12
Menurut Suyitno 2004:8 syarat suatu soal pemecahan masalah bagi peserta didik adalah sebagai berikut.
a. Memiliki pengetahuanmateri prasyarat untuk menyelesaikan soalnya.
b. Diperkirakan memiliki kemampuan untuk menyelesaikan soal tersebut.
c. Belum mempunyai algoritma atau prosedur untuk menyelesaikannya.
d. Mempunyai keinginan untuk menyelesaikannya.
Selanjutnya, Polya dalam Suyitno, 2010: 6 menjelaskan suatu masalah terdapat empat langkah yang harus dilakukan yaitu:
a. Memahami masalah
b. Merencanakan pemecahannya
c. Menyelesaikan masalah sesuai perencanaan
d. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah merupakan
upaya mencari jalan keluar yang dilakukan dalam mencapai tujuan dengan memahami masalah yang ada, kemudian merencanakan penyelesaiannya,
melaksanakan perencanaan tersebut sehingga diperoleh hasil yang terbaik, dan yang terakhir memeriksa kembali hasil yang diperoleh.
D. Pendekatan Matematika Realistik PMR
Pendekatan Matematika Realistik merupakan suatu pendekatan pembelajaran dalam pendidikan matematika yang pertama kali diperkenalkan dan
dikembangkan di Belanda sejak tahun 70-an oleh Institute Freudenthal. PMR
13 merupakan suatu pendekatan yang bertujuan memotivasi siswa untuk
memecahkan masalah matematika dengan mengaitkan ide-ide matematika terhadap permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, permasala-
han yang digunakan dalam pembelajaran dengan PMR harus mempunyai keterkaitan dengan situasi nyata yang mudah dipahami dan dibayangkan oleh
siswa. Sesuatu yang dibayangkan tersebut digunakan sebagai starting point titik tolak atau titik awal dalam memecahkan masalah matematika.
Hal ini di pertegas oleh Soedjadi dalam Abidin, 2010: 1 yang mengemukakan sebagai berikut.
faatan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses
pembelajaran matematika sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika
Realitas yang dimaksud adalah hal-hal nyata atau konkret yang dapat diamati atau dipahami oleh siswa. Lingkungan yang dimaksud di sini adalah lingkungan
tempat siswa berada, seperti lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat yang mudah dibayangkan oleh siswa.
Zulkardi 2003: 14 mengatakan sebagai berikut. matematika yang berdasarkan ide bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan
matematika harus dihubungkan secara nyata dalam konteks kehidupan sehari-hari siswa sebagai suatu sumber pengembangan sekaligus sebagai aplikasi melalui
Treffers dalam Hadi, 2005: 20, menjelaskan dua tipe matematisasi tersebut sebagai berikut.
a. Matematisasi Horizontal Tahap ini dimulai dengan penyajian permasalahan kontekstual riil dan siswa
diberi kesempatan untuk mencoba menguraikan dengan bahasa dan simbol
14 yang dibuat sendiri.
Pada tahap ini, siswa menggunakan pengetahuan matematika yang dimiliki untuk mengorganisasikan dan memecahkan
masalah kontekstual yang disajikan. Aktivitas yang dapat dilakukan siswa pada tahap ini adalah pengidentifikasian masalah, mengubah masalah nyata ke
masalah matematika.
b. Matematisasi Vertikal Pada tahap ini, siswa melakukan proses pengorganisasian kembali meng-
gunakan sistem matematika itu sendiri. Pada tahap ini, aktivitas yang dapat dilakukan
siswa adalah
memperlihatkan hubungan
dalam rumus,
membuktikan aturan, dan membuat generalisasi. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa pendekatan matematika realistik
merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang menekankan dua hal penting yaitu matematika harus dikaitkan dengan situasi nyata yang dekat
dengan kehidupan sehari-hari siswa dan siswa diberikan kebebasan untuk memecahkan masalah matematika sesuai dengan cara dan pemikirannya.
Selanjutnya, Hadi 2005: 4 menyebutkan urutan pembelajaran dengan Pen- dekatan Matematika Realistik adalah sebagai berikut.
1. Memahami masalah kontekstual Guru menyajikan masalah kontekstual dengan memperhatikan pengalaman,
tingkat pengetahuan siswa, dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Penyajian masalah kontekstual tersebut dapat dilakukan dengan memberikan
soalpertanyaan yang memiliki keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Selanjutnya guru meminta siswa menelaah permasalahan yang terkan-
dung di dalam soal yang diberikan. Pada kegiatan ini guru memberikan penjelasan pada bagian-bagian tertentu yang belum dipahami oleh siswa
2. Menyelesaikan masalah kontekstual Siswa secara individu menyelesaikan masalah kontekstual yang disajikan.
Guru memotivasi siswa agar mampu menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri.
3. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertukar pikiran atau
mendiskusikan jawabannya dengan siswa lain dalam kelompok kecil yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelas.
4. Menyimpulkan Siswa diminta menyimpulkan jawaban dari masalah kontekstual yang
disajikan. Guru memberikan arahan sehingga diperoleh kesimpulan yang
15 Mencermati uraian di atas, pembelajaran dengan Pendekatan Matematika
Realistik memiliki kelebihan antara lain: a. Siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran karena materi yang
disajikan sering dijumpai dan terkait dengan kehidupan sehari-hari. b. Pengetahuan yang diperoleh oleh siswa akan lebih lama membekas dalam
pikirannya karena siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Sedangkan kekurangannya antara lain:
a. Memerlukan kreativitas yang tinggi untuk dapat menyajikan topik atau pokok bahasan secara riil bagi siswa
b. Membutuhkan waktu yang cukup lama agar siswa dapat memecahkan suatu masalah yang sedang dipelajar.
E. Pembelajaran Konvensional