Sanksi Atas Penyalahgunaan Fungsi dan Tujuan Yayasan

serta merta pengurus tersebut diberhentikan, namun kemudian dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan kebenarannya.

C. Sanksi Atas Penyalahgunaan Fungsi dan Tujuan Yayasan

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa, tiap organ di dalam yayasan memiliki kesinambungan antara satu dan yang lain. Sehingga mekanisme kerja di dalam suatu yayasan sangat terjaga dengan baik.Adapun kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam suatu yayasan seperti tindakan penyalahgunaan yayasan,dapat merupakan hasil dari kesengajaan atau pun kelalaian organ-organ dalam yayasan. Tindakan penyalahgunaan yayasan yang dilakukan oleh organ yayasan memiliki sanksi yang tegas terhadap para pelakunya.Undang-Undang Yayasan sendiri telah memasukkan beberapa pasal yang menyatakan tentang sanksi yang dapat diterima oleh organ-organ yayasan yang melakukan tindakan-tindakan yang merugikan yayasan ataupun tindakan penyalahgunaan yayasan. Ada pun beberapa sanksi yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang terkait dengan penyalahgunaan fungsi dan tujuan yayasan adalah sebagai berikut : 1. Pembubaran yayasan Pembubaran yayasan merupakan salah satu bentuk sanksi yang diberikan oleh Undang-Undang Yayasan bagi yayasan yang melanggar ketentuan hukum di Indonesia. Terkait dengan pembubaran yayasan ada 3 tiga aspek sebagai penyebabnya, yaitu : a. Jangka waktu yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir; b. tujuan yayasan yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah tercapai atau tidak tercapai; c. Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap berdasarkan alasan : 1 Yayasan melanggar ketertiban umum dan kesusilaan; 2 tidak mampu membayar utangnya setelah dinyatakan pailit; atau 3 harta kekayaan yayasan tidak mencukupi untuk melunasi utangnya setelah pernyataan pailit dicabut. Setelah keluarnya Undang-Undang Yayasan, maka dihimbau bagi setiap Yayasan yang telah berdiri untuk melakukan perubahan akta pendirian Yayasan. Berdasarkan pada Pasal 39 PP Nomor 63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Undang-Undang tentang Yayasan juncto PP Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas PP Nomor 63 Tahun 2008, dikatakan bahwa apabila yayasan yang belum memberitahukan kepada Menteri sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat 3 Undang-Undang Yayasan maka tidak dapat menggunakan kata “Yayasan” di depan namanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat 4 Undang-Undang Yayasan dan tidak lagi melakukan kegiatannya sesuai dengan anggaran dasar selama 3 tiga tahun berturut-turut, harus melikuidasi kekayaannya, serta menyerahkan sisa hasil likuidasi sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 Undang-Undang Yayasan. Maka yayasan tersebut harus melikuidasi kekayaannya dan menyerahkan sisa hasil likuidasinya kepada yayasan yang mempunyai kesamaan kegiatan dengan yayasan yang dibubarkan. Apabila melihat dalam Pasal 71 Undang-Undang Yayasan, dikatakan dengan tegas mengenai jangka waktu yang diberikan bagi yayasan yang telah berdiri sebelum lahirnya Undang-Undang Yayasan, yaitu 3 tiga tahun untuk menyesuaikan anggaran dasarnya dengan ketentuan Undang-Undang Yayasan. Kemudian apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan tersebut yayasan sebagaimana dimaksud tidak juga menyesuaikan anggaran dasarnya, maka yayasan tersebut dapat dibubarkan berdasarkan putusan pengadilan atas permohonan Kejaksaan atau pihak lain yang berkepentingan. Terkait dengan pembubaran yayasan, dapat di bagi menjadi 2 dua, yaitu : a. Pembubaran secara sukarela Pembubaran secara sukarela ini dapat diakibatkan oleh 2 dua hal yaitu : 1 Jangka waktu yang ditetapkan dalam anggaran dasar berakhir; dan 2 tujuan yayasan yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah tercapai atau tidak tercapai. Terkait dengan pembubaran yayasan dengan cara ini maka, pembina menetapkan likuiditor untuk mengurus harta kekayaan yayasan. Apabila dalam hal ini pembina tidak menunjuk seorang likuiditor, maka pengurus lah yang bertindak sebagai likuiditor untuk melakukan likuidasi terhadap harta kekayaan yayasan yang dibubarkan. b. Pembubaran secara terpaksa Pembubaran secara terpaksa ini dilakukan berdasarkan pada putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Putusan Pengadilan ini dilaksanakan berdasarkan pada beberapa alasan, yaitu : 1 Yayasan telah melanggar ketertiban umum dan kesusilaan; 2 tidak mampu melunasi utangnya setelah dinyatakan pailit; dan 3 harta kekayaan yayasan tidak mencukupi untuk melunasi utang-utangnya setelah pernyataan pailit dicabut. Apabila pembubaran suatu yayasan berdasarkan pada Putusan Pengadilan, maka pengadilan lah yang akan menentukan likuiditor untuk melakukan likuidasi. Terkait pembubaran yayasan berdasarkan pada Putusan Pengadilan ini dapat dilihat pada huruf “a” yang mencantumkan alasan yang sangat erat kaitannya dengan penyalahgunaan fungsi dan tujuan suatu yayasan.Karena hal ini sangat erat kaitannya dengan tujuan dari pada suatu yayasan yaitu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. 2. Sanksi pidana Ketentuan mengenai sanksi pidana ini telah diatur dalam Undang-Undang Yayasan. Dapat dilihat dalam Undang-Undang tentang Yayasan Bab XII tentang Ketentuan Pidana Pasal 70 ayat 1 dan 2 mengatakan bahwa : a. Setiap anggota organ Yayasan yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun. b. Selain pidana penjara, anggota organ Yayasan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 juga dikenakan pidana tambahan berupa kewajiban mengembalikan uang, barang, atau kekayaan Yayasan yang dialihkan atau dibagikan. Jika kita melihat pada Pasal 5 yang dimaksud adanya unsur pelanggaran yang dilakukan oleh organ Yayasan adalah berkaitan dengan harta kekayaan Yayasan. Dimana dalam ayat 1 nya mengatakan bahwa, kekayaan yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang diperoleh yayasan berdasarkan undang-undang ini, dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung atau tidak langsung, baik dalam bentuk gaji, upah, maupun honorarium, atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang kepada pembina, pengurus, dan pengawas. Selain dari pada itu, berdasarkan pada Pasal 39 ayat 1 dan Pasal 47 ayat 1 Undang-Undang Yayasan maka, kepada pengurus dan pengawas yayasan dalam hal kepailitan, apabila terbukti bahwa pengurus danatau pengawas melakukan suatu kesalahaan atau kelalaian yang menyebabkan yayasan pailit maka, untuk menutup kerugian dari pada kepailitan itu setiap anggota pengurus danatau pengawas secara tanggung renteng bertanggungjawab atas kerugian tersebut. Demikianlah sanksi yang dapat diterima apabila adanya penyalahgunaan suatu yayasan.Sanksi tersebut secara garis besar kita bagi menjadi 2 dua yakni, sanksi administratif dan sanksi pidana.Sanksi administratif meliputi pembubaran yayasan itu sendiri maupun pemberhentian organ yayasan, sedangkan sanksi pidana berlaku sesuai dengan ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP Negara Indonesia.Sesungguhnya selain dari pada kedua sanksi yang telah disebutkan di atas, ada pula sanksi yang tidak tertulis yang telah ada sejak lama dalam masyarakat.Sanksi ini adalah merupakan sanksi sosial, hukuman sosial terhadap para pelaku penyalahgunaan yayasan dalam kehidupannya di tengah-tengah masyarakat. 79 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan