penalaran dan perhitungan yangmantap.
2.7.3 Fakor Sarana atau Fasilitas
Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana atau fasilitas
tersebut, antara lain, mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang
cukup dan seterusnya. Kalau hal-hal itu tidak terpenuhi, maka mustahil penegakan hukum akan mencapai tujuannya Soerjono Soekanto, 1986:27.
Dengan demikian, sarana atau fasilitas mempunyai peranan yang sangat penting di dalam penegakan hukum. Tanpa adanya sarana atau
fasilitas tersebut tidak akan mungkin penegak hukum menyerasikan peranan yang seharusnya dengan peranan yang aktual. Khususnya untuk
sarana atau fasilitas tersebut, sebaiknya dianuti jalan pikiran, sebagai berikut Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, 1983:
1. Yangtidakada–diadakanyangbarubetul;
2. Yangrusakatausalah–diperbaikiataudibetulkan;
3. Yang kurang –ditambah;
4. Yang macet –dilancarkan;
5. Yangmundurataumerosot–dimajukanatauditingkatkan.
2.7.4 Faktor Masyarakat
Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari
sudut tertentu, maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum tersebut Soerjono Soekanto, 1986:33.
Apabila warga masyarakat sudah mengetahui hak dan kewajiban mereka, maka mereka juga akan mengetahui aktivitas-aktivitas penggunaan
upaya-upaya hukum untuk melindungi, memenuhi dan mengembangkan kebutuhan-kebutuhan mereka dengan aturan yang ada. Hal itu semua
biasanya dinamakan kompetensi hukum yang tidak mungkin ada apabila warga masyarakat Soerjono Soekanto, 1986:42:
1. Tidak mengetahui atau tidak menyadari, apabila hak-hak mereka
dilanggar atau terganggu; 2.
Tidak mengetahui akan adanya upaya-upaya hukum untuk melindungi kepentingan- kepentingannya;
3. Tidakberdayauntukmemanfaatkanupaya-upayahukumkarenafaktor-
faktorkeuangan, psikis, sosial atau politik; 4.
Tidak mempunyai pengalaman menjadi anggota organisasi yang memperjuangkan kepentingan-kepentingannya;
5. Mempunyai pengalaman-pengalaman kurang baik di dalam proses
interaksi dengan pelbagaiunsurkalanganhukumformal. Sebagai salah satu akibat negatif dari pandangan atau anggapan
bahwa hukum adalah hukum positif tertulis belaka adalah adanya kecenderungan yang kuat sekali bahwa satu-satunya tugas hukum adanya
kepastian hukum.. Adanya keinginan-keinginan yang sangat kuat untuk menyusun
kodifikasi atau pembukuan norma-nomma hukum bidang-bidang tertentu, merupakan suatu akibat yang lebih lanjut yang mempunyai segi positif dan
negatifnya. Selama
usaha mengadakan
kodifikasi tersebut
memperhitungkan bidang-bidang kehidupan netral dan spiritual, serta tujuan kodifikasi adalah kepastan hukum, keseragaman hukum, dan
keserdehanaan hukum, maka usaha mengadakan kodifikasi adalah positif. Akan tetapi, kalau usaha tersebut hanya bertujuan untuk mencapai
kepastian hukum dan mencoba membukukan norma-norma hukum yang mengatur bidang kehidupan spiritual atau non-netral, maka sifatnya
adalah negatif Soerjono Soekanto, 1986:42-43
.
2.7.5 Faktor Kebudayaan