Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Hipotesis Manfaat Penelitian Ketaksaan Peran Role Ambiguity Pengembangan Karir

pendahuluan di Kantor SAR Medan maka peneliti tertarik untuk penelitian dengan judul : “Pengaruh Stressor Kerja Terhadap Kinerja Pegawai SAR Di Kantor SAR Medan Tahun 2014”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : “Bagaimana Pengaruh Stresor Kerja Terhadap Kinerja Pegawai di Kantor SAR Medan Tahun 2014?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian untuk mengetahui Pengaruh Stressor Kerja Terhadap Kinerja Pegawai SAR di Kantor SAR Medan Tahun 2014.

1.4. Hipotesis

Stressor kerja yaitu ketaksaan peran, konflik peran, pengembangan karir, beban kerja berlebih kuantitatif, beban kerja berlebih kualitatif dan tanggungjawab dengan orang lain berpengaruh terhadap kinerja Pegawai SAR di Kantor SAR Medan Tahun 2014

1.5. Manfaat Penelitian

1. Menjadi masukan bagi masyarakat untuk menambah wawasan dalam upaya mengetahui stressor kerja dan pengaruhnya terhadap kinerja. 2. Menjadi masukan bagi Kantor SAR untuk mengetahui dan meminimal stressor kerja dalam upaya menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stressor Kerja 2.1.1. Definisi Stressor Kerja Menurut Newstroom dan Davis 2003 stressor adalah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya stres. Job stressor atau faktor-faktor yang sering menimbulkan stres di tempat kerja antara lain: 1 Beban kerja yang berlebihan work overload 2 Tekanan atau desakan waktu time pressure 3 Kualitas supervisi yang jelek poor quality of supervision 4 Iklim politis yang tidak aman insecure political climate 5 Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai lock of recognitionreward 6 Wewenang yang tidak mencukupi untuk melaksanakan tanggung jawab inadequate authority to match responsibilities 7 Kemenduaan peranan role ambiguity and conflict 8 Frustasi frustation 9 Konflik antar pribadi dan antar kelompok interpersonal conflict 10 Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dan karyawan differences between company and employee value 11 Berbagai bentuk perubahan change of anytipe 11 Universitas Sumatera Utara Penyebab Tipe Akibat Gambar 2.1. Penyebab, Tipe dan Akibat dari Stres menurut Randall S. Schuler diacu Davis dan Newstrom 1985 Stressor adalah penyebab stres, yakni apa saja kondisi lingkungan tempat tuntutan fisik dan emosional pada seseorang Sopiah, 2008. Menurut Gibson, dkk 2000 Stres adalah kata yang berasal dari Bahasa Latin, yaitu ‘stringere’, yang memiliki arti keluar dari kesukaan draw tight. Definisi ini menjelaskan sebuah kondisi susah atau penderitaan yang menunjukkan paksaan, tekanan, ketegangan atau usaha yang kuat, diutamakan ditunjukkan pada individual, organ individual atau kekuatan mental seseorang. Di lain pihak, stres karyawan juga dapat disebabkan masalah-masalah di luar tempat kerja. Stressor dari kategori off the job ini antara lain: Stresor organisasional Stresor nonpekerjaan Karyawan Akibat dari organisasional dan personal yang kontruktif : a. Jangka pendek b. Jangka panjang Stres Negatif Stres Positif Akibat dari organisasional dan personal yang destruktif : a. Jangka pendek b. Jangka panjang Universitas Sumatera Utara 1 Kekuatiran finansial 2 Masalah-masalah yang berkaitan dengan anak 3 Masalah-masalah fisik 4 Masalah-masalah perkawinan 5 Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat tinggal 6 Masalah-masalah pribadi lainnya Menurut Ivancevich, dkk 2006 stresor yang diakibatkan peran seseorang dalam menjalani suatu profesi tertentu. seperti kelebihan beban kerja, tanggung jawab atas orang lain, perkembangan karier, kurangnya kohesi kelompok, dukungan kelompok yang tidak memadai, struktur dan iklim organisasi, wilayah dalam organisasi, karakteristik tugas, pengaruh kepemimpinan. Menurut Dessler 1997 ada dua sumber utama dari stres pekerjaan yaitu lingkungan dan personal. Faktor-faktor lingkungan yang dapat menyebabkan stres pekerjaan mencakup jadwal kerja, irama kerja, jaminan pekerjaan, rute perjalanan kerja, jumlah dan sifat pelanggan atau klien, kebisingan tempat kerja. Faktor-faktor personal yang dapat mempengaruhi stres kerja yaitu tipe dari kepribadian seseorang. Selain stres yang berasal dari pekerjaan stres juga dapat disebabkan oleh masalah non-pekerjaan seperti perceraian. Menurut Mangkunegara 2001 penyebab stres kerja, antara lain beban kerja yang dirasakan terlalu berat, waktu kerja yang mendesak, kualitas pengawasan kerja yang rendah, iklim kerja yang tidak sehat, otoritas kerja yang tidak memadai yang berhubungan dengan tanggung jawab, konflik kerja, perbedaan nilai antara karyawan Universitas Sumatera Utara dengan pemimpin yang frustasi dalam kerja. Menurut Handoko 2001 kondisi- kondisi yang cenderung menyebabkan stres disebut stressors. Meskipun stres dapat diakibatkan oleh hanya satu stressors, biasanya karyawan mengalami stres karena kombinasi stressors. Ada dua kategori penyebab stres, yaitu on-thejob dan off-the- job. Faktor-faktor organisasional yang dapat menjadi stressor bagi karyawan berasal dari lingkungan pekerjaannya seperti tekanan untuk menghindar dari berbuat kesalahan, menyelesaikan tugas pada satu jangka waktu tertentu, beban tugas yang terlalu berat, atasan yang kaku, tidak peka dan terlalu banyak menuntut, rekan sekerja yang tidak mendukung. Dengan perkataan lain, faktor-faktor organisasional yang dapat menjadi ”stressor” ialah: 1 Tuntutan tugas 2 Tuntutan peran 3 Tuntutan hubungan interpersonal, 4 Struktur organisasi 5 Kepemimpinan dan siklus hidup organisasi. Faktor-faktor individual merupakan faktor yang berasal dari apa yang terjadi atau tidak terjadi pada jam-jam di luar jam kerja seorang karyawan yang berpengaruh pada timbul tidaknya stres dalam kehidupan kekaryaaan seseorang. Terdapat faktor- faktor yang bersifat individual yang menjadi stressor dalam kehidupan seseorang seperti masalah-masalah keluarga, masalah-masalah ekonomi dan kepribadian seseorang. Universitas Sumatera Utara Menurut Siagian 2005 stres bersumber dari pekerjaan dan luar pekerjaan seseorang. Berbagai hal yang dapat menjadi sumber stres yang berasal dari pekerjaan dapat beraneka ragam seperti beban tugas yang terlalu berat, desakan waktu, penyeliaan yang kurang baik, iklim kerja yang menimbulkan rasa tidak aman, kurangnya informasi dari umpan balik tentang prestasi kerja seseorang, ketidakseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab, ketidakjelasan peranan karyawan dalam keseluruhan kegiatan organisasi, frustasi yang ditimbulkan oleh intervensi pihak lain yang terlalu sering sehingga seseorang merasa terganggu konsentrasinya, konflik antara karyawan dengan pihak lain di dalam dan di luar kelompok kerjanya, perbedaan sistem nilai yang dianut oleh karyawan dan yang dianut oleh organisasi dan perubahan yang terjadi, sehingga pada umumnya dapat menimbulkan rasa ketidakpastian. Stres yang berasal dari lingkungan luar yang dihadapi oleh seseorang, seperti masalah keuangan, perilaku negatif anak-anak, kehidupan keluarga yang tidak atau kurang harmonis, pindah tempat tinggal, ada anggota keluarga yang meninggal, kecelakaan, penyakit gawat dan perkembangan teknologi adalah beberapa contoh penyebab stres Dari beberapa pengertian yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa stressor merupakan faktor yang menimbulkan stres pada karyawan, yang disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan dengan pekerjaan maupun lingkungannya. Hal ini dapat terjadi pada tiap orang atau karyawan pada sebuah perusahaan dalam semua kondisi pekerjaan. Universitas Sumatera Utara

2.1.2. Kategori-kategori Stressor Kerja Job Stressor

Faktor-faktor di pekerjaan yang bisa menimbulkan stres job stressor dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu: 1 Stressor Lingkungan Fisik Kondisi kerja tertentu dapat menghasilkan prestasi kerja yang optimal. Disamping dampaknya terhadap prestasi kerja, kondisi kerja fisik memiliki dampak juga terhadap kesehatan mental dan keselematan kerja seorang tenaga kerja. Menurut Munandar 2001 kondisi fisik kerja mempunyai pengaruh terhadap kondisi psikologis diri seorang tenaga kerja. Ruangan kerja yang tidak nyaman, panas, sirkulasi udara yang kurang memadai, berisik, tentu besar pengaruhnya terhadap kenyamanan karyawan dalam bekerja Jacinta, 2001. 2 Stressor Individu A. Konflik peran role conflict : konflik peran dirasakan seseorang individu ketika memenuhi kepada satu deretan harapan tentang konflik pekerjaan dengan memenuhi kepada satu deretan harapan lainnya Gibson, 1992. Konflik peran dapat timbul jika seseorang atau individu mengalami adanya pertentangan antara tugas-tugas yang harus ia lakukan dengan tanggung jawab yang ia miliki, tugas- tugas yang harus ia lakukan menurut pandangannya bukan merupakan bagian dari pekerjaannya, tuntutan-tuntutan yang bertentangan dari atasan, rekan, bawahan, atau orang lain yang dinilai penting bagi dirinya, dan pertentangan nilai-nilai dengan keyakinan pribadinya sewaktu melakukan tugas atau pekerjaannya Universitas Sumatera Utara Munandar, 2001. Menurut Miles dan Perreault dalam Tobing 2007 membedakan empat jenis konflik peran, yaitu: a. Konflik peran pribadi : tenaga kerja ingin melakukan tugas berbeda yang disarankan dalam uraian pekerjannya. b. Konflik intrasender : tenaga kerja menerima penugasan tanpa memiliki sumber daya yang cukup untuk dapat menyelesaikan tugas dengan berhasil. c. Konflik intersender : tenaga kerja diminta berperilaku sedemikian rupa sehingga ada orang merasa puas dengan hasilnya, sedangkan orang lain tidak. d. Peran dengan beban berlebih : tenaga kerja mendapat penugasan kerja yang terlalu banyak dan tidak dapat ditangani dengan efektif. B. Ambiguitas peran role ambiguity, adalah tidak adanya pengertian dari seseorang tentang hak-hak khusus dan kewajiban-kewajiban mereka dalam mengerjakan suatu pekerjaan Gibson, 1992. Ambiguitas peran merupakan kondisi ketidakpastian akibat dari seorang individu karena kurang mengerti dan memahami mengenai prioritas harapan dan kriteria evaluasi yang diterapkan organisasi kerjanya Fakhrudin dan Asri, 2003. Menurut Everly dan Girdano dalam Tobing 2007 faktor-faktor yang dapat menimbulkan ambiguitas peran adalah: a. Ketidakjelasan dari sasaran-sasaran atau tujuan kerja b. Kesamaran tentang tanggung jawab c. Ketidakjelasan tentang prosedur kerja d. Kesamaran tentang apa yang diharapkan oleh orang lainperusahaan Universitas Sumatera Utara e. Kurang adanya informasi tentang balikan atau ketidakpastian tentang penilaian pekerjaan. Ambiguitas peran role ambiguity berpengaruh terhadap menurunnya penggunaan keterampilan intelektual, pengetahuan, dan kepemimpinan Gibson, 1992. C. Beban kerja berlebih work overload, situasi yang menunjukkan tingkat dimana tuntutan peran dan pekerjaan melebihi sumber daya individu dan organisasi kerjanya, dan akibatnya karyawan tidak dapat menyelesaikan tugas pekerjaan sesuai yang diharapkan Fakhrudin dan Asri, 2003. Beban kerja berlebih memiliki dua tipe yang berbeda, yaitu beban berlebih kualitatif terjadi jika pekerjaan tersebut sangat kompleks dan sulit sehingga menyita kemampuan teknis dan kognitif karyawan dan beban kerja kuantitatif jika banyaknya pekerjaan yang ditargetkan melebihi kapasitas karyawan Jacinta, 2001. Beban berlebih secara tidak langsung bertanggung jawab terhadap menurunya kualitas pengambilan keputusan, merusak hubungan antar pribadi dan meningkatnya angka kecelakaan. Beban kerja berlebih berakibat pada lebih rendahnya kepercayaan diri, menurunnya motivasi kerja, dan meningkatnya absensi Gibson, 1992. D. Tidak ada control, stressor besar yang dialami oleh banyak karyawan adalah tidak adanya pengendalian atas suatu situasi, langkah kerja, urutan kerja, pengambilan keputusan, waktu yang tepat, penetapan standar kualitas sendiri, dan kendali jadwal adalah penting Gibson, 1992. Universitas Sumatera Utara E. Tanggung jawab, dibedakan dengan menggunakan istilah tanggung jawab bagi orang vs tanggung jawab bagi sesuatu. Perawat bagian UGD, ahli bedah syaraf, dan pengatur lalu lintas udara memiliki tanggung jawab yang tinggi bagi orang. Suatu studi mendapatkan dukungan bagi hipotesa bahwa tanggung jawab bagi orang menyumbang stres yang berhubungan dengan kerja Gibson, 1992. 3 Stressor Kelompok Hubungan yang baik antar anggota dari satu kelompok kerja dianggap sebagai faktor utama dalam kesehatan individu dan organisasi. Hubungan kerja yang tidak baik antar sesama rekan, atasan, dan bawahan terungkap dalam gejala-gejala adanya kepercayaan rendah, taraf pemberian dukungan yang rendah, dan minat yang rendah dalam pemecahan masalah organisasi Munandar, 2001. . 4 Stressor Organisasional Faktor stres yang ditemukan dalam kategori ini terpusat pada sejauh mana para karyawan dapat terlibat atau berperan serta dalam mengambil keputusan. Partisipasi menunjuk pada luasnya pengetahuan, opini, dan ide seseorang termasuk didalam proses keputusan. Kurangnya partisipasi para karyawan dalam mengambil keputusan dapat memberi sumbangan pada stres. Peningkatan peluang untuk berperan serta menghasilkan peningkatan unjuk kerja dan peningkatan taraf dari kesehatan mental dan fisik Munandar, 2001.

2.1.3. Sumber Stres Stressor Pekerjaan

Stressor adalah peristiwa eksternal atau situasi yang secara potensial membahayakan seseorang Ivancevich, dkk., 2006. Sebagian besar dari waktu Universitas Sumatera Utara manusia digunakan untuk bekerja, oleh karena itu lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan seseorang yang bekerja. Sumber stres yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang dalam lingkup pekerjaannya dapat lebih dari satu macam stresor.

1. Peran Individu Dalam Organisasi

Setiap pekerja bekerja dengan perannya masing-masing, artinya setiap pekerja mempunyai tugas-tugas yang ia lakukan sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan tempat ia bekerja. Walaupun demikian, pekerja tidak selalu berhasil dalam menjalankannya. Kurang berfungsinya peran adalah merupakan salah satu pembangkit stres yaitu berupa konflik peran role conflict dan ketaksaan peran role ambiguity Ivancevich, dkk., 2006.

a. Ketaksaan Peran Role Ambiguity

Terjadi bila tidak ada informasi yang jelas mengenai prosedur yang harus dilakukan seseorang, termasuk kertidakjelasan tujuan objektif pekerjaan dan ruang lingkup tanggungjawab seseorang. Stres timbul karena ketidakjelasan itu sendiri atau ketidakmampuan individu untuk menempatkan diri pada posisi yang tepat. b. Konflik Peran Role Conflict Terjadi bila terdapat dua atau lebih harapan yang saling berkompetisi untuk mendapatkan pemuasan secara berrsamaan tidak dapat terpenuhi. Konflik dapat terjadi apabila seseorang mempunyai beberapa peran sekaligus namun tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi keduanya. Sehingga individu tersebut mengalami stres. Universitas Sumatera Utara

c. Pengembangan Karir

Merupakan pembangkit stres yang sangat potensial yang mencakup ketidakpastian pekerjaan job insecurity, promosi yang berlebihan over promotion dan promosi yang kurang under promotion Sopiah, 2008.

d. Hubungan di Dalam Pekerjaan