Batasan atau patokan untuk mengukur besar GSB adalah as jalan, tepi sungai, tepi pantai, jalan kereta api, danatau jaringan tegangan tinggi. Sehingga
jika rumah berada di pinggir jalan, maka garis sempadan diukur dari as jalan sampai bangunan terluar di lahan tanah yang dikuasai. Faktor penentu besar GSB
adalah letak lokasi bangunan itu berdiri. Menurut Pasal 1 ayat 28 Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 tahun
2009 tentang Bangunan Gedung, yang dimaksud Garis Sempadan Bangunan GSB adalah garis pada halaman persil Bangunan gedung yang ditarik sejajar
dengan garis as jalan, as pagar, as jaringan listrik tegangan tinggi, tepi sungai,tepi pantai, tepi saluran, tepi rel Kereta Api, garis sempadan mata air, garis sempadan
Approach Landing, garis sempadan Telekomunikasi, dan merupakan batas antara bagian kavlingpersil yang boleh dibangun dan yang tidak boleh dibangun
bangunan.
2.3 Penetapan Garis Sempadan Bangunan
Garis Sempadan Bangunan GSB dibuat agar setiap orang tidak semaunya dalam mendirikan bangunan. Selain itu Garis Sempadan Bangunan GSB juga
berfungsi agar tercipta lingkungan pemukiman yang aman dan rapi. Setiap bangunan gedung yang didirikan tidak boleh melanggar ketentuan bangunan
gedung yang ditetapkan dalam RTRW kota, RDTRK, danatau RTBL. Dalam Pasal 36 ayat 2 Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun
2009 tentang Bangunan Gedung, ketentuan jarak bebas bangunan gedung ditetapkan dalam bentuk:
1. GSB gedung dengan as jalan, tepi sungai, tepi pantai, jalan kereta api,
danatau jaringan tegangan tinggi. 2.
Jarak antara bangunan gedung dengan bata-batas persil, jarak antar bangunan gedung, dan jarak antara as jalan dengan pagar halaman yang
diizinkan pada lokasi yang bersangkutan, yang diberlakukan per kaveling, per persil, danatau perkawasan.
Garis Sempadan Bangunan GSB gedung ditetapkan dalam rencana tata ruang, rencana tata bangunan dan lingkungan serta peraturan bangunan setempat.
Penetapan Garis Sempadan Bangunan gedung dilakukan oleh pemerintah daerah dengan
mempertimbangkan aspek
keamanan, kesehatan,
kenyamanan, kemudahan, serta keserasian dengan lingkungan. Pemerintah Daerah menentukan
garis-garis sempadan pagar, garis sempadan muka bangunan, garis sempadan loteng, garis sempadan podium, garis sempadan menara, begitu pula garis-garis
sempadan pantai, sungai, danau, jaringan umum, dan lapangan umum. Penetapan garis sempadan bangunan gedung dengan tepi jalan, tepi sungai, tepi pantai, tepi
danau, jalan kereta api, danatau jaringan tegangan tinggi didasarkan pada pertimbangan
keselamatan, kesehatan
kenyamanan, dan
kemudahan. Pertimbangan keselamatan dalam penetapan garis sempadan meliputi
pertimbangan terhadap bahaya kebakaran, banjir, air pasang, tsunami, danatau keselamatan lalu lintas. Pertimbangan kesehatan dalam penetapan garis sempadan
meliputi sirkulasi udara, pencahayaan, dan sanitasi. Pertimbangan kenyamanan terkait dengan pandangan, kebisingan, dan getaran. Dan, pertimbangan
kemudahan terkait dengan aksesbilitas dan akses evakuasi, keserasian dalam hal
perwujudan wajah kota, serta ketinggian bahwa semakin tinggi bangunan jarak bebasnya semakin besar.
Letak Garis Sempadan Bangunan GSB gedung terluar untuk daerah di sepanjang jalan, diperhitungkan berdasarkan lebar daerah milik jalan dan
peruntukan lokasi, serta diukur dari batas daerah milik jalan. Letak Garis Sempadan Bangunan GSB gedung terluar untuk daerah sepanjang jalan kereta
api dan jaringan tegangan tinggi, mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang. Letak Garis Sempadan Bangunan GSB gedung terluar
untuk daerah sepanjang sungaidanau, diperhitungkan berdasarkan kondisi sungaidanau, letak sungaidanau, dan fungsi kawasan, serta diukur dari tepi
sungaidanau. Dalam Pasal 44 Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2009
tentang Bangunan gedung, dijelaskan Garis Sempadan Bangunan GSB terluar yang sejajar dengan as jalan rencana jalantepi sungaitepi pantai ditentukan
berdasarkan lebar jalanrencana jalanlebar sungaikondisi pantai, fungsi jalan dan peruntukan kavlingkawasan. Letak Garis Sempadan Bangunan GSB tersebut
untuk daerah Garis Sempadan Bangunan GSB yang sejajar dengan as jalan rencana jalan adalah separuh lebar ruang milik jalan rumija yang dihitung dari
tepi jalanpagar. Letak Garis Sempadan Bangunan GSB terluar untuk daerah pantai adalah 100 meter dari garis pasang tertinggi pada pantai yang
bersangkutan. Letak Garis Sempadan Bangunan GSB untuk lebar jalansungai yang kurang dari 5 meter adalah 2,5 meter dihitung dari tepi jalanpagar. Letak
Garis Sempadan Bangunan GSB suatu tritisoversteck yang menghadap ke arah
tetangga, tidak boleh melewati batas kavlingpersil yang berbatasan dengan tetangga, sedangkan apabila suatu tritisoversteck yang menhadap ke arah jalan,
ditentukan paling jauh setengah dari jarak GSB dengan GSJ. Letak Garis Sempadan Bangunan GSB untuk bangunan yang dibangun di bawah permukaan
tanah harus mempertimbangkan jaringan utilitas yang ada atau yang akan dibangun, atau paling jauh setengah dari jarak GSB dan GSJ.
Kepala daerah dengan pertimbangan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, juga menetapkan garis sempadan samping kiri dan kanan, serta belakang
bangunan terhadap batas persil, yang diatur dalam rencana tata ruang, rencana tata bangunan dan lingkungan, serta peraturan bangunan setempat. Sepanjang tidak
ada jarak bebas samping maupun belakang bangunan yang ditetapkan, kepala daerah menetapkan besarnya garis sempadan tersebut setelah mempertimbangkan
keamanan, kesehatan, dan kenyamanan, yang ditetapkan pada setiap permohonan perizinan mendirikan bangunan.
2.4 Persyaratan Bangunan Gedung