yang kuat, berarti pihak tersebut sangat membutuhkan suatu kebijakan itu untuk mengatasi masalah dalam lingkungan sosialnya.
Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok merupakan cara yang efektif untuk mengendalikan tembakau atau lebih khusus lagi untuk mengurangi kebiasaan
merokok. Landasan hukum penerapan kawasan tanpa rokok di Indonesia cukup banyak seperti dinyatakan Kemenkes RI 2009, yaitu :
1. Undang-Undang UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 4. UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
5. UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran 6. PP RI No. 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan
7. PP RI No. 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan
8. Instruksi Menteri Kesehatan No. 84MENKESInstII2002 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Kerja dan Sarana Kesehatan
9. Instruksi Menteri Kesehatan RI No. 459MENKESINSVI1999 tentang Kawasan Bebas Rokok pada Sarana Kesehatan
10. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri RI No. 188MENKESPBI2011 tentang pedoman pelaksanaan kawasan tanpa rokok
11. Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 35 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Rokok pada Perkantoran di Lingkungan Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara
12. Peraturan Daerah Kota Medan No. 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok
2.2. Rokok
2.2.1. Pengertian Rokok dan Merokok
Menurut PP No. 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan, rokok adalah
salah satu Produk Tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap danatau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang
dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan
tambahan. Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm bervariasi tergantung negara dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-
daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain.
Menurut Harissons 1987 dalam Sitepoe 2000, merokok adalah membakar tembakau yang kemudian diisap asapnya baik menggunakan rokok maupun
menggunakan pipa. Temperatur pada sebatang rokok yang tengah dibakar adalah 900
C untuk ujung rokok yang dibakar dan 30 C untuk ujung rokok yang terselip
diantara bibir perokok. Asap rokok yang dihisap atau asap rokok yang dihirup melalui dua komponen yaitu komponen yang lekas menguap berbentuk gas dan komponen
yang bersama gas terkondensi menjadi komponen partikulat. Dengan demikian, asap rokok yang dihisap berupa gas sejumlah 85 dan sisanya berupa partikel. Asap rokok
yang dihisap melalui mulut tersebut mainstream smoke, sedangkan asap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang terbakar serta asap rokok yang dihembuskan ke
udara oleh perokok disebut sidestream smoke. Sidestream smoke mengakibatkan
seseorang menjadi perokok pasif. Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok namun menghisap atau
menghirup asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok Kemenkes RI, 2011. Conrad dan Miller 1996 dalam Sitepoe 2000, menyatakan bahwa seseorang akan menjadi
perokok melalui dorongan psikologi dan dorongan fisiologis. Dorongan psikologis seperti merokok rasanya seperti rangsangan seksual, sebagai suatu ritual,
menunjukkan kejantanan, bangga diri, mengalihkan kecemasan dan menunjukkan kedewasaan. Dorongan fisiologis seperti adanya nikotin yang mengakibatkan
ketagihan adiksi sehingga seseorang ingin terus merokok.
2.2.2. Sejarah Rokok