ditinjau dari segi jumlah konsonannya juga dibagi menjadi dua yaitu sul āsi tiga konsonan dan rubā`i empat konsonan. Lajnah, 1978: 113. Selanjutnya dari verba tiga konsonan dan empat konsonan tersebut dibentuk berbagai macam kata. Oleh karena jenis kata dalam bahasa Arab hanya dibagi tiga saja, maka dalam pembentukan kata hanya dikenal bentukan verba deverbal verba yang dibentuk dari verba, nomina deverbal nomina yang dibentuk dari verba, dan ada juga bentukan verba denominal verba yang dibentuk dari nomina namun untuk bentukan yang terakhir ini jumlahnya terbatas. Harfun tidak masuk kelompok yang mengalami pembentukan. Khudri, 2004: 10-11. Hal ini karena harfun hanya berfungsi sebagai penghubung antar kata dan tidak terpengaruh perubahan. Dalam bahasa Arab istilah kata disebut dengan ﺔ ـﻜ ا al-kalimah. Gabungan dari dua ﺔ ـﻜ ا al-kalimah atau lebih disebut dengan ا ﺔ al-jumlah. Dengan demikian kata dalam bahasa Arab disebut dengan ﺔ ـﻜ ا al-kalimah kalimat, yang mana kalimat dalam bahasa Indonesia disebut ﺔ ا al-jumlah dalam bahasa Arab. Al-Jurjani dalam Nasution 2006: 100 menjelaskan, ﺔ ا al-jumlah adalah: Universitas Sumatera Utara دﺎ أ ءاﻮ ىﺮ ﻷا ﻰ إ ﺎ هاﺪ إ تﺪ أ ـآ آﺮ ـ ةرﺎ ـ ﻚ ﻮ ـآ ﺎ ﺪ ز , ﺪ وأ , ﻚ ﻮ ـآ ﻰ ﺮﻜ نا . `ib āratun `an murakkabin min kalimataini usnidat ihdāhumā ila al- ukhr ā sawāun afāda kaqaulika ”zaidun qāimun”, aw lam yafid, kaqaulika”in yukrimun ī” Sebuah ungkapan yang tersusun dari dua kata, yang satu di isnad-kan kepada yang lain, apakah sempurna, seperti ”si zaid berdiri” atau belum, seperti “jika ia memuliakan saya”. Bahasa Arab memiliki sistem yang sangat variatif dalam pembentukan katanya. Dari satu akar kata dapat dikembangkan menjadi beberapa kata, sehingga tidak mengherankan jika kosa kata bahasa Arab sangat banyak

2.3. Proses Morfemis