Diagnosis Dermatitis Kontak Iritan

c. Etiologi

Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut bahan kimia sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit Djuanda, 2010. Macam-macam alergen yang paling sering menyebabkan dermatitis kontak alergik menurut North American Contact Dermatitis Group terdapat pada tabel 2. Tabel 2. Alergen yang sering menyebabkan DKA North American Contact Dermatitis Group Alergen Penularan Utama Nikel sulfat Neomisin sulfat Balsam peru Pewangi campuran Thimerosal Sodium emas thiosulfat Formaldehyde Quaternium-15 Basitrasin Carba mix Parabens Pentadecylcatechols Logam, perhiasan Kandungan obat salap Pengobatan topikal Pewangi, kosmetik Antiseptik Medikasi Desinfektan, plastik Desinfektan Obat salep, bedak Karet, latex Bahan pengawet Tanaman Wolff Johnson, 2009

d. Patogenesis

Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergik adalah mengikuti respons imun yang diperantarai oleh sel cell-mediated immune respons atau reaksi hipersensitivitas tipe IV. Reaksi hipersensitivitas di kulit timbul secara lambat delayed hypersensitivity, umumnya dalam waktu 24 jam setelah terpajan dengan alergen. Patogenesis hipersensitivitas tipe IV ini sendiri dibagi menjadi dua fase, yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi Djuanda, 2010. Fase sensitisasi dimulai saat adanya kontak dengan bahan kimia sederhana yang disebut hapten alergen yang memiliki berat molekul kecil yang dapat menimbulkan reaksi antibodi tubuh jika terikat dengan protein untuk membentuk antigen lengkap. Antigen ini kemudian berpenetrasi ke epidermis dan ditangkap dan diproses oleh antigen presenting cells APC, yaitu makrofag, dendrisit, dan sel langerhans Hogan, 2009. Selanjutnya antigen ini dipresentasikan oleh antigen presenting cells ke sel T. Setelah kontak dengan antigen yang telah diproses ini, sel T menuju ke kelenjar getah bening regional untuk berdeferensiasi dan berproliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan sel memori. Sel-sel ini kemudian tersebar melalui sirkulasi ke seluruh tubuh, juga sistem limfoid, sehingga menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di seluruh kulit tubuh. Fase ini rata-rata berlangsung selama 2-3 minggu Djuanda, 2010.

Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Terhadap Pemakaian Alat Pelindung Diri Dalam Penanganan Sampah Medis Pada Petugas Cleaning Service di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015

40 525 116

Hubungan Dermatitis Atopik dengan Kejadian Dermatitis Kontak Alergi

4 104 94

Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Petugas Instalasi Radiologi RSU.Dr. Pirngadi Medan, Tahun 2004

6 83 101

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

1 62 130

HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI TERHADAP PENURUNAN ANGKA KEJADIAN DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PEWARNAAN DI INDUSTRI BATIK TANJUNGBUMI MADURA

2 32 22

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Cleaning Service di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012

13 89 171

HUBUNGAN MATURITAS KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI DI RUANG NEONATOLOGI RSUD Dr. H ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

0 20 54

HUBUNGAN SHIFT KERJA DAN KELELAHAN KERJA DENGAN STRES KERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

10 97 70

Hubungan faktor enabling dengan pemakaian alat pelindung diri (apd) pada tenaga kerja di pt. suwastama pabelan Titin

0 0 81

HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PETUGAS LAUNDRY RSUD DR. SOETOMO SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 15