sistem penghambat lebih kuat dibandingkan sistem penggerak Sutaklaksana, 1979.
Semua aktivitas tubuh manusia diatur dan dikendalikan oleh sistem susunan syaraf.Demikian juga terjadinya kelelahan diatur secara sentral oleh
otak.Menurut S uma’mur 2013 terjadinya kelelahan adalah karena tidak adanya
keserasian dan keseimbangan antara sistem aktivitas dan sistem inhibisi yang terdapat di susunan syaraf pusat.
Menurut Anoraga 1992, jika dalam jangka waktu yang panjang seseorang terus menerus harus melakukan gerak yang sama maka sirkulasi darah
menjadi terganggu, dan orang tersebut menjadi cepat lelah.
2.1.5 Gejala-gejala Kelelahan Kerja
Gambaran mengenai gejala kelelahan fatigue symptoms secara subyektif dan obyektif antara lain Budiono dkk, 2000 :
a. perasaan lesu, ngantuk dan pusing b. kurang mampu berkonsentrasi
c. berkurangnya tingkat kewaspadaan d. persepsi yang buruk dan lambat
e. berkurangnya gairah untuk bekerja f. menurunnya kinerja jasmani dan rohani
Beberapa gejala tersebut dapat menyebabkan penurunan efisiensi dan efektifitas kerja fisik dan mental. Sejumlah gejala tersebut manifestasinya timbul
berupa keluhan oleh tenaga kerja dan seringnya tenaga kerja tidak masuk kerja Budiono dkk, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa penyebab kelelahan pada kurir adalah tidak terpenuhinya status gizi pada pagi hari disebabkan tidak mengkonsumsi sarapan.Kondisi tidak
melakukan sarapan pagi akan mengalami defisiensi energi sehingga dapat menyebabkan terjadinya kurang konsentrasi dalam bekerja dan produktivitas kerja
menurun. Suma’mur 2013 membuat suatu daftar gejala yang ada hubungannya
dengan kelelahan yaitu perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki merasa berat, menguap, merasa kacau pikiran, mengantuk, merasakan berat pada
mata, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, mau berbaring, merasa susah berpikir, lelah bicara, gugup, tidak dapat berkonsentrasi,
tidak memfokuskan perhatian pada sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang kepercayaan diri, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, tidak
dapat tekun dalam melakukan pekerjaan, sakit kepala, kekauan di bahu, merasa nyeri di punggung, merasa pernafasan tertekan, merasa haus, suara serak, merasa
pening, spasme kelopak mata, tremor pada anggota badan dan merasa kurang sehat. Gejala-gejala tersebut menunjukan pelemahan kegiatan, pelemahan
motivasi dan gambaran fisik akibat keadaan umum.
2.1.6 Pengukuran Kelelahan Kerja
Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran yang dilakukan peneliti sebelumnya hanya berupa indikator
yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja.Menurut Grandjean yang dikutip oleh Tarwaka et.al. 2004, mengelompokkan metode pengukuran
kelelahan dalam beberapa kelompok sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1 Kualitas dan Kuantitas kerja yang di lakukan Pada metode ini, kuantitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja
waktu yang digunakan setiap item atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak faktor harus dipertimbangkan seperti,
target poduksi, faktor sosial dan perilaku psikologis.Sedangkan kualitas ouput kerusakan dan penolakan produk atau frekwensi kecelakaan dapat
menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi faktor tersebut bukan merupakan causal factor.
2 Uji psikomotor Psychomotor test Metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor. Salah
satu cara yang digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada
suatu saat kesadaran atau dilaksankan kegiatan.Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan.
Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya perlambatan proses faal syaraf dan otot. Dalam uji waktu reaksi ternyata
stimuli terhadap cahaya lebih signifikan daripada stimuli suara.Hal tersebut disebabkan karena stimuli suara lebih cepat diterima oleh reseptor daripada
stimuli cahaya.Alat ukut waktu reaksi yang telah dikembangkan di Indonesia biasanya menggunakan nyala lampu dan denting suara sebagai stimuli, yang
alatnya dikenal sebagai Reaction Timer. 3 Uji hilangnya kelipan flicker-fusio test
Universitas Sumatera Utara
Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan
untuk jarak antara dua kelipan, disamping itu untuk mengukur kelelahan juga menunjukkan keadaan kewaspadaan tenaga kerja.
4 Uji beban kerja mental secara FisiologisBiomekanis Seseorang tenaga kerja dapat dianggap fit untuk sesuatu pekerjaan tertentu,
bila orang itu dapat melakukan pekerjaan tersebut secara terus menerus tanpa merasa lelah dan mempunyai kapasitas cadangan bila harus menghadapi beban
kerja yang lebih berat tanpa terjadi gangguan keseimbangan fisiologis setelah menyelesaikan pekerjaannya. Tes kesegaran jasmani diperlukan untuk
memilih tenaga kerja yang diperlukan pada pekerjaan tertentu, untuk menilai tingkat kesegaran jasmani sebelum kerja, saat pemeriksaan kesehatan berkalah
dalam meniliai pengaruh pekerjaan dan penilaian kembali setelah mengalami penyakit atau cidera.Salah satu tes untuk mengukur tingkat kesegaran jasmani
adalah tes bangku Harvard Harvard Step Test yang saat ini telah mengalami modifikasi.
5 Pengukuran Kelelahan secara Subjektif A. Subejctive Self Rating Test
Subjective Self Rating Testdari Industrial Fatigue Research Committee IFRC Jepang merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk mengukur tingkat
kelelahan subjektif. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan, 10 pertanyaan tentang
pelemahan motivasi, dan 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik.
Universitas Sumatera Utara
Skor yang diberikan pada masing-masing frekuensi yaitu tidak pernah merasakan diberi nilai 1, kadang-kadang merasakan diberi nilai 2, sering
merasakan diberi nilai 3, dan sering sekali merasakan diberi nilai 4. Kemudian berdasarkan skala Industrial Fatigue Research Committee IFRC ditentukan
nilai akhir dari frekuensi kejadian terhadap gejala kelelahan yaitu: -
Tingkat kelelahan 1 = 30-52 Rendah -
Tingkat kelelahan 2 = 53-75 Sedang -
Tingkat kelelahan 3 = 76-98 Tinggi -
Tingkat kelelahan 4 = 99-120 Sangat tinggi B. Nordic Body Map
Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk menilai tingkat keparahan severity atas terjadinya gangguan atau cedera pada otot-otot
skeletal.Penilaiannya sangat subjektif, artinya keberhasilan aplikasi metode ini sangat tergantung dari kondisi dan situasi yang dialami pekerja pada saat
dilakukannya penilaian dan juga tergantung dari keahlian dan pengalaman observer yang bersangkutan.Dalam aplikasinya, metode ini menggunakan
lembar kerja berupa peta tubuh body map yang sangat sederhana dan mudah dipahami, serta hanya memerlukan waktu yang sangat singkat sekitar 5
menit.Observer dapat langsung mewawancarai atau menanyakan kepada responden, pada otot-otot skeletal bagian mana saja yang mengalami
gangguan berupa nyeri atau sakit, dari mulai tingkat kelelahan ringan sampai dengan berat.
2.1.7 Upaya untuk Mengatasi Kelelahan Kerja