Gambar 2.3. Model Hubungan Stress dengan Kinerja
Sumber : Keith Davis 1996
2.4. Landasan Teori
Stressor adalah penyebab stres, yakni apa saja kondisi lingkungan tempat tuntutan fisik dan emosional pada seseorang Sopiah, 2008. Beehr dan Newman
dalam Rice, 1999 mendefinisikan stres kerja sebagai tuntutan pekerjaan yang berlebihan melebihi kemampuan pekerja meliputi interaksi antara kondisi pekerjaan
dengan sikap individu yang mengubah kondisi normal dan fungsi psikologis pekerja sehingga menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena
pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu. Jurnal penelitian sebelumnya pada tahun 2008 yang dilakukan oleh Simona
Gilboa, Arie Shirom, Yitzhak Fried dan Cary Cooper dengan judul “A Meta-Analysis of Work Demand Stressors and Job Performance : Examining Main and Moderating
Universitas Sumatera Utara
Effects” menunjukkan dengan pasti bahwa stressor mempunyai pengaruh yang signifikan dan berkorelasi negatif terhadap job performance.
Sebelumnya pada jurnal penelitian pada tahun 2005 yang dilakukan oleh Carsten K. W. De Dreu dan Bianca Beersma dengan judul “Conflict in Organization :
Beyond Effectiveness and Performance” menunjukkan bahwa adanya konflik pada pekerjaan akan mengurangi efektifitas dan kinerja dalam organisasi.
Kemudian jurnal penelitian pada tahun 2001 yang dilakukan oleh Richard T. Fisher dengan judul “Role Stress, The Type A Behavior Pattern, and External Auditor
Job Satisfaction and Performance” menunjukkan bahwa adanya ambiguitas peran sebagai salah satu faktor penyebab stres stressor mempunyai pengaruh yang
signifikan dan berkorelasi negatif terhadap kinerja. Selain itu jurnal penelitian pada tahun 2006 yang dilakukan oleh Anis Siti
Hartati dengan judul “Pengaruh Stressor dan Konflik Kerja terhadap Kinerja Karyawan Studi Empiris pada PT. Pertamina Persero UP IV Cilacap” menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel stressor dan konflik kerja secara parsial dan bersamasama terhadap kinerja karyawan pada PT. Pertamina
Persero UP IV Cilacap. Ditambahkan pula stres kerja oleh Riggio 2003 yang didefinisikan sebagai
interaksi antara seseorang dan situasi lingkungan atau stresor yang mengancam atau menantang sehingga menimbulkan reaksi pada fisiologis maupun psikologis pekerja.
Carry Cooper dikutip Jacinta, 2002 menyatakan bahwa stresor kerja yang pada umumnya ditemukan di tempat kerja dan non pekerjaan yaitu ketaksaan peran, beban
kerja berlebih kuantitatif, beban kerja berlebih kualitatif, pengembangan karir,
Universitas Sumatera Utara
konflik peran, tanggung jawab terhadap orang lain, masalah organisional, lingkungan dan kondisi fisik tempat kerja seperti kebisingan, panas, vibrasi, hygiene dan lainnya.
Seperti digambarkan pada kerangka teoritis berikut ini yang dikemukakan oleh Ivancevich 2006
v
Gambar 2.4. Teori Model Stressor dan Hasil oleh Ivancevich 2006
Tingkat Individu -
Konflik Peran -
Kelebihan beban peran
- Ketidakjelasan peran
- Tanggungjawab atas
orang -
Pelecehan -
Kecepatan perubahan Tingkat Kelompok
- Perilaku, manajerial
- Kurangnya
kohesivitas -
Konflik Intrakelompok
- Status yang tidak
sesuai Tingkat organisasi
- Budaya
- Teknologi
- Gaya manajemen
- Rancangan organisasi
- Politik
Non Pekerjaan -
Perawatan orang lanjut usia dan anak
- Ekonomi
- Kurangnya mobilitas
- Pekerjaan sukarela
- Kualitas kehidupan
STRESOR
Penilaian Kognitif
STRES Perilaku
- Kepuasan
- Kinerja
- Absen
- Perputaran pekerja
- Kecelakaan
- Penyalahgunaan obat
- Klaim perawatan
kesehatan Kognitif
- Pengambilan
keputusan yang buruk -
Kurangnya konsentrasi
- Lupa
- Frustasi
- Apatis
Fisiologis -
Tekanan darah yang meningkat
- Sistem kekebalan
- Kolestrol tinggi
Fisiologis -
Penyakit jantung koroner
- Sistem pencernaan
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan teori tersebut, dapat dilihat bahwa adanya hubungan stresor kerja dengan kinerja pada pekerja. Kondisi lingkungan fisik yang tidak sehat, aman
dan bebas dari bahaya dapat berpotensi sebagai sumber stresor yang akan menimbulkan gangguan emosional pada pekerja. Sehingga apabila pekerja bekerja
tidak dalam keadaan kesehatan fisik dan mental yang baik, akan menurunkan kinerja, produktivitas kerja serta akan terjadi kecelakaan kerja. Sebaliknya apabila pekerja
dalam kondisi sehat maka akan terwujud kesehatan dan keselamatan di tempat kerja. Dengan hasil penelitian yang ditunjukkan oleh jurnal-jurnal dan pendapat para
ahli sebelumnya tersebut, maka peneliti terdorong untuk menguji pengaruh stressor kerja job stressor terhadap kinerja pegawai dengan mengambil tempat penelitian di
instansi pemerintah, yaitu di Kantor Badan SAR Medan.
2.5. Kerangka Konsep