Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan , bahwa masalah pokok dari penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang
mungkin mempengaruhinya. Menurut Soerjono Soekanto 1986:5 faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif atau negatifnya
terletak pada faktor-faktor itu sendiri. Faktor-faktor tersebut, antara lain: 1.
Faktor hukumnya sendiri, yang akan dibatasi pada undang-undang saja. 2.
Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun yang menerapkan hukum.
3. Faktor sarana atau fasilitas, yaitu yang mendukung penegakan hukum.
4. Faktor masyarakat, yaitu lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan. 5.
Faktor kebudayaan, yaitu sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
2.7.1 Fakor Hukum
Faktor hukum dalam hal ini diartikan dengan Undang-Undang dalam arti materiil, yang berarti peraturan tertulis yang berlaku umum
da dibuat oleh Penguasa Pusat maupun Daerah yang sah Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, 1979.
Banyak masalah yang terjadi atau gangguan terhadap penegakan hukum yang berasal dari Undang-undang yang dikemukakan oleh
Soerjono Soekanto 1986:12 mungkin disebabkan, karena: 1.
Tidak diikutinya asas-asas berlakunya undang-undang;
2. Belum adanya peraturan pelaksanaan yang sangat dibutuhkan untuk
menerapkan undang-undang; 3.
Ketidakjelasan arti kata-kata di dalam Undang-Undang yang mengakibatkan kesimpang siuran di dalam penafsiran serta
penerapannya.
2.7.2 Faktor Penegak Hukum
Ruang lingkup dari istilah ”penegak hukum” adalah luas sekali. Di dalam tulisan ini yang dimaksudkan dengan penegak hukum akan dibatasi
pada kalangan
yang secara
langsungberkecimpungdidalambidangpenegakanhukumyangtidakhanyamen cakuplaw enforcement, akan tetapi juga peace maintenance. Kiranya sudah
dapat diduga
bahwa kalangantersebutmencakupmerekayangbertugasdibidang-
bidangkehakiman,kejaksaan, kepolisian,kepengacaraandanpemasyarakatan Soerjono Soekanto, 1986:12.
Seorang penegak hukum sebagaimana halnya dengan warga-warga masyarakat, lazimnya mempunyai beberapa kedudukan dan peranan
sekaligus. Dengan demikian tidaklah mustahil, bahwa antara pelbagai kedudukan dan peranan timbul konflik status conflict dan conflict of roles
Soerjono Soekanto, 1986:14. Penegak hukum merupakan golongan panutan dalam masyarakat,
yang hendaknya mempunyai kemampuan-kemampuan tertentu, sesuai dengan
aspirasi masyarakat.
Merekaharusdapatberkomunikasidanmendapatkanpengertiandarigolongans asaran,disamping mampu membawakan atau menjalankan peranan yang
dapat diterima oleh mereka. Kecuali dari itu, maka golongan panutan harus dapat memanfaatkan unsur-unsur pola tradisional tertentu, sehingga
menggairahkan partisipasi dari golongan sasaran atau masyarakat luas. Golonganpanutanjugaharusdapatmemilihwaktudanlingkunganyangtepatdid
alam memperkenalkan norma-norma atau kaidah-kaidah hukum yang baru, serta memberikan keteladanan yang baik Soerjono Soekanto, 1986:24.
Halangan-halangan yang mungkin dijumpai pada penerapan yang seharusnya dari golongan panutan atau pengak hukum, mungkin berasal
dari dirinya sendiri atau dari lingkungan. Halangan-halangan yang memerlukan penanggulangan menurut Soerjono Soekanto 1986:24-25
tersebut, adalah: 1.
Keterbatasan kemampuan untuk menempatkan diri dalam peranan pihak lain dengan siapa diaberinteraksi;
2. Tingkataspirasiyangrelatifbelumtinggi;
3. Kegairahan yang sangat terbatas untuk memikirkan masa depan,
sehingga sulit sekali untukmembuatsuatuproyeksi; 4.
Belum adanya kemampuan untuk menunda pemuasan suatu kebutuhan tertentu, terutamakebutuhanmateriil;
5. Kurangnyadayainovatifyangsebenarnyamerupakanpasangankonservatis
me. Halangan-halangan tersebut dapat diatasi dengan cara mendidik,
melatih, dan membiasakan diri untuk mempunyai sikap-sikap, seperti yang dikemukakan Soerjono Soekanto 1986:25-26, yaitu:
1. Sikap yang terbuka terhadap pengalaman-pengalaman maupun
penemuan-penemuan baru.
Artinya, sebanyak
mungkin menghilangkan
prasangka terhadap
hal-hal yang
baru atauyangerasaldariluar,sebelumdicobamanfaatnya;
2. Senantiasa siap untuk menerima perubahan-perubahan setelah
menilai kekurangan- kekuranganyangadapadasaatitu; 3.
Peka terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya dengan dilandasi
suatu kesadaranbahwapersoalan-
persoalantersebutberkaitandengandirinya; 4.
Senantiasamempunyaiinformasiyangselengkapmungkinmengenaipendi riannya;
5. Orientasikemasakinidanmasadepanyangsebenarnyamerupakansuatuurut
an; 6.
Menyadari akan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya, dan percaya bahwa potensi- potensitersebutdapatdikembangkan;
7. Berpegangpadasuatuperencanaandantidakpasrahpadanasibyangburuk;
8. Percaya pada kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam
meningkatkan kesejahteraan umatmanusia; 9.
Menyadari dan menghormati hak, kewajiban maupun kehormatan diri sendiri maupun pihak-pihaklain;
10. Berpegang teguh pada keputusan-keputusan yang diambil atas dasar
penalaran dan perhitungan yangmantap.
2.7.3 Fakor Sarana atau Fasilitas