baik Pendiri, Pembina, Pengurus, Pengawas atau bahkan karyawan serta pihak lain yang berkepentingan terhadap Yayasan memiliki peluang untuk melakukan tindakan
penyalahgunaan fungsi dan tujuan Yayasan baik individu maupun secara bersama- sama.
Pemerintah sudah sangat tepat membuat peraturan mengenai Yayasan yang diwujudkan melalui Undang-Undang Yayasan. Larangan-larangan yang ditujukan
dengan sangat tepat dan cermat, baik kepada Yayasan maupun kepada organ-organ yang ada didalamnya berdasarkan Pasal-Pasal yang ada dalam Undang-Undang ini,
kiranya dapat memberikan suatu peringatan kepada Yayasan atau Organ didalamnya untuk tidak melakukan tindakan-tindakan penyalahgunaan fungsi dan tujuannya.
C. Kasus-kasus Perbuatan Penyalahgunaan Fungsi dan Tujuan Yayasan
Apa pun alasannya, setiap kegiatan atau tindakan yang dilakukan oleh Yayasan maupun organ-organ yang ada didalamnya, dimana tindakan atau kegiatan
itu menimbulkan penyalahgunaan terhadap fungsi dan tujuan yayasan, sangatlah tidak dibenarkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada.
Tindakan-tindakan seperti memperkaya diri sendiri dengan menggunakan yayasan sebagai payung perlindungannya ataupun menjalankan suatu kegiatan yang
sebenarnya mengarah kepada suatu badan hukum perusahaan yang berorientasi mencari keuntungan namun berkedok yayasan sudah sangat sering dijumpai. Berikut
kasus-kasus perbuatan penyalahgunaan fungsi dan tujuan yayasan :
55
1. Analisis kasus Yayasan Supersemar
55
H.P.Panggabean, Op.Cit, hlm. 61.
a. Gagasan berdirinya Bertolak dari pemikiran bahwa masalah pendidikan adalah masalah yang
harus ditanggulangi bersama antara orang tua, masyarakat, dan Pemerintah.Bahwa banyak anak muda Indonesia yang mempunyai kemampuan intelektual, namun
keadaan orang tuanya kurang mendukung kelangsungan pendidikan formal yang tengah ditekuninya.Soeharto kala itu berhasrat membantu pemerintah dalam upaya
mengatasi problema yang tengah dihadapi oleh dunia pendidikan tersebut. Berdasarkan pada pengalamannya dalam hal memimpin Yayasan Trikora, yang
memberikan beasiswa bagi putra-putra pejuang “Trikora” dan “Dwikora” cukup menjadi bekal untuk mendirikan sebuah yayasan beasiswa yang bersifat lebih umum
dan lebih luas santunannya. Maka, pada tanggal 16 Mei 1974, bertambah lagi sebuah yayasan beasiswa di Indonesia yang dipimpin oleh Soeharto dalam hal membantu
pemerintah.yayasan ini dinamakan Yayasan Supersemar. Ada pun kronologi kasus Yayasan Supersemar ini adalah :
56
1 9 Juli 2007
Kejaksaan Agung mendaftarkan gugatan terhadap Soeharto, pembina yayasan upersemar, dan Yayasan Supersemar sebagai badan hukum ke
Pengadilan Negeri PN Jakarta Selatan.Pak Harto dan Yayasan dituduh telah melakukan penyalahgunaan uang Yayasan senilai US 420 juta dan Rp
185 miliar ditambah ganti rugi imateriil Rp 10 triliun. 2
10 September 2007
56
http:hukum.kompasiana.com20110519sengketa-yayasan-trisakti-dengan-thoby-mutis- 365321.htmldiakses : tanggal 28 April 2015.
Proses mediasi antara kedua belah pihak dinyatakan gagal. 3
24 September 2007 Sidang perdana perkara Yayasan Supersemar di Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan.Jaksa Pengacara Negara resmi menggugat Soeharto tergugat I dan Yayasan Supersemar tergugat II sebesar US 420 juta dan Rp 185 miliar
serta ganti rugi imateriil Rp 10 Triliun. 4
8 Januari 2008 Dua pengurus Yayasan Supersemar memberikan kesaksian di Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan.Mereka mengatakan tak rela Negara menggugat yayasan.
5 27 Januari 2008
Soeharto wafat. 6
26 Februari 2008 Lima anak Soeharto, kecuali Hutomo Mandala Putra Tommy Soeharto
resmi menggantikan ayahnya sebagai tergugat perkara Supersemar. 7
27 Maret 2008 Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menyatakan Yayasan Supersemar milik
mantan Presiden Soeharto bersalah karena menyalahgunakan dana dengan memberikan pinjaman dan penyertaan modal ke berbagai perusahaan. Hakim
menetapkan yayasan harus membayar US 205 juta dan Rp 46 miliar kepada Negara. Pengacara Yayasan Supersemar, Juan Felix Tampubolon langsung
menyatakan akan melakukan banding. 8
2 April 2008
Yayasan mengajukan banding. 9
17 September 2008 Berkas banding diterima panitera Pengadilan Tinggi DKI Jakarta.
10 19 Februari 2009
Pengadilan Tinggi DKI Jakarta menyatakan bahwa Yayasan Supersemar harus membayar kerugian sebesar US 105.000.727, 66 dan Rp
46.479.512.226, 187. Yayasan milik mendiang Presiden Soeharto itu dinilai menyalahgunakan dana dengan cara member pinjaman dan menyertakan
modal ke berbagai perusahaan. b. Pokok Bahasan
1 Sejak Kejaksaan Agung memeriksa Yayasan Supersemar yang
memberikan pinjaman atau penyertaan modal untuk mendapatkan keuntungan yaitu ke PT Bank Duta sebesar US 125.000 dan PT Sempati
Air sebesar Rp 13,1 miliar. 2
Tindakan yayasan merupakan perbuatan melawan hukum sesuai Pasal 1365 KUHPerdata, meskipun ADART yayasan memperbolehkan hal
tersebut. 3
Yayasan juga melanggar Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1976, yang isinya bahwa BUMN harus menyisihkan 5 lima persen dari laba bersih
untuk Yayasan Supermesar. c. Analisis Kasus
1 Mantan Presiden Soeharto lepas dari tanggung jawab membayar kerugian
Negara dalam kasus penyelewengan dana Yayasan Supersemar. Lalu,
Pengadilan Tinggi DKI Jakarta menyerahkan tanggung jawab itu hanya pada yayasan.
2 Yayasan Supersemar telah menyalahgunakan dana dengan cara memberi
pinjaman dan menyertakan modal ke berbagai perusahaan, karena Yayasan Supersemar telah melanggar ketentuan Pasal 26 Ayat 4 UU No.
28 Tahun 2004 tentang Yayasan, bahwa kekayaan yayasan dipergunakan untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan. Sedangkan, maksud dan
tujuan dari Yayasan Supersemar untuk pendidikan pelajar dan mahasiswa kurang mampu, ternyata dananya dipinjamankan ke pihak lain. Sehingga
tidak sesuai dengan karakteristik badan hukum yayasan yaitu yayasan mempunyai tujuan sosial dan bersifat nirlaba. Kemudian Yayasan
Supersemar telah melanggar larangan yang tercantum pada Pasal 5 Undang-Undang Yayasan, yakni kekayaan yayasan baik berupa uang,
barang, maupun kekayaan lain yang diperoleh yayasan berdasarkan Undang-Undang, dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung atau
tidak langsung kepada pembina, pengurus, pengawas, karyawan, atau pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap yayasan.
2. Analisis kasus Universitas Trisakti dan Yayasan Trisakti
a. Pokok Bahasan 1
Rektor Universitas Trisakti yaitu Thoby Mutis mengganti status Universitas Trisakti dengan menghapus nama Yayasan Trisakti sebagai
pemilik Universitas Trisakti.
2 Pihak yayasan mengaku sudah berusaha melakukan dialog untuk
menyelesaikan kasus tersebut, namun hal itu tidak mendapatkan hasil. Akhirnya kasus ini dibawa ke jalur hukum.
3 Pada tingkat Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah
Agung memutuskan bahwa gugatan Universitas Trisakti ditolak. 4
Eksekusi Universitas Trisakti dibatalkan.
b. Analisis Kasus
57
1 Yayasan Trisakti seharusnya mengeluarkan Universitas Trisakti dari aset
Yayasan Trisakti, karena aset tersebut masih tercatat dalam daftar kekayaan Negara eks. asing yakni Tionghoa pada Kementerian
Keuangan. 2
Sengketa ini terjadi karena ketidakjelasan aset yayasan dimiliki oleh pemilik atau oleh yayasan, karena tidak terjadi pemisahan yang nyata atas
aset Yayasan Trisakti. 3
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menyatakan bahwa Anggaran Dasar Yayasan Trisakti yang termuat dalam Akta Notaris Nomor 22 tertanggal 7
September 2005 yang dibuat Notaris Sucipto, S.H. adalah akta yang tidak sah dan batal demi hukum.
4 Dengan adanya putusan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tersebut
maka para pihak yang selama ini menyatakan dirinya sebagai Pengurus
57
http:new.hukumonline.comberitabacalt4f06ac51ae3c4ad-yayasan-trisakti-dinyatakan- tak-sah, diakses tanggal 28 April 2015.
Yayasan Trisakti tidak berhak melakukan tindakan hukum apa pun juga atas nama Yayasan Trisakti maupun pihak lainnya.
5 Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang beranggotakan
Ari Jwintara dan Samsul Edi menyatakan dalam amar putusannya bahwa kepengurusan Yayasan Trisakti adalah tidak sah.
6 Amar putusan menyatakan bahwa Universitas Trisakti lah yang
merupakan Pembina dan Pengelola satuan Pendidikan Tinggi Trisakti dan bukan yayasan.
7 Sejarah pendirian Universitas Trisakti didirikan oleh Pemerintah
berdasarkan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan No. 104 dar Tahun 1965.
8 Berdasarkan sejarah pendiriannya maka sejatinya Universitas Trisakti
adalah milik Negara dan bukan milik Yayasan Trisakti. 9
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sejalan dengan Surat Mendiknas No. 94MPNLK2008 tanggal 30 Juni 2008 kepada Menteri
Keuangan RI yang menyatakan bahwa Surat Keputusan Mendikbud No. 0281U1979 yang menyerahkan pengelolaan pendidikan di Universitas
Trisakti kepada Yayasan Trisakti sebagai keputusan yang cacat hukum, tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dan bertentangan
dengan peraturan hukum yang berlaku di Indonesia. Melihat dari beberapa kasus di atas, dapat dilihat dengan jelas bahwa tindakan
penyalahgunaan fungsi dan tujuan suatu yayasan adalah tidak jauh dari kegiatan usaha yang dijalankan oleh yayasan.Pada waktu yang lalu, mungkin juga sampai saat
ini, yayasan banyak digunakan dan ataupun melakukan kegiatan yang sulit dibedakan dengan kegiatan usaha yang bertujuan memperoleh keuntungan.Bahkan kita pernah
mengalami di mana yayasan menikmati fasilitas baik melalui kebijakan Pemerintah maupun perundangan dalam bentuk peraturan pemerintah, keputusan presiden, dan
sebagainya. Sebagai contoh adalah : 1.
Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 333KMK.0111978 tanggal 30 Agustus 1978, dimana keuntungan bersih Bank Milik Negara sebesar 5 dapat
diserahkan kepada Yayasan Supersemar. 2.
Keputusan Presiden Nomor 90 Tahun 1995 yang menghimbau wajib pajak baik perusahaan maupun pribadi yang berpenghasilan Rp.100.000.000 ke atas agar
dapat menyumbangkaan 2 dari labanya kepada Yayasan Dana Sejahtera Mandiri.
3. Keputusan Presiden Nomor 92 Tahun 1996 “himbauan” tersebut dalam
Keputusan Presiden Nomor 90 Tahun 1995 diubah menjadi suatu kewajiban. 4.
Surat Menteri Keuangan RI Nomor : S-184MK.041995 tanggal 23 Juni 1995 berisi tentang pembebasan pemotongan PPh sebesar 15 atas bunga deposito,
tabungan, serta Sertifikat Bank Indonesia milik Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila
Segala tindakan penyalahgunaan yayasan di atas sangatlah tidak mencerminkan sebagaimana karakteristik suatu yayasan sejatinya. Tujuan yang
awalnya untuk kemanusiaan malah menimbulkan penindasan, karena dengan menggunakan yayasan pendiri dari pada yayasan itu malah bertujuan untuk menjarah
harta Negara demi kekayaan pribadinya, sehingga banyak dana yang dimiliki oleh
Negara yang bisa dipakai untuk menyejahterakan rakyat menjadi hilang seketika masuk ke dalam kantong-kantong kekayaan para penguasa yang menggunakan
yayasan sebagai alat kejahatannya; tujuan sosialnya menimbulkan keterpurukan kepedulian terhadap masyarakat, karena dengan sikap yayasan seperti yang telah
disebutkan di atas maka sama sekali tidak mencerminkan nilai-nilai sosial tetapi mencerminkan suatu sikap yang egois dan serakah seperti halnya dalam kasus
Yayasan Trisakti dengan Universitas Trisakti, karena apabila kita melihat sikap Yayasan Trisakti yang bersikeras untuk mempertahankan Universitas Trisakti yang
bertujuan untuk mencerdaskan anak bangsa melalui jalan pendidikan berarti prioritas yayasan adalah uang atau keuntungan yang diperoleh dari Universitas Trisakti; dan
tujuan keagamaan pun sama sekali tidak menjalankan apa yang seharusnya dilakukan sesuai dengan perintah tiap-tiap agama yang ada di Republik Indonesia.
Lebih dari itu, yayasan kemudian menjadi semacam Holding Company yang banyak mendominasi kegiatan ekonomi melalui berbagai Badan Usaha yang
diciptakannya. Sebagai dampak, yayasan pun menjadi paying untuk setiap kegiatannya yang tidak lagi bergerak di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan.
65
BAB IV KEBERADAAN ORGAN PENGAWAS DALAM MENCEGAH
PENYALAHGUNAAN FUNGSI DAN TUJUAN YAYASAN
A.Peraturan Tentang Organ Pengawas dalam Undang-Undang Yayasan
Berdasarkan Undang-Undang Yayasan, pengaturan mengenai organ Pengawas Yayasan diatur dalam BAB VI, Bagian Ketiga, yakni tepatnya dibahas setelah organ
pembina dan pengurus yayasan di bagian pertama dan kedua. Ada 8 delapan pasal yang secara khusus membahas tentangorgan pengawas yayasan ini.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pengertian dari pada pengawas secara jelas tertuang dalam Pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Yayasan, bahwa
pengawas adalah organ yayasan yang bertugas melakukan pengawasan serta memberi nasihat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan. Pengawas yayasan
dilarang untuk merangkap jabatan lain baik pembina maupun pengurus sebagaimana yang diatur dalam Pasal 40 ayat 4 Undang-Undang Yayasan.
Susunan dari pada pengawas yayasan adalah terdiri dari sekurang-kurangnya 1 satu orang pengawas yang wewenang, tugas, dan tanggungjawabnya diatur dalam
Anggaran Dasar. Artinya dapat kita lihat bahwa tidak ada pembatasan kuota atau jumlah dari pada organ pengawas yayasan, karena Undang-Undang hanya
menyebutkan kata “sekurang-kurangnya” 1 satu orang pengawas, dan tidak menyebutkan kata “sebanyak-banyaknya” yang menunjukan adanya suatu batasan
jumlah organ pengawas. Lebih tepatnya, kebutuhan yayasan akan suatu organ
pengawas dalam mengawasi kepengurusan yayasan lah yang menentukan jumlah organ pengawasnya.
Perihal pengawas menjalankan tugas yang diembannya, ia memiliki masa jabatan. Ketentuan mengenai masa jabatan pengawas diatur dalam Pasal 44 ayat 1
Undang-Undang tentang Yayasan, dikatakan bahwa pengawas yayasan diangkat oleh pembina berdasarkan keputusan rapat pembina untuk jangka waktu 5 lima tahun
dan dapat diangkat kembali untuk 1 satu kali masa jabatan. Apabila seorang pengawas diberhentikan, maka secara pasti akan diadakannya
penggantian pengawas. Penggantian pengawas yayasan sendiri memiliki proses yang telah ditentukan oleh Undang-Undang Yayasan. Tidak bisa bagi pendiri maupun
pembina yang memegang kekuasaan tertinggi untuk secara sepihak melakukan penggantian pengawas.Berdasarkan Pasal 45 ayat 1 dan 2 Undang-Undang
Yayasan, dikatakan bahwa penggantian pengawas yayasan, diberitahukan secara tertulis kepada Menteri dan kepada instansi terkait.Pemberitahuan tersebut wajib
dilaksanakan oleh pengawas dalam waktu paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian pengawas yayasan.
Namun, dalam hal ini ada ketentuan pengecualian atau pembatalannya, yakni Pasal 46 Undang-Undang Yayasan yang mengatakan bahwa, atas permohonan yang
berkepentingan atau atas permintaan Kejaksaan dalam hal mewakili kepentingan umum, Pengadilan dapat membatalkan pengangkatan, pemberhentian, dan
penggantian pengawas tersebut, apabila pengangkatan, pemberhentian, dan penggantian pengawas tersebut dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan Anggaran
Dasar.
Untuk menjalankan tugasnya, berdasarkan pada Pasal 42 Undang-Undang Yayasan mengatakan bahwa pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung
jawab menjalankan tugas untuk kepentingan yayasan.Sehingga apabila pengawas yayasan dalam menjalankan tugasnya terjadi kesalahan, maka pengawas dapat
diminta pertanggungjawabannya.Bentuk dari pada tanggung jawab organ pengawas yayasan diatur dalam Pasal 47 ayat 1 Undang-Undang Yayasan, dikatakan bahwa
dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian pengawas dalam melakukan tugas pengawasan dan kekayaan yayasan tidak cukup untuk menutup
kerugian akibat kepailitan tersebut, setiap anggota pengawas secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
Ada pengecualian terhadap tanggung jawab organ pengawas yayasan.Sebagaimana diatur kemudian dalam Pasal 47 ayat 2 Undang-Undang
Yayasan, dikatakan bahwa anggota pengawas yayasan yang dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena kesalahan atau kelalaiannya, tidak bertanggung jawab
secara tanggung renteng atas kerugian tersebut. Organ pengawas yayasan sendiri memiliki beberapa kewenangan dalam
jabatannya sebagai pelakasana pengawasan yayasan. Dalam Pasal 27 Anggaran Dasar dirumuskan wewenang dan atau kekuasaan organ pengawas yayasan, yaitu :
1. memasuki bangunan, halaman, atau, tempat lain yang dipergunakan yayasan;
2. memeriksa dokumen;
3. memeriksa pembukuan dan mencocokannya dengan uang kas;
4. mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan oleh pengurus;
5. memberi peringatan kepada pengurus;
6. Pengawas dapat memberhentikan untuk sementara satu orang atau lebih pengurus,
apabila pengurus tersebut bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Antara yayasan dengan masing-masing organ terdapat fiduciary relationship hubungan kepercayaan yang melahirkan fiduciary duties.Adanya hubungan
kepercayaan atau fiduciary relationship antara yayasan dengan organnya dalam hal ini khususnya adalah organ pengawas yayasan adalah semata-mata demi kepentingan
dan tujuan yayasan yang dipertegas dalam Pasal 3 ayat 2 Undang-Undang Yayasan. Guna menjaga fiduciary relationship dan fiduciary duties antara yayasan dengan
organ yayasan maka Undang-Undang Yayasan juga mengatur mengenai adanya larangan rangkap jabatan dan larangan menerima gaji, upah, atau honor tetap, yang
tidak lain gunanya menghindari conflict of interest antara kepentingan yayasan dengan kepentingan pribadi organ yayasan.
58
58
Bahari Adib, Prosedur Pendirian Yayasan Yogyakarta : Pustaka Yustisia, 2010, hlm.10.
Pengaturan mengenai organ pengawas yayasan dalam Undang-Undang Yayasan sudah baik.Kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang Yayasan
kepada organ pengawas yayasan sendiri pun sudah dapat membentuk suatu sistem pengawasan yang baik terhadap kepengurusan yayasan.Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, selain dari pada peraturan perundang-undangan, kewenangan yang dimiliki oleh organ pengawas yayasan juga berasal dari anggaran dasar
yayasan.Maka, pengawas kemudian dapat menjalankan tugasnya dengan sangat baik, berdasarkan pada Undang-Undang Yayasan maupun Anggaran Dasar yayasan.
B. Tugas Organ Pengawas Dalam Mencegah Penyalahgunaan Fungsi dan Tujuan Yayasan