Pengertian Shift Kerja Pembagian Karakterisitik Shift Kerja

1. Jenis shift pagi, siang, malam. 2. Panjang waktu tiap shift. 3. Waktu dimulai dan berakhir satu shift. 4. Distribusi waktu istirahat. 5. Arah transisi shift. Monk da Folkrad 1983 mengkategorikan tiga tipe sitem shift kerja, yaitu sistem shift permanen, sistem rotasi shift cepat dan sistem rotasi shift lambat. 1. Sistem Shift Permanen. Dalam sistem shift ini setiap individu tetap bekerja hanya pada satu bagian dari 3 shift kerja setiap 8 jam. Biasanya digunakan di rumah sakit terutama kepada perawat, namun sebagian negara tidak menggunakannya oleh karena tidak meratanya distribusi beban kerja setap hari. Namun beberapa studi melaporkan bahwa pekerja shift malam tidak jauh berbeda keadaannya dengan pekerja shift pagi. 2. Sistem Rotasi Shift Cepat. Tenaga kerja secara bergilir bekerja dengan periode rotasi kerja 2-3 hari. Sistem shift ini lebih banyak disukai karena dapat mengurangi kebosanan kerja, kerugiannya menyebabkan kinerja shift malam terganggu dan waktu tidur bertambah sehingga diperlukan 2-3 hari libur setelah kerja malam. Berdasarkan faktor sosial dan fisiologis diusulkan sistem rotasi shift cepat yaitu sistem 2-2-2, yaitu: rotasi shift kerja pagi, siang dan malam dilaksanakan masing-masing 2 hari, dan pada akhir periode shift kerja malam diberi libur 2 hari dan kembali lagi ke siklus shift kerja semula. Sistem rotasi shift 2-2-3, yaitu: rotasi shift kerja dimana salah satu shift dilaksanakan 3 hari bergiliran setiap periode shift dan dua shift lainnya dilaksanakan masing-masing 2 hari. Pada akhir perode shift kerja diberi libur 2 hari. 3. Sistem Rotasi Shift Lambat. Sistem shift ini merupakan kombinasi antara sistem shift permanen dan sistem rotasi shift cepat. Rotasi shift kerja berbentuk mingguan, dua mingguan atau bulanan. Sistem shift ini menyebabkan circadian rhythm terganggu pada shift malam dan tidak dapat menyesuaikan perubahan siklus tidur atau bangun. De la Mare dan Walker menyatakan bahwa umumnya shift kerja tidak disukai walaupun ada individu dengan positif menyukainya. Studi awal shift kerja ditemukan bahwa shift kerja permanen lebih disukai 61 dibandingkan shift kerja rotasi 12 dan shift malam permanen 27. Penelitian terakhir cenderung sistem rotasi shift cepat lebih disukai. Menurut International Labour Organization 2012 sistem shift kerja dapat dibagi atas: 1. Sistem 3 shift 4 kelompok 4x8 hours continuous shift work, yaitu 3 kelompok shift bekerja setiap 8 jam sedang 1 kelompok lagi istirahat. Sistem ini digunakan bagi aktivitas produksi terus-menerus dan tidak ada hari libur. Rotasi shift 2-3 hari. 2. Sistem 3 shift 3 kelompok 3x8 hours semi continuous shift work, yaitu 3 kelompok shift bekerja setiap 8 jam dan pada akhir minggu libur. Menurut Coleman yang dikutip oleh Kodrat 2009 terdapat empat jenis dampak shift, yaitu : 1. Job Performance Perubahan jadwal shift kerja yang terus-menerus menyebabkan pekerja harus terus beradaptasi dengan perubahan tersebut. 2. Job Related Attitude Karyawan yang bekerja pada shift malam sering menunjukkan sikap dan emosi. 3. Personal Health Pekerjaan yang menggunakan sistem shift dapat mengganggu kesehatan secara fisik dan mental, karena situasi dan kondisi pada setiap shift berbeda. Pekerja harus menyesuaikan kondisi fisik setiap kali bekerja di shift yang berbeda. 4. Social and Domestic Factor Pembagian shift kerja dapat menyebabkan pekerja yang sudah berkeluarga atau pekerja wanita mengalami kesulitan dalam membagi waktu bersosialisasi, berkomunikasi dengan anggota keluarga lain dan melakukan aktivitas religius. Menurut Suma‘mur 2009 dalam bukunya Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja dalam soal periode waktu kerja siang atau malam, sangat menarik adalah sistem kerja bergilir, terutama masalah kerja malam. Sehubungan dengan kerja malam dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut : 1. Irama faal manusia sedikit atau banyak terganggu oleh system kerja malam- tidur siang. Fungsi-fungsi fisiologis tenaga kerja tidak dapat disesuaikan sepenuhnya dengan irama kerja demikian. 2. Demikian pula metabolisme tubuh tidak sepenuhnya dapat, bahkan banyak yang sama sekali tidak dapat diadaptasikan dengan kerja malam-tidur siang. 3. Kelelahan pada kerja malam relatif sangat besar. 4. Jumlah jam kerja yang dipakai untuk tidur bagi pekerja malam pada siang harinya relatif jauh lebih dari seharusnya, dikarenakan gangguan suasana siang hari seperti kebisingan, suhu, keadaan terang, dan lain-lain dan oleh karena kebutuhan badan yang tidak dapat diubah seluruhnya menurut kebutuhan yaitu terbangun oleh dorongan lapar atau buang air kecil yang relatif banyak pada siang hari. 5. Kurangnya tidur dan kurang berfungsinya alat pencernaan berakibat antara lain penurunan berat badan. Selain faktor-faktor di atas, kerja malam juga dapat mengganggu kehidupan rumah tangga dan bermasyarakat karena terbatasnya waktu berkumpul dengan keluarga dan masyarakat.

2.2.3 Efek Shift Kerja

Menurut Fish 2000 efek shift kerja yang dapat dirasakan tenaga kerja yaitu: 1. Efek fisiologis Efek fisiologis memiliki pengaruh terhadap : 1. Kualitas tidur yang terganggu. Tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja malam. 2. Menurunnya kapasitas kerja fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah. 3. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan. 2. Efek Psikososial Efek menunjukkan masalah lebih besar dari efek fisiologis, antara lain adanya gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat. Demikian pula adanya pandangan di suatu daerah yang tidak membenarkan pekerja wanita bekerja pada malam hari, mengakibatkan tersisih dari masyarakat. 3. Efek Kinerja Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental menurun berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjan seperti kualitas control dan pemantauan. 3. Efek Terhadap Kesehatan Efek shift kerja menyebabkan gangguan gastrointensitinal berupa dyspepsia atau ulcus ventriculi dimana masalah ini kritis pada umur 40-45 tahun. Sistem shift kerja dapat menjadi masalah keseimbangan kadar gula dalam darah dengan insulin bagi penderita diabetes.