Definisi Epidemiologi Dermatitis Kontak Akibat Kerja

2 Jenis kelamin, mayoritas merupakan pasien perempuan, dibandingkan laki-laki. Hal ini karena perempuan lebih sering terpapar dengan bahan iritan dan pekerjaan yang lembap. 3 Usia, anak dengan usia kurang dari 8 tahun lebih rentan terhadap bahan kimia, sedangkan pada orang yang lebih tua bentuk iritasi dengan gejala kemerahan sering tidak tampak pada kulit. 4 Ras, hasil studi yang baru, menggunakan adanya eritema pada kulit sebagai parameter menghasilkan orang berkulit hitam lebih resisten terhadap dermatitis, akan tetapi hal ini bisa jadi salah, karena eritema pada kulit hitam sulit terlihat. 5 Lokasi kulit, terdapat perbedaan yang signifikan pada fungsi barier kulit pada lokasi yang berbeda. Wajah, leher, skrotum, dan punggung tangan lebih rentan dermatitis. 6 Riwayat atopi, adanya riwayat atopi, akan meningkatkan kerentanan terjadinya dermatitis karena adanya penurunan ambang batas terjadinya dermatitis, akibat kerusakan fungsi barier kulit dan perlambatan proses penyembuhan. 7 Faktor lain dapat berupa perilaku individu, kebersihan perorangan, hobi dan pekerjaanan sambilan, serta pemakaian Alat Pelindung Diri APD saat bekerja.

4. Diagnosis

Dalam anamnesis perlu ditanyakan riwayat paparan saat bekerja dan bukti yang jelas adanya agen penyebab dalam bahan yang ditangani oleh karyawan, untuk memastikan dermatitis kontak berhubungan dengan pekerjaan seseorang. Untuk memastikan bahwa dermatitis kontak tersebut akibat kerja, berdasarkan kriteria Mathias, perlu ditemukan minimal empat dari tujuh kriteria di bawah ini: a. Apakah gambaran klinis sesuai dengan dermatitis kontak? b. Apakah ada paparan terhadap iritan atau alergen kulit yang potensial pada tempat kerja? c. Apakah distribusi anatomik dari dermatitisnya sesuai dengan bentuk paparan terhadap kulit dalam hubungannya dengan tugas pekerjaannya? d. Apakah hubungan waktu antara paparan dan awitannya sesuai dengan dermatitis kontak? e. Apakah paparan non-pekerjaan telah disingkirkan sebagai penyebab yang mungkin? f. Apakah menghindari paparan memberikan perbaikan pada dermatitisnya? g. Apakah uji tempel atau uji provokasi melibatkan suatu paparan pada tempat kerja yang bersifat spesifik? Graham, 2005; Gomez de Carvallo et al, 2012.

Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Terhadap Pemakaian Alat Pelindung Diri Dalam Penanganan Sampah Medis Pada Petugas Cleaning Service di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015

40 525 116

Hubungan Dermatitis Atopik dengan Kejadian Dermatitis Kontak Alergi

4 104 94

Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Petugas Instalasi Radiologi RSU.Dr. Pirngadi Medan, Tahun 2004

6 83 101

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

1 62 130

HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI TERHADAP PENURUNAN ANGKA KEJADIAN DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PEWARNAAN DI INDUSTRI BATIK TANJUNGBUMI MADURA

2 32 22

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Cleaning Service di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012

13 89 171

HUBUNGAN MATURITAS KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI DI RUANG NEONATOLOGI RSUD Dr. H ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

0 20 54

HUBUNGAN SHIFT KERJA DAN KELELAHAN KERJA DENGAN STRES KERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

10 97 70

Hubungan faktor enabling dengan pemakaian alat pelindung diri (apd) pada tenaga kerja di pt. suwastama pabelan Titin

0 0 81

HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PETUGAS LAUNDRY RSUD DR. SOETOMO SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 15