16 Djamarah 1995:97, metode pembelajaran konvensional adalah metode pembel-
ajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan
anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Pembelajaran konvensional mempunyai beberapa kelemahan yaitu tidak semua
siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan dan hanya
memperhatikan penjelasan guru, sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang dipelajari, pendekatan tersebut cenderung tidak
memerlukan pemikiran yang kritis, dan mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama dan tidak bersifat pribadi.
Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pem- belajaran yang digunakan disekolah yang sedang diteliti. Metode mengajar yang
lebih banyak digunakan guru dalam pembelajaran konvensional adalah metode ekspositori. Metode ekspositori ini sama dengan cara mengajar yang biasa
tradisional dipakai pada pengajaran matematika. Kegiatan selanjutnya guru memberikan contoh soal dan penyelesaiannya, kemudian memberi soal-soal
latihan, dan siswa mengerjakan soal tersebut. Jadi kegiatan guru yang utama adalah menerangkan dan siswa mendengarkan atau mencatat apa yang
disampaikan guru.
F. Kerangka Pikir
Penelitian tentang efektivitas pendekatan matematika realistik ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Pesisir Tengah Krui ini merupakan penelitian yang terdiri dari variabel bebas dan
17 variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah PMR,
sedangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa sebagai variabel terikat.
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa merupakan permasalahan yang harus mendapatkan perhatian serius dari guru. Permasalahan
ini dapat terjadi karena pembelajaran masih menggunakan pembelajaran konvensional. Dalam proses pembelajaran yang berlangsung selama ini terpusat
pada guru. Guru aktif dalam menyampaikan informasi sedangkan siswa hanya bertugas untuk menerima informasi, yang akibatnya siswa menjadi pasif. Siswa
juga sering merasa jenuh dan perhatiannya kurang karena selama pembelajaran matematika hanya terjadi komunikasi satu arah sehingga mengakibatkan siswa
tidak dapat memecahkan masalah secara optimal. Untuk meningkatkan pemecahan masalah matematis siswa dapat dilakukan bebe-
rapa hal, salah satunya adalah memilih pendekatan pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam memilih pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran, guru
hendaklah lebih selektif. Pemilihan pendekatan yang tidak tepat justru dapat
menghambat tercapainya tujuan pembelajaran. pendekatan yang dipilih hendaklah yang dapat menciptakan suasana pembelajaran siswa aktif, kreatif, dan dapat
mempelajari matematika dengan mudah. Salah satu
pendekatan dalam pembelajaran yang dapat digunakan adalah PMR.
PMR merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang bermula dari berbagai situasi dan persoalan riil bagi siswa dan siswa terlibat aktif dalam kegiatan
pembelajaran sehingga siswa termotivasi dalam memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Dalam pembelajaran PMR siswa dituntut untuk
18 memecahkan masalah melalui diskusi kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4
sampai 5 orang siswa yang kemampuanya heterogen untuk setiap kelompok. Dengan diskusi kelompok tersebut, siswa yang kurang mampu dalam kelompok
tersebut dapat dibantu oleh anggota lain pada kelompok yang sama yang sudah memahami masalah yang dihadapi. Dengan demikian setiap siswa dalam
kelompok terlibat aktif dalam diskusi untuk menyelesaikan permasalahan yang disajikan dalam lembar kerja kelompok. Hal ini dikarenakan setiap kelompok
harus mempresentasikan hasil diskusinya. Dalam presentasi hasil diskusi, siswa harus berani menyampaikan hasil diskusi dan siswa lain memperhatikan serta
memberikan tanggapan. Melalui diskusi kelompok, pembelajaran menjadi lebih aktif karena adanya interaksi antar siswa dan antara siswa dan guru.
Pembelajaran dengan PMR juga mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
Hal ini dikarenakan adanya diskusi kelompok dalam menyelesaikan masalah matematis yang dekat dengan kehidupan siswa.
Penyajian masalah yang mengaitkannya dengan kehidupan nyata siswa dan didukung dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan membantu siswa
untuk memahami masalah matematis yang bersifat abstrak. Masalah yang telah dipahami akan lama membekas dalam diri siswa. Hal ini dikarenakan pemahaman
tersebut diperoleh dari hasil mengkonstruksi sendiri, bukan sekedar menerima penjelasan dari guru. Pengkonstruksian masalah ini dilakukan oleh siswa melalui
keterlibatan secara aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran dengan menggunakan PMR terdapat beberapa langkah yang
harus ditempuh, yaitu: memahami masalah kontekstual, menjelaskan masalah kontekstual, menyelesaikan masalah kontekstual, membandingkan dan mendis-
19 kusikan jawaban, serta menyimpulkan. Dengan adanya langkah-langkah tersebut
siswa tidak hanya dapat memecahkan masalah melainkan siswa juga akan mampu menjelaskan masalah yang ada baik secara lisan maupun secara tertulis sehingga
siswa akan mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematisnya.
G. Hipotesis 1. Hipotesis Umum