Tinjauan Yuridis Mengenai Keberadaan Organ Pengawas Dalam Mencegah Terjadinya Penyalahgunaan Fungsi dan Tujuan Yayasan

(1)

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KEBERADAAN ORGAN PENGAWAS DALAM MENCEGAH PENYALAHGUNAAN FUNGSI DAN TUJUAN

YAYASAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

HIZKIA KARUNIA PERANGIN-ANGIN NIM : 110200100

DEPARTEMEN : HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KEBERADAAN ORGAN PENGAWAS DALAM MENCEGAH PENYALAHGUNAAN FUNGSI DAN TUJUAN

YAYASAN *Hizkia Karunia *Bismar Nasution

*Ramli Siregar

Keberadaan organ Pengawas dalam sebuah Yayasan merupakan hal yang sangat penting dalam hal Yayasan melaksanakan fungsi dan tujuannya sesuai dengan UU Nomor 16 Tahun 2001 jo UU Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan. Dalam hal melaksanakan fungsi dan tujuan Yayasan sangat erat kaitannya dengan kepengurusan Yayasan, karena hal ini yang menentukan tercapai atau tidak nya tujuan suatu Yayasan dalam hal sosial, kemanusiaan dan agama.Terkait dengan kepengurusan suatu Yayasan tidak dapat terlepas dari hal-hal yang dapat menyalahgunakan fungsi dan tujuan Yayasan.Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaturan hukum yayasan di Indonesia, bagaimana bentuk penyalahgunaan fungsi dan tujuan yayasan, dan bagaimana peran serta tanggungjawab organ pengawas dalam mencegah penyalahgunaan fungsi dan tujuan yayasan.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan.Data yang digunakan adalah bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier, sedangkan pengumpulan data yang dilakukan dengan studi pustaka (library search).Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah analisis kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, adanya peranan yang sangat besar dari organ Pengawas Yayasan dalam mengawasi kepengurusan Yayasan. Tidak hanya mengawasi tetapi organ Pengawas suatu Yayasan juga dapat bertindak sesuai dengan kewenangannya yang telah diberikan oleh Undang-Undang Yayasan maupun juga berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan untuk melakukan suatu pencegahan terhadap segala tindakan Pengurus Yayasan yang diduga dapat menimbulkan terjadinya penyalahgunaan fungsi dan tujuan Yayasan. Tetapi selain itu juga dapat ditambahkan bahwa perlu adanya penambahan wewenang organ Pengawas khususnya terkait dengan tindakan pencegahannya guna tercapainya suatu kepastian hukum Yayasan dan tujuannya berdasarkan Undang-Undang Yayasan dan khususnya Konstitusi NKRI yaitu UUD 1945.

Kata Kunci :Organ Pengawas, Fungsi dan Tujuan, Yayasan.

*) Mahasiswa Fakultas Hukum

**) Dosen Pembimbing I


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Mengenai Keberadaan Organ Pengawas Dalam Mencegah Terjadinya Penyalahgunaan Fungsi dan Tujuan Yayasan”.

Dalam penulisan skripsi penulis menyadari masih banyak kesalahan.Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun.Semoga dapat bermamfaat bagi penulis khususnya maupun bagi siapa saja yang membacanya terutama bagi mahasiswa Fakultas hukum sendiri.

Pada penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapat saran, bantuan, dan petunjuk, maka pada kesempatan ini saya haturkan banyak terima kasih dan rasa hormat saya yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., sebagai Pembantu Umum Dekan

I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin Sulung Hasibuan, S.H., M.H., DFM, selaku Pembantu Umum

Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

4. Bapak M. Husni, S.H., M.H., selaku Pembantu Umum Dekan III Fakultas Hukum


(4)

5. Ibu Windha, S.H., M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbin I yang

telah memberikan petunjuk dan bimbingan sehingga skripsi ini selesai.

7. Bapak Ramli Siregar, S.H., M.Hum., selau Dosen Pembimbing II yang telah

memberkan petunjuk dan bimbingan sehingga skripsi ini selesai.

8. Bapak dan ibu saya Ir. Gidion G Perangin-angin, M.T. dan Dra. Ratna Juwita

Br.Ginting yang selalu memberikan support dan doa kepada saya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dan penulis dalam mencapai keberhasilannya.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan bagi penulis mulai dari awal hingga skripsi ini selesai.

Penulis berharap semoga Tuhan YME memberikan balasan atas atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat bermamfaat untuk menambah wawasan keilmuan bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Medan, Maret 2015

Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Keaslian Penelitian ... 7

E. Tinjauan Kepustakaan ... 7

F. Metode Penelitian ... 14

G. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II RUANG LINGKUP YAYASAN BERDASARKAN PERATURAN HUKUM DI INDONESIA……… 18

A. Status Badan Hukum Yayasan... 18

B. Struktur Organisasi Dalam Yayasan ... 24

C. Pendirian Yayasan... 30

D. Kekayaan Yayasan ... 34

E. . Organ Yayasan ... 39

BAB III PERBUATAN PENYALAHGUNAAN FUNGSI DAN TUJUAN YAYASAN ... 46


(6)

A. Fungsi dan Tujuan Yayasan ... 46

B. Bentuk Penyalahgunaan Fungsi dan Tujuan Yayasan ... 50

C. Kasus-Kasus Perbuatan Penyalahgunaan Fungsi dan Tujuan Yayasan... 56

BAB IV KEBERADAAN ORGAN PENGAWAS DALAM MENCEGAH PENYALAHGUNAAN FUNGSI DAN TUJUAN YAYASAN ... 65

A. Peraturan Tentang Organ Pengawas dalam Undang-Undang Yayasan ... 65

B. Tugas Organ Pengawas Dalam Mencegah Penyalahgunaan Fungsi dan Tujuan Yayasan ... 68

C. Sanksi Atas Penyalahgunaan Fungsi dan Tujuan Yayasan .. 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran... 81


(7)

ABSTRAK

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KEBERADAAN ORGAN PENGAWAS DALAM MENCEGAH PENYALAHGUNAAN FUNGSI DAN TUJUAN

YAYASAN *Hizkia Karunia *Bismar Nasution

*Ramli Siregar

Keberadaan organ Pengawas dalam sebuah Yayasan merupakan hal yang sangat penting dalam hal Yayasan melaksanakan fungsi dan tujuannya sesuai dengan UU Nomor 16 Tahun 2001 jo UU Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan. Dalam hal melaksanakan fungsi dan tujuan Yayasan sangat erat kaitannya dengan kepengurusan Yayasan, karena hal ini yang menentukan tercapai atau tidak nya tujuan suatu Yayasan dalam hal sosial, kemanusiaan dan agama.Terkait dengan kepengurusan suatu Yayasan tidak dapat terlepas dari hal-hal yang dapat menyalahgunakan fungsi dan tujuan Yayasan.Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaturan hukum yayasan di Indonesia, bagaimana bentuk penyalahgunaan fungsi dan tujuan yayasan, dan bagaimana peran serta tanggungjawab organ pengawas dalam mencegah penyalahgunaan fungsi dan tujuan yayasan.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan.Data yang digunakan adalah bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier, sedangkan pengumpulan data yang dilakukan dengan studi pustaka (library search).Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah analisis kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, adanya peranan yang sangat besar dari organ Pengawas Yayasan dalam mengawasi kepengurusan Yayasan. Tidak hanya mengawasi tetapi organ Pengawas suatu Yayasan juga dapat bertindak sesuai dengan kewenangannya yang telah diberikan oleh Undang-Undang Yayasan maupun juga berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan untuk melakukan suatu pencegahan terhadap segala tindakan Pengurus Yayasan yang diduga dapat menimbulkan terjadinya penyalahgunaan fungsi dan tujuan Yayasan. Tetapi selain itu juga dapat ditambahkan bahwa perlu adanya penambahan wewenang organ Pengawas khususnya terkait dengan tindakan pencegahannya guna tercapainya suatu kepastian hukum Yayasan dan tujuannya berdasarkan Undang-Undang Yayasan dan khususnya Konstitusi NKRI yaitu UUD 1945.

Kata Kunci :Organ Pengawas, Fungsi dan Tujuan, Yayasan.

*) Mahasiswa Fakultas Hukum

**) Dosen Pembimbing I


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Badan hukum adalah salah satu subjek hukum selain manusia, artinya badan hukum sama halnya dengan manusia mempunyai hak dan kewajiban di mata hukum. Menurut R. Subekti, badan hukum pada dasarnya adalah suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti manusia, serta memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat maupun menggugat di depan

hakim.1

Yayasan merupakan salah satu dari pada badan hukum yang ada di Indonesia, namun demikian yayasan memiliki perbedaan yang sangat signifikan dengan badan hukum lainnya.Yayasan didirikan bukan dengan tujuan untuk mencari keuntungan.Keberadaan yayasan merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat yang menginginkan adanya wadah atau lembaga yang bersifat dan bertujuan sosial,

keagamaan, dan kemanusiaan.2

Pada masa lampau pendirian yayasan hanya berdasarkan pada kebiasaan masyarakat dan yurisprudensi.Tidak adanya undang-undang yang mengatur tentang yayasan menyebabkan terjadinya sengketa yang timbul dalam hal yayasan melaksanakan fungsi dan tujuannya. Pada tanggal 6 Agustus 2001 pemerintah akhirnya mengundangkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang

1 Chidir Ali,Badan Hukum (Bandung: Alumni, 1987), hlm. 19.

2 Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi,Hukum Yayasan di Indonesia (Jakarta : Indonesi Legal


(9)

Yayasanyang dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat mengenai yayasan, memberikan kepastian hukum, sehingga kewenangan yayasan dapat diatur sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Namun dalam perkembangannya ternyata UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan ini belum mampu memenuhi apa yang dikehendaki masyarakat atas kepastian hukum badan hukum yayasan, sehingga kemudian diubah dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

Tujuan dari pada diubahnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan menjadi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum kepada masyarakat terutama dalam hal yayasan melaksanakan fungsi dan tujuannya dalam bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Kedudukan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan tidak digantikan oleh Undang Nomor 28 Tahun 2004, karena Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tidak mengganti seluruhnya pasal atau ketentuan

yang ada dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.3

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Yayasan, yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk

Sehingga, Undang-Undang tentang Yayasan adalah Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 junto Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan ( selanjutnya disebut Undang-Undang Yayasan.

3 Gatot Supramono,Hukum Yayasan di Indonesia (Jakarta :Penerbit Rineka CIpta. 2008), hlm.


(10)

mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.

Tujuan dari pada yayasan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan sangatlah didukung oleh beberapa sarjana, seperti Hayati Soeroredjo dan Rochmat Soemitro.Hayati Soeroredjo berpendapat bahwa yayasan harus bersifat sosial dan kemanusiaan serta idealistis dan tidak diperbolehkan bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, dan atau kesusilaan.4Sedangkan

Rachmat Soemitro berpendapat bahwa yayasan merupakan suatu badan usaha yang lazimnya bergerak di bidang sosial dan bukan menjadi tujuannya untuk mencari keuntungan, melainkan tujuannya ialah untuk melakukan usaha yang bersifat

sosial.5Pendirian suatu yayasan tidak boleh bertujuan melakukan pemberian/kontra

prestasi kepada para pendiri atau para pengurusnya, ataupun kepada pihak ketiga

kecuali bila yang disebut terakhir ini dilakukan dengan tujuan sosial.6

Tentang hal Yayasan melakukan fungsi dan tujuannya tentulah Yayasan memiliki organ yang menjalankannya.Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Yayasan dikatakan bahwa yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, Pengurus, dan Pengawas.Kemudian, fungsi yayasan terletak pada tiga sektor yang sangat penting dalam masyarakat yaitu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Untuk melakukan fungsinya maka yayasan diperbolehkan untuk melakukan suatu kegiataan usaha dengan cara mendirikan suatu badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu

4 Hayati Soeroredjo,Status Hukum dari Yayasan dalam Kaitannya dengan Penataan

Badan-Badan Usaha di Indonesia (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2000), hlm. 9.

5 Rochmat Soemitro,Yayasan, Status Hukum dan Sifat Usahanya (Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama), 1993, hlm. 9.


(11)

badan usaha.7

Pengurus yayasan adalah organ yayasan yang melaksanakan kepengurusan yayasan untuk kepentingan dan tujuan yayasan serta berhak mewakili yayasan di dalam maupun di luar pengadilan.

Artinya yayasan dapat secara tidak langsung mencari provit melalui badan usaha yang didirikannya atau keikutsertaannya dalam suatu badan usaha.Namun demikian, provit yang didapat oleh yayasan melalui badan usaha yang didirikannya atau keikutsertaannya dalam suatu badan usaha tersebut semata-mata untuk pencapaian fungsi dan tujuannya dalam bidan sosial, keagamaan, dan kemanusiaan.Berdasarkan Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Yayasan dikatakan bahwa yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepada Pembina, Pengurus, dan Pengawas.

Dapat dilihat bahwa Yayasan sangatlah berbeda dengan badan hukum lainnya seperti Perseroan Terbatas yang berorientasi pada provit dan kemudian menggunakan provit yang diperoleh untuk kepentingan pribadi perseroan. Namun, yayasan juga dapat mencari profit akan tetapi dalam hal untuk mencapai fungsi dan tujuannya dalam bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan.

8

7Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Yayasan. 8Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Yayasan.

Dalam hal kepengurusan yayasan yang dijalankan oleh organ pengurus yayasan, maka perlu diadakan pengawasan guna mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang dan tanggungjawab yang berdampak pada sasaran pelaksanaan fungsi dan tujuan yayasan di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan.Pengawasan yang dimaksud dilakukan oleh organ pengawas yayasan. Berdasarkan Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Yayasan dikatakan bahwa Pengawas


(12)

adalah organ Yayasan yang berfungsi melakukan pengawasan serta memberi nasihat kepada Pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan, sedangkan di dalam ayat (4) dikatakan bahwa Pengawas tidak boleh merangkap sebagai pembina atau pengurus.

Begitu banyak kegiatan yang dapat dilakukan yayasan meskipun dengan batasan-batasan tertentu. Sehingga, akan banyak pula energi yang dipakai untuk melaksanakan berbagai kegiatan tersebut. Energi yang dimaksud di sini adalah dana atau uang yang dikelola dengan cermat dan bijak oleh para pengurus yayasan. Apabila berbicara tentang pengelolaan uang, maka akan banyak prespektif yang muncul mengenai timbulnya masalah dalam hal melaksanakan pengelolaan uang tersebut, baik yang dilakukan oleh pengurus sendiri maupun pihak-pihak lain yang tidak berkepentingan dalam hal pengelolaan dana yayasan. Sehingga sangatlah diperlukan adanya suatu pengawasan terkait hal tersebut di atas guna mengurangi atau bahkan mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang dan tanggungjawab yang berdampak pada pelaksanaan fungsi dan tujuan yayasan.Organ pengawas pada yayasan diharapkan bisa menciptakan suatu kondisi yang nyaman dan aman dalam yayasan, terutama dalam hal yayasan melaksanakan kegiatannya, sehingga tidak hanya kepastian hukum yang dapat ditegakkan tetapi juga, manfaat didirikannya suatu yayasan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat Indonesia.

Oleh sebab itu sangatlah menarik untuk mengangkat perihal Organ Pengawas suatu Badan Hukum Yayasan dalam sebuah tulisan ilmiah yang berjudul “Tinjauan Yuridis Mengenai Keberadaan Organ Pengawas Dalam Mencegah Penyalahgunaan Fungsi dan Tujuan Yayasan.”


(13)

B. Perumusan Masalah

Permasalahan adalah merupakan kenyataan yang dihadapi dan harus diselesaikan oleh peneliti dalam penelitian. Dengan adanya perumusan masalah maka akan dapat ditelaah secara maksimal ruang lingkup penelitian sehingga tidak mengarah pada hal-hal di luar permasalahan.

Adapun permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaturan hukum Yayasan di Indonesia?

2. Bagaimana bentuk penyalahgunaan fungsi dan tujuan Yayasan?

3. Bagaimana peran dan tanggungjawab organ pengawas dalam mencegah

penyalahgunaan fungsi dan tujuan yayasan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian skripsi yang akandilakukan adalah:

a. Untuk mengetahui pengaturan tentang Yayasan di Indonesia berdasarkan

Undang-Undang Yayasan.

b. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan yayasan serta bentuk penyalahgunaan

fungsi dan tujuan yayasan.

c. Untuk mengetahui peran dan tanggungjawab organ pengawas yayasan dalam

mencegah penyalahgunaan fungsi dan tujuan Yayasan. 2. Manfaat penelitian


(14)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Hukum khususnya tentang Yayasan di Indonesia.

b. Kegunaan praktis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat luas dan para pihak yang berkaitan dengan kegiatan fungsi dan tujuan yayasan terutama bidang pengawasan yayasan.

D. Keaslian Penelitian

Adapun judul tulisan ini adalah Tinjauan Yuridis Mengenai Keberadaan Organ Pengawas Dalam Mencegah Penyalahgunaan Fungsi dan Tujuan Yayasan. Judul skripsi ini belum pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk yang sama khususnya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sehingga tulisan ini asli, atau dengan kata lain tidak ada judul yang sama dengan mahasiswa fakultas hukum USU. Ada pun judul skripsi yang membahas mengenai Yayasan namun itu sangat baik terkait permasalahan, metode penelitian, maupun penggunaan bahasa, “Dengan demikiankeaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan 1. Status badan hukum yayasan

Yayasan adalah salah satu dari badan hukum yang diatur di Indonesia. Sehingga yayasan dapat dikatakan adalah subyek hukum sama halnya dengan


(15)

manusia, yayasan memiliki hak dan kewajiban di mata hukum. Adapun yayasan

dipandang sebagai subyek hukum karena memenuhi hal-hal sebagai berikut :9

a. Yayasan adalah perkumpulan orang.

b. Yayasan dapat melakukan perbuatan hukum dalam hubungan-hubungan

hukum.

c. Yayasan mempunyai harta kekayaan sendiri.

d. Yayasan mempunyai pengurus.

e. Yayasan mempunyai maksud dan tujuan.

f. Yayasan mempunyai kedudukan hukum (domisili) tempat.

g. Yayasan mempunyai hak dan kewajiban.

h. Yayasan dapat digugat atau menggugat di muka pengadilan.

Pendirian Yayasan di Indonesia sampai saat ini sebelum diterbitkannya Undang-Undang Yayasan hanya berdasarkan atas kebiasaan dalam masyarakat dan yurisprudensi Mahkamah Agung, karena belum ada Undang-Undang yang mengaturnya.Fakta menunjukkan kecenderungan masyarakat mendirikan Yayasan dengan maksud berlindung di balik status badan hukum Yayasan, yang tidak hanya digunakan sebagai wadah mengembangkan kegiatan sosial, keagamaan, kemanusiaan, melainkan juga ada kalanya bertujuan untuk memperkaya para Pendiri,

Pengurus dan Pengawas.10

Yayasan sebagai badan hukum telah diterima di negeri Belanda dalam suatu yurisprudensi tahun 1882.Hoge Raad, yang merupakan badan peradilan tertinggi di

9 Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi. Op.Cit, hlm.20.


(16)

negeri Belanda, berpendirian bahwa Yayasan sebagai badan hukum adalah sah menurut hukum dan karenanya dapat didirikan. Pendirian Hoge Raad tersebut diikuti oleh Hooggerechtshof di Hindia Belanda dalam putusannya di tahun 1884. Pendirian Hooge Raad di negeri Belanda tersebut dikukuhkan dengan diundangkannya Wet op Stichtingen Stbl. No.327 Tahun 1956, dimana pada tahun 1976 undang-undang tersebut diinkorporasikan ke dalam buku ke dua Burgerlijk Wetboek yang mengatur

perihal badan hukum.11

Meskipun sebelumnya Yayasan di Indonesia belum ada undang-undang yang mengaturnya, beberapa pakar hukum Indonesia diantaranya Setiawan, Soebekti, dan

Wirjono Projodikoro berpendapat bahwa Yayasan merupakan badan hukum.12

Subekti dalam Kamus Hukum terbitan Pradnya Paramita, menyatakan bahwa Yayasan adalah suatu badan hukum di bawah pimpinan suatu badan pengurus dengan

tujuan sosial dan tujuan tertentu yang legal.13

Wirjono Projodikoro dalam bukunya yang berjudul “Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu” berpendapat bahwa Yayasan adalah badan hukum.Dasar suatu yayasan adalah suatu harta benda kekayaan, yang dengan

kemauan pemilik ditetapkan guna mencapai suatu tujuan tertentu.14

Disamping itu Yurisprudensi Indonesia dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 27 Juni 1973 No. 124 K/Sip/1973 dalam pertimbangannya bahwa pengurus yayasan mewakili yayasan di dalam dan di luar

11 Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi,Op.Cit. hlm.4. 12

Hasbullah Syawie, Aspek-Aspek Hukum Mengenai Yayasan di Indonesia (Varia Peradilan IX ,No.98, Nopember 1993), hlm. 89.

13 Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi,Op.Cit. hlm.19. 14Ibid,hlm.19.


(17)

pengadilan dan yayasan mempunyai harta sendiri antara lain harta benda hibah (yakni hibah dari N.V. H.B.M.), maka Mahkamah Agung memutuskan bahwa yayasan

tersebut merupakan suatu badan hukum.15

15 Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi,Op.Cit, hlm. 20.

2. Pendirian yayasan

Yayasan sebagai suatu badan hukum pastinya didirikan oleh seseorang atau lebih yang cakap hukum.Dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Yayasan, dikatakan bahwa Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan harta kekayaan pendirinya sebagai kekayaan awal.Lebih lanjut dikatakan dalam Pasal 9 ayat (2) dikatakan bahwa pendirian Yayasan dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia. Selain itu dalam Pasal 9 ayat (3) Yayasan juga dapat didirikan berdasarkan surat wasiat. Dalam Undang-Undang Yayasan tidak dijelaskanapa yang harus dilakukan selanjutnya setelah dilaksanakannya akta pendirian Yayasan di hadapan notaris. Namun menurut Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Yayasan maka, Yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian memperoleh pengesahan dari Menteri.Kementerian yang memiliki wewenang terkait pengesahan badan hukum Yayasan ini adalah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.Kemudian dipertegas dalam Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang tentang Yayasan bahwa, untuk pelaksanaannya yang akan memberikan pengesahan itu adalah Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM atas nama Menteri yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Yayasan.


(18)

Pendirian suatu Yayasan ditujukan untuk kegiatan sosial, keagamaan, dan kemanusiaan.Dalam hal melaksanakan kegiatannya yayasan dilengkapi dengan organ yang ada didalamnya. Dalam Pasal 2 Undang-Undang Yayasan, dikatakan bahwa Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, Pengurus, dan Pengawas.

Masing-masing organ yayasan tersebut memiliki tugas atau wewenang yang berbeda-beda.

a.Pembina

Pembina merupakan Organ tertinggi dalam Yayasan sebagaimana dikatakan dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang tentang Yayasan, “Pembina adalah organ Yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada Pengurs dan Pengawas oleh Undang-Undang ini atau Anggaran Dasar. Menurut Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang tentang Yayasan, Pembina memiliki kewenangan sebagai berikut :

1)keputusan mengenai perubahan Anggaran Dasar;

2)pengangkatan dan pemberhentian anggota pengurus dan anggota pengawas; 3)penetapan kebijakan umum Yayasan berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan; 4)pengesahaan program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan; dan

5)penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan.16

Memperhatikan kewenangan-kewenangan yang dimiliki oleh Pembina Yayasan, maka dapat diketahui bahwa Pembina Yayasan merupakan Organ Yayasan yang memegang kekuasaan tertinggi. Kewenangan yang diemban oleh Pembina merupakan tugas yang besar, hal ini dikarenakan biasanya yang diangkat menjadi

16 Pasal 28 ayat (2) UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan j.o. UU No. 28 Tahun 2004


(19)

Pembina dalam suatu Yayasan adalah tidak lain pendiri dari pada Yayasan itu sendiri, namun bisa juga orang lain yang bukan pendiri Yayasan namun berdasarkan keputusan rapat anggota Pembina dinilai mempunyai dedikasi yang tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan Yayasan sebagaimana diatur dalam Pasal 28 ayat (3) Undang-Undang Yayasan.

b.Pengurus

Untuk mencapai maksud dan tujuannya, maka Yayasan sangat memerlukan suatu organ yang dinamakan Pengurus.Dalam praktek sehari-hari bermacam-macam penyebutan untuk Pengurus.Ada yang menyebut “Badan Pengurus”, ada lagi yang menyebut dengan “Dewan Pengurus”, dan ada pula yang menyebutnya cukup dengan istilah “Pengurus” saja.

Pengurus dalam suatu Yayasan memegang peranan yang sangat penting, karena berhasil atau tidaknya tujuan dari Yayasan itu tergantung dari kepengurusan Yayasan tersebut.Oleh sebab itu sangat penting dalam hal pemilihan orang-orang yang hendak menduduki jabatan Pengurus Yayasan, karena harus lah orang yang berintegritas tinggi tanpa mengharap balas jasa dan keuntungan-keuntungan.

Pasal 31 Undang-Undang Yayayasan, dikatakan bahwa pengurus adalah organ Yayasan yang melakukan kepengurusan yayasan.Pengurus mempunyai tugas dan kewenangan melaksanakan kepengurusan dan perwakilan yang harus dijalankan semata-mata untuk mencapai maksud dan tujuan Yayasan.

c. Pengawas

Berdasarkan Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Yayasan dikatakan bahwa, pengawas adalah organ yayasan yang melakukan pengawasan serta memberi nasihat


(20)

kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan Yayasan.Umumnya suatu badan

mempunyai anggota.17Lasimnya badan tersebut menghimpun sejumlah orang-orang

dari badan tersebut untuk dijadikan anggota.18Berbeda dengan badan lainnya,

yayasan tidak dikenal adanya anggota. Dalam wet op stichting di Belanda mengatur

tentang yayasan pun tidak mengenal adanya anggota dalam badan hukum yayasan.19

Bentuk hukum yang paling mirip dengan yayasan, adalah Perkumpulan yang diatur dalam Titel IX Buku III KUHPerdata Pasal 1653 dan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Raja 28 Maret 1870 Stbl.1870-64 tentang Rechtspersoonlijkheid van Verenigingen. Kemiripan antara yayasan dan perkumpulan karena kedua badan ini sama tetapi tidak sama dan sebangun. Namun ada perbedaan yang sangat esensial dimana perkumpulan dalam eksistensinya berbasis pada anggota, yaitu bertujuan mensejahterakan atau memenuhi kebutuhan anggotanya.

Untuk mempertegas hal di atas maka dapat dilihat dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Yayasan, dikatakan bahwa yayasan adalah badan hukum yang tidak mempunyai anggota dengan tujuan di bidang sosial, kemanusiaan dan agama.

20

Walaupun demikian sebenarnya yayasan itu juga mempunyai anggota, yaitu mereka yang dituju oleh yayasan untuk dibantu.Misalnya kita mempunyai Yayasan Jantung Indonesia.Yayasan Jantung Indonesia didirikan untuk membangtu semua insane yang menderita penyakit jantung.Demikian pihak yang ingin dituju dalam pendirian yayasan itu sedemikian banyak orangnya, sehingga tidak mungkin untuk

17

Rudhi Prasetya,Yayasan Dalam Teori dan Praktik (Jakarta : Sinar Grafika, 2012), hlm.9.

18Ibid. 19Ibid. 20Ibid.


(21)

orang-orang ini dijadikan anggota dalam konstelasi yayasan.Demikianlah sebab

yayasan tidak dikenal anggota.21

1. Spesifikasi penelitian

F. Metode Penelitian

Pada suatu penulisan ilmiah terdapat beraneka ragam jenis penelitian. Dari berbagai jenis penelitian, khususnya penelitian hukum yang paling populer dikenal adalah :

a. Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan dilakukan

dengan cara meneliti bahan kepustakaan atau hanya menggunakan data

sekunder belaka.22

b. Penelitian hukum empiris yang dilakukan dengan cara terutama meneliti data

primer yang diperoleh di lapangan selain juga meneliti data sekunder dari

perpustakaan.23

Pilihan metode penelitian hukum tergantung pada tujuan penelitian itu sendiri.Sesuai dengan tujuan skripsi ini, maka penelitian hukum yang digunakan adalah penelitian hukum normatif atau disebut juga dengan studi kepustakaan (library research).

2. Data penelitian

21Ibid, hlm. 10. 22

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: Penerbit Rajawali Press, 1998), hlm. 24.

23 HB Sutopo,Metodelogi Penelitian Hukum Kualitatif(Surakarta: Bagiane 11 UNS Press,


(22)

Dalam melaksanakan penelitian ini, perlu ditegaskan alat pengumpul data yang dipakai dalam penelitian. Dalam penelitian ini dipakai tiga alat pengumpul data, yakni :

a. Bahan hukum primer yaitu ketentuan-ketentuan dalam peraturan

perUndang-Undangan yang mempunyai kekuatan hukum mengikat, baik peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia maupun yang diterbitkan oleh Negara lain dan badan-badan internasional seperti Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001.

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang erat kaitannya dengan

bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan memahami bahan hukum primer seperti seminar-seminar, jurnal-jurnal hukum, majalah-majalah, koran-koran, karya tulis ilmiah dan beberapa sumber internet yang berkaitan

dengan persoalan di atas.24

c. Bahan hukum tersier yaitu semua dokumen yang berisi konsep-konsep dan

keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder, seperti kamus, ensiklopedia dan lain-lain.25

3. Teknik pengumpulan data

Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan melakukan penelitian kepustakaan atau yang lebih dikenal dengan studi

24 Soemitro, Ronny Hanitijo, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri (Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1990), hlm 13.


(23)

kepustakaan.Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang terdapat dalam buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan, majalah, surat kabar, hasil seminar, dan sumber-sumber lain yang terkait dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

4. Analisis data

Data yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan, dianalisis dengan deskriptif kualitatif. Metode deskriptif yaitu menggambarkan secara menyeluruh tentang apa yang menjadi pokok permasalahan. Kualitatif yaitu metode analisa data yang mengelompokan dan menyeleksi data yang diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya kemudian dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari penelitian kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang diajukan.

G. Sistematika Penelitian

Untuk memudahkan pemahaman terhadap materi dari skripsi ini dan agar tidak terjadinya kesimpangsiuran dalam penulisan skripsi ini, maka penulis membaginya dalam beberapa bab dan tiap bab dibagi lagi ke dalam beberapa sub-sub bab.

Ada pun bab-bab yang dimaksud adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan.


(24)

BAB II RUANG LINGKUP YAYASAN BERDASARKAN PERATURAN YAYASAN DI INDONESIA

Bab ini berisikan tinjauan hukum tentang yayasan, struktur organ dalam yayasan, proses pendirian suatu yayasan, yayasan dan kekayaan yayasan itu sendiri.

BAB III PERBUATAN PENYALAHGUNAAN FUNGSI DAN TUJUAN

YAYASAN

Bab ini berisikan tentang fungsi dan tujuan yayasan, bentuk penyalahgunaan fungsi dan tujuan yayasan serta kasus-kasus perbuatan penyalahgunaan fungsi dan tujuan yayasan.

BAB IV KEBERADAAN ORGAN PENGAWAS DALAM MENCEGAH

PENYALAHGUNAAN FUNGSI DAN TUJUAN YAYASAN

Bab ini berisikan tentang pengaturan organ pengawas dalam Undang-Undang yayasan di Indonesia, hak dan kewajiban organ pengawas dalam mencegah penyalahgunaan fungsi dan tujuan yayasan, serta sanksi atas penyalahgunaan fungsi dan tujuan yayasan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini adalah merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi ini, dimana dalam bab V ini berisikan kesimpulan dan saran oleh penulis.


(25)

BAB II

RUANG LINGKUP YAYASAN BERDASARKAN PERATURAN HUKUM DI INDONESIA

A. Status Badan Hukum Yayasan

Sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang Yayasan di Indonesia yakni Undang-Undang Yayasan maka pengertian yayasan sebagaimana dimuat dalam Pasal 1 angka 1 adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.

Pengertian tentang yayasan itu sendiri tidak hanya terpaku pada apayang dimuat dalam Undang-Undang. Masyarakat, dalam hal ini kalangan akademisi pun dapat mengemukakan pendapatnya tentang pengertian yayasan. Seperti halnya beberapa sarjana berikut :

1. Ali Rido mengatakan bahwa yayasan adalah suatu badan hukum, yang dilahirkan

oleh suatu pernyataan sepihak; pernyataan itu harus berisikan pemisahan suatu kekayaan untuk tujuan tertentu, dengan penunjukkan bagaimana kekayaan itu

harus diurus dan dipergunakan.26

26 Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan,


(26)

2. Chidir Ali mengemukakan yayasan adalah suatu badan hukum yang didirikan dengan suatu perbuatan hukum, yang tidak bertujuan untuk membagikan kekayaan dan atau penghasilan kepada pendiri atau penguasanya di dalam yayasan itu, atau kepada orang-orang lain, kecuali sepanjang mengenai yang terakhir ini adalah

sesuai dengan tujuan yayasan yang idealistis.27

Chidir Ali menyatakan bahwa yayasan diciptakan dengan suatu perbuatan yakni pemisahan suatu harta kekayaan untuk tujuan yang tidak mengharapkan keuntungan (altruistishe doel) serta penyusunan suatu organisasi (berikut pengurus),

dengan nama sungguh-sungguh dapat terwujud tujuannya dengan alat-alat itu.28

3. Rochmat Soemitro mengemukakan bahwa yayasan merupakan suatu badan usaha

yang lazimnya bergerak di bidang sosial dan bukan menjadi tujuannya untuk mencari keuntungan, melainkan tujuannya adalah untuk melakukan usaha yang

bersifat sosial.29

Mengikuti pandangan Meijers maka yayasan terdapat pokok-pokok sebagai berikut :

1.penetapan tujuan dan organisasi oleh para pendirinya;

2.tidak memiliki anggota;

3.tidak ada hak bagi pengurusnya untuk mengadakan perubahan yang berakibat

jauh dalam tujuan organisasi;

27 Chidir Ali, Op.Cit, hlm. 86. 28Ibid.


(27)

4.perwujudan dari suatu tujuan, terutama dengan modal yang diperuntukkan untuk itu.30

Selain itu sebenarnya pengaturan mengenai yayasan telah ada diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPdt) seperti yang ada diatur dalam pasal-pasal berikut :

Pasal 365 KUHPdt

Dalam segala hal, bilamana Hakim harus mengangkat seorang wali, maka perwalian itu boleh diperintahkan kepada suatu perhimpunan berbadan hukum yang bertempat kedudukan di Indonesia, kepada suatu Yayasan atau lembaga amal yang anggaran dasarnya, akta-akta pendiriannya atau reglemennya berusaha memelihara anak-anak belum dewasa untuk waktu yang lama.

Pasal 899 KUHPdt

Dengan mengindahkan akan ketentuan dalam Pasal 2 Kitab Undang-Undang ini, untuk dapat menikmati sesuatu dari suatu surat wasiat, seorang harus telah ada, tatkala si yang mewariskan meninggal dunia.

Pasal 900 KUHPdt

Tiap-tiap pemberian hibah dengan surat wasiat untuk keuntungan badan-badan amal, lembaga-lembaga keamanan, gereja atau rumah-rumah sakit, tak akan mempunyai akibatnya, melainkan sekedar kepada pengurus badan-badan tersebut, oleh Presiden atau penguasa yang ditunjuk oleh Presiden, telah diberi kekuasaan untuk mjenerimanya.

Pasal 1680KUHPdt

Penghibahan-penghibahan kepada lembaga umum atau lembaga-lembaga keagamaan, tidak mempunyai akibat, selain sekedar oleh Presiden atau penguasa-penguasa yang ditunjuk olehnya telah diberikan kekuasaan kepada para pengurus lembaga-lembaga tersebut, untuk menerima pemberian-pemberian itu.


(28)

Berdasarkan beberapa pengertian yayasan yang telah dikemukakan di atas baik dari Undang-Undang tentang yayasan maupun juga dari beberapa pendapat sarjana maka dapat dilihat bahwa yayasan didirikan bukan untuk mencari keuntungan layaknya badan hukum yang lainnya seperti halnya PT (Perseroan Terbatas).

Sangat jelas bahwa yayasan merupakan salah satu dari pada suatu badan hukum di Indonesia. Pengertian badan hukum (legal entity) menurut Black’s Law Dictionary adalah :31

Berkaitan dengan badan hukum, terdapat ketentuan Staatblad 1870 No. 64 tentang Rechtpersoonlijkheid Van Vereenigingen (Perkumpulan-perkumpulan Berbadan Hukum) dalam alinea pertama Pasal 8 yang mengatur : “ Vereeniginge, niet als regtpersonen bij algemeene verordening ingesteld of niet erkend volgens deze verordening, kunnen als zoodaning gene burgerlijke handelingen aangaan”yang diterjemahkan menurut versi Engelbrecht sebagai berikut : “Perkumpulan-perkumpulan, yang tidak didirikan sebagai badan hukum menurut peraturan umum (algemeene verordening) atau tidak diakui menurut peraturan ini, dengan demikian tidak dapat melakukan tindakan-tindakan perdata”.

“ An entity, other than natural person, who has sufficient existence in legal contemplation that it can function legally, be sued or sue and make decisions through agents as in the case of corporation.”

32

Peraturan tersebut mengatur mengenai perkumpulan, namun demikian rumusan tersebut dapat diketahui bahwa badan hukum adalah suatu badan yang

31 Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi,Op. Cit,hlm. 18. 32Ibid.


(29)

mampu dan berhak serta berwenang untuk melakukan tindakan-tindakan perdata.Hal ini berarti pada dasarnya badan hukum bersifat permanen, artinya suatu badan hukum tidak dapat dibubarkan hanya dengan persetujuan para pendiri atau anggotanya.Badan hukum hanya dapat dibubarkan jika telah dipenuhi segala ketentuan dan persyaratan yang telah ditetapkan dalam anggaran dasarnya, yang menjadi sumber eksistensi badan hukum tersebut. Sebagai konsekuensinya, keberadaan badan hukum tidak tergantung pada kehendak (para) pendirinya ata (para) anggotanya tetapi pada apa

yang ditentukan oleh hukum.33

Kegiatan yayasan harus sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan, dan harus secara jelas dirumuskan dalam anggaran dasar yayasan.Walau pun dikatakan bahwa yayasan didirikan tidak untuk mencari keuntungan, namun yayasan tetap dapat menjalankan suatu usaha.Pengertian usaha menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia yang disusun oleh W.J.S. Poerwadarminta adalah kegiatan dengan mengerahkan tenaga pikiran atau badan untuk mencapai sesuatu maksud; pekerjaan (perbuatan,

daya upaya, ikhtiar) untuk mencapai sesuatu maksud.34

Kenyataan praktek sehari-hari pun sering ditemukan yayasan menjalankan kegiatan usaha. Yayasan-yayasan demikian menjalankan usaha secara partikelir dengan kegiatan di bidang pemberian jasa yang bersifat non-profit, misalnya dengan menjalankan usaha rumah bersalin, rumah sakit, klinik profesi dokter, panti jompo, panti asuhan, pemberantasan penyakit dan permasalahan masyarakat, pendidikan,

33Ibid.

34 W.J.S. Poerwardarminta, diolah kembali oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,


(30)

ilmu pegetahuan, kesenian, olah raga, pemberdayaan dan pembinaan swadaya masyarakat, urusan kematian, dan sebagainya.

Tentang Yayasan dalam melakukan suatu kegiatan usaha pun sebenarnya telah diatur dalam Undang-Undang Yayasan. Hal ini dapat kita lihat dalam beberapa pasal, yakni Pasal 3, Pasal 7, dan Pasal 8 Undang-Undang Yayasan. Bunyi dari beberapa pasal tersebut adalah sebagai berikut :

Pasal 3

(1) Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian

maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu badan usaha.

(2) Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepada Pembina,

Pengurus, dan Pengawas Pasal 7

(1) Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan

maksud dan tujuan yayasan.

(2) Yayasan dapat melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha yang

bersifat prospektif dengan ketentuan seluruh pernyataan tersebut paling banyak 25 % (dua puluh lima persen) dari seluruh nilai kekayaan Yayasan.

(3) Anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas Yayasan dilarang merangkap

sebagai Anggota Direksi atau Pengurus dan Anggota Dewan Komisaris atau Pengawas dari badan usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2).

Pasal 8

Kegiatan usaha dari badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) harus sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan serta tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan beberapa pasal di atas dapat dilihat dengan jelas pengaturan mengenai sah dan legalnya suatu yayasan dalam menjalankan kegiatan usaha dengan membentuk suatu badan usaha.Namun ada hal penting yang harus diperhatikan ialah bahwa badan usaha yang didirikan yayasan tersebut harus sesuai dengan maksud dan


(31)

tujuan yayasan sejak awal yaitu tujuan tertentu di bidang sosial, kemanusiaan, dan keagamaan.

B. Struktur Organisasi dalam Yayasan

Suatu organisasi sudah pasti memiliki struktur keorganisasian.Struktur ini dibentuk untuk menghasilkan suatu kinerja yang optimal.Sama halnya dengan organisasi pada umumnya yayasan pun memiliki struktur organisasi. Struktur

organisasi yayasan harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :35

1. Kejelasan definisi struktur dari aktivitas dimana adanya hubungan formal

ditetapkan secara jelas dalam struktur organisasi Yayasan serta unit pelaksanaannya, dan keterangan mengenai posisi. Struktur organisasi Yayasan

menyatukan antara jaringan otoritas dengan hubungan yang dapat

dipertanggungjawabkan. Hasil akhirnya adalah alur komunikasi formal.

2. Organisasi yayasan bersifat permanen dimana organisasi Yayasan seharusnya

didirikan untuk tujuan jangka panjang walaupun dalam perjalanannya ada perubahan-perubahan mendasar yang dilakukan sepanjang kegiatan/aktivitas yang dilakukannya untuk mencapai tujuannya. Perubahan-perubahan ini dilakukan untuk menyesuaikan yayasan dengan perubahan lingkungan yang terjadi.

35Fx.Sujanto, dkk.Reformasi Yayasan Prespektif Hukum dan Manajemen (Yogyakarta :


(32)

3. Perluasan Organisasi yayasan dalam hal perkembangan yayasan, sehingga organisasinya makin kompleks dengan timbulnya spesialisasi fungsi melalui penambahan atau pembaharuan lingkungan kegiatannya.

Secara umum, ada 2 struktur organisasi yang dapat diadopsi oleh yayasan, tergantung kepada kebutuhannya.Pertama adalah struktur mekanistik.Struktur ini

mempunyai bentuk piramida. Karakteristik struktur ini adalah sebagai berikut :36

1. Sangat kompleks terutama berkaitan dengan perbedaan secara horizontal.

2. Sangat formal :

a. Jaringan informasi yang terbatas terutama komunikasi “top-down”.

b. Tingkatan bawah organisasi sangat kecil keterlibatannya dalam

pengambilan keputusan.

c. Struktur organisasinya baku.

d. Ada otoritas dan hirarki yang jelas untuk melakukan koordinasi.

Kedua adalah struktur organik. Karakteristik struktur ini adalah tidak kompleks dan tidak formal, memiliki jaringan komunikasi “bottom-up’ seperti layaknya model komunikasi “top-down”, dan keterlibatan yang tinggi dari seluruh anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan.

Ada beberapa format dasar yang biasa digunakan yayasan dalam melakukan penyusunan struktur organisas, yaitu : struktur berdasarkan fungsi-fungsi yang dilakukan (sumberdaya manusia, operasi, administrasi-keuangan, dan lain-lain), struktur berdasarkan aktivitas, struktur berdasarkan wilayah, struktur berdasarkan


(33)

matriks, dan struktur yang hybrid. Susunan dari pada struktur tersebut dilakukan sesuai dengan kebutuhan suatu yayasan.

Terkait dengan struktur organisasi dari pada yayasan maka dapat dilakukan

analisis internal terhadap suatu Yayasan. Beberapa analisis tersebut adalah :37

1. Hubungan strategi dan struktur

Hubungan strategi dan struktur diantaranya dapat ditemui dalam pendapat Chandler yang mengatakan :

“Strategi yang baru menginginkan struktur yang baru atau paling tidak mengubah lagi struktur yang ada jika organisasi yang tumbuh besar dioperasikan secara efisien … kecuali kalau struktur yang mengikuti strategi tersebut hasilnya tidak efisien.”

Untuk menjelaskan lebih lanjut dari pada hubungan antara strategi dan struktur adalah sebagai berikut :

a. Organisasi yayasan memulai usaha dengan struktur tersentralisasi, jika

berkembang maka harus mengembangkan struktur yang berbeda untuk menyesuaikan diri dengan perubahan strategi.

b. Oleh karena itu struktur organisasi yang efisien dengan strategi aktivitas

tunggal (misalnya usahanya hanya di bidang pengelolaan rumah sakit) harus mempunyai : tingkat sentralisasi yang tinggi, tungkat formalitas yang rendah, dan tingkat kompleksitas yang rendah.

c. Untuk strategi diversifikasi aktivitas/usaha (misalnya pendidikan, kesehatan,

penerbitan) membutuhkan bentuk struktur yang dapat : mengalokasikan


(34)

sumber-sumber secara efisien, mempunyai pertanggungjawaban hasil kerja yang dicapai, melakukan koordinasi yang efektif diantara unit kerja yang ada. 2. Standard Operating Procedure (SOP)

Agar suatu badan hukum yayasan berjalan dengan baik, serta memperkecil terjadinya penyimpangan dan konflik maka perlu disusun SOP sebagai penjabaran dari ketiga organ seperti yang dimaksud oleh Undang-Undang dengan tujuan sebagai berikut :

a. Memperjelas pembagian tugas dan wewenang masing-masing organ, serta

antara organisasi dan jabatan di tingkat organisasi induk dan di tingkat unit usaha.

b. Memperjelas komunikasi antara ketiga organ, serta komunikasi dengan unit

usaha.

c. Mempererat hubungan antar organ, serta antara organisasi dengan unit

pelaksana/usaha.

d. Etika hubungan antar organ dan unit pelaksana/usaha guna menghindarkan

adanya konflik hubungan dan komunikasi.38

Standard Operating Procedure tersebut bukanlah suatu kebijakan, sistem dan prosedur, melainkan suatu acuan baku bagi pembuatan kebijakan, sistem dan prosedur di tingkat organisasi yayasan atau di tingkat unit pelaksana/unit usaha agar suatu mekanisme kerja dapat berlangsung dengan selaras, efektif, dan efisien serta terpadu.


(35)

Standard Operating Procedure atau yang sering disingkat SOP ini akan mencapai sasarannya jika dimengerti dengan jelas, maksud dan tujuan serta isinya oleh para pemegang jabatan yang berwenang. Dengan kejelasan tersebut maka timbul pengertian yang mendalam serta penerimaan terhadap tujuan luhur perusahaan akibat perubahaan yang ada. Dengan cara ini maka, seluruh jajaran anggota organisasi akan mempunyai komitmen agar tercapai kesuksesan.

SOP ini dideskripsikan tentang kewajiban dan wewenang organisasi induk, serta kewajiban dan wewenang organisasi induk, serta kewajiban dan wewenang masing-masing organ. Demikian pula kewajiban dan wewenang unit pelaksana.Dari penjabaran masing-masing kewajiban dan kewenangan disusun komunikasi fungsional dan komunikasi operasional, sehingga kesalahpahaman, tumpang tindih kewenangan dan bibit-bibit konflik dapat dihindari.

3. Budaya organisasi yayasan

Budaya organisasi dapat dikatakan telah mengalami “kebangkitan kembali’ sebagai salah satu perangkat manajemen untuk mencapai tujuan dari pada suatu organisasi.Budaya organisasi bukan lagi sejarah organisasi dalam meraih sukses, tetapi sebuah rekayasa manajemen untuk membangun organisasi.

Pada awalnya perkembangan pemikiran budaya organisasi di dunia mengemukakan dua hal utama.Pertama, budaya organisasi adalah hal-hal yang dikerjakan pada suatu organisasi.Kedua, budaya organisasi adalah asumsi-asumsi dasar.Pada perkembangan selanjutnya, yang dapat dikatakan sebagai kebangkitan kembali budaya organsisasi dalam percaturan dunia manajemen, makna budaya organisasi mengalami pergeseran. Budaya organisasi bukan saja menyangkut apayang


(36)

telah ada, tetapi juga dapat menambahkan nilai-nilai yang belum ada yang dibutuhkan keberadaannya demi pengembangan usaha. Kultur bukan lagi apa yang biasa

dilakukan dalam organisasi, tetapi direkayasa untuk mendukung strategi organisasi.39

Budaya organisasi generasi kedua dapat dianggap sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan.Berbeda dengan definisi kerja sebelumnya yang lebih berfungsi sebagai pengukuhan jati diri organisasi agar organisasi semakin mantap.Pada definisi terdahulu lebih mengungkap mengapa organisasi dapat berhasil, tetapi pada perkembangan selanjutnya bagaimana merekayasa budaya organisasi sebagai salah satu alat dalam meraih kemajuan.Budaya organisasi bukan lagi dipahami dalam semangat romantisme mengapa suatu organisasi dapat mencapai sukses, tetapi dijadikan alat strategis dalam menghadapi perubahan dan diharapkan sebagai salah satu pilar organisasi, yang mengantarkan organisasi memiliki sumber daya manusia

yang mumpuni.40

4.Keselarasan strategi, struktur, dan budaya organisasi

Konteks budaya organisasi sebagai alat manajemen ini pula, budaya organisasi dapat dianggap sebagai bagian dari strategi organisasi dalam meraih tujuan.Budaya organisasi telah hadir sebagai bagian dari sinergi yang menghasilkan perkembangan dan kemajuan organisasi. Budaya organisasi akan terkait erat dengan komponen organisasi lainnya. Artiya untuk memperoleh hasil sinergi yang optimal bagi perkembangan organisasi harus ada keselarasan antara strategi (bagaimana organisasi mencapai tujuan), struktur (bagaimana bentuk organisasi yang dapat

39Ibid. hlm.62. 40Ibid.


(37)

mendukung pencapaian tujuan), dan kultur (bagaimana tindakan yang benar untuk

mencapai tujuan).41

Dengan demikian pemanfaatannya budaya organisasi sebagai salah satu adalan daya saing harus dipahami degan semangat holistic.Pemahaman parsial terhadap budaya organisasi merupakan kendala dalam mengoptimalkan budaya organisasi, karena tidak dapat menyelaraskan dengan elemen-elemen lain dalam organisasi untuk menghasilkan sinergi.Dengan pemahaman budaya secara holistik, budaya organisasi tidak terlepas dari segala gerak-gerik perubahan organisasi.Sehingga setiap perkembangan organisasi harus dicermati, sebagai

panduan membentuk budaya organisasi.42

Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Yayasan, dikatakan bahwa yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya sebagai kekayaan awal.Yayasan terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan itu merupakan konsekuensi logis dari bentuk hukum yayasan sebagai badan hukum.Kekayaan yayasan yang dipisahkan itu sendiri merupakan modal bagi usaha yayasan yang berasal dari modal para pendiri sebagai midal awal, dan kekayaan yang berasal dari sumber-sumber lainnya.

C. Pendirian Yayasan

43

41Ibid. hlm.63. 42Ibid.


(38)

Para pendiri yayasan dalam melakukan pendirian sebuah yayasan sama seperti pendirian badan hukum PT (Perseroan Terbatas), yaitu melakukan pemisahan harta kekayaan pribadi dengan harta kekayaan yang menjadi harta kekayaan badan hukum yang didirikannya. Hal mengenai pemisahan harta kekayaan oleh pendiri ini memiliki konsekuensi dimana apabila terjadi permasalahan atau sengketa terkait badan hukum yang didirikannya (pailit), maka pertanggungjawabannya hanya sebatas pada harta kekayaan yang dimiliki oleh badan hukum tersebut dan tidak sampai menimbulkan pertanggungjawaban kepada harta kekayaan para pendiri secara pribadi.Ini merupakan konsekuensi secara tidak langsung dimana antara pendiri dan badan hukum yang didirikannya merupakan 2 (dua) subjek hukum yang berbeda, sehingga keduannya pun memiliki hak dan kewajiban yang berbeda pula, termasuk tanggungjawab atas tiap permasalahan yang dilakukannya.

Undang-Undang Yayasan tidak memberikan penjelasan lebih lanjut, hal ini dapat disimpulkan bahwa yayasan bukan terdiri atas orang-orang (termasuk

badan-badan) atau saham-saham yang dimiliki oleh orang-orang (termasuk badan-badan-badan).44

Yang dimaksud dengan “orang” menurut penjelasan berdasarkan Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Yayasan adalah orang perorangan (person) dan badan hukum

(artificial person)45

44Ibid, hlm.21.

, dan memperhatkan Pasal 9 ayat (5) Undang-Undang Yayasan “orang” tersebut dimungkinkan sebagai “orang asing” atau “bersama-sama orang asing”.

45 Pengertian artificial person menurut Black’s Law Dictionary adalah “Persons created and

devised by human laws for the purposes of society and government, as distinguished from natural person.”


(39)

Pendirian yayasan dapat dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia, hal ini tertuang dalam Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Yayasan atau pun juga dapat didirikan dengan suatu wasiat sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang Yayasan.

Di dalam akta pendirian Yayasan memuat Anggaran Dasar Yayasan dan keterangan lain yang dianggap perlu untuk dicantumkan didalamnya. Dalam Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang Yayasan, maka Anggaran Dasar Yayasan sekurang-kurangnya memuat :

1. nama dan tempat keadudukan;

2. maksud dan tujuan serta kegiatan untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut;

3. jangka waktu pendirian;

4. jumlah kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadi pendiri dalam

bentuk uang atau benda;

5. cara memperoleh dan peggunaan kekayaan;

6. tata cara pengangkatan, pemberhentia, dan penggantian anggota Pembina,

Pengurus, dan Pengawas;

7. hak dan kewajiban anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas;

8. tata cara penyelenggaraan rapat Organ Yayasan;

9. ketentuan mengenai perubahaan Anggaran Dasar;

10. penggabungan dan pembubaran Yayasan; dan

11. penggunaan kekayaan sisa likuidasi atau penyaluran kekayaan Yayasan setelah


(40)

Tidak serta merta menjadi sebuah badan hukum bilamana sudah dibuat akta pendiriannya di hadapan notaris. Untuk mendapatkan status badan hukum, sebuah yayasan harus melalui proses pengesahan oleh Menteri Hukum dan HAM yang mana sekarang adanya istilah SISMINBAKUM (Sistem Administrasi Badan Hukum). SISMINBAKUM merupakan cara pendaftaran suatu badan hukum dengan systemonlineyang mana keberadaannya langsung berada di bawah Kementerian Hukum dan HAM. Oleh sebab suatu pendaftaran badan hukum harus melalui notaris, maka tiap-tiap notaris dalam system SISMINBAKUM ini harus memiliki ID yang telah ter-registrasi atau terdaftar dalam situs resmi SISMINBAKUM.Dalam Pasal 11 ayat (1) dikatakan bahwa yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian yayasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) memperoleh pengesahan dari Menteri.

Apabila yayasan telah mendapat pengesahan oleh menteri sebagaimana dimaksud di atas, maka yayasan tersebut telah sah sebagai suatu badan hukum. Sebenarnya, yayasan sudah dapat melakukan kegiatannya walau pun belum mendapat pengesahan oleh Menteri Hukum dan HAM, namun dengan telah disahkannya status badan hukum yayasan, maka segala tanggungjawab Pendiri terhadap yayasan hanya sebatas modal yang dikeluarkannya saat mendirikan yayasan. Sedangkan apabila yayasan belum mendapat pengesahan statusnya sebagai suatu badan hukum, maka pendiri masih bertanggungjawab penuh terhadap yayasan apabila yayasan mengalami permasalahan hukum.

Pengesahan oleh Menteri ini sangat penting, selain untuk mendapatkan statusnya sebagai badan hukum, hal ini juga agar masyarakat mengetahui bahwa telah


(41)

didirikannya suatu Yayasan di wilayah tempat mereka tinggal. Dalam Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Yayasan dikatakan, bahwa “Akta pendirian Yayasan yang telah disahkan sebagai badan hukum atau perubahan Anggaran Dasar yang telah disetujui, wajib diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Repbulik Indonesia”.

D. Kekayaan Yayasan

Kekayaan yayasan saat didirikan harus dipisahkan karena merupakan modal bagi usaha yayasan yang berasal dari modal para pendiri sebagai modal awal dan modal dari donator sebagai sumbangan-sumbangan.Kekayaan yayasan yang dipisahkan ini sendiri merupakan konsekuensi yayasan sebagai suatu badan hukum dimana kekayaan suatu badan hukum itu harus dipisahkan dari kekayaan para pendirinya dan juga kekayaan tiap-tiap organ dari badan hukum itu sendiri.

Tujuan dari pada pemisahan kekayaan itu sendiri adalah terkait dengan tanggungjawab antara pendiri dan badan hukum yang didirikannya.Karena apabila terjadi suatu permasalahan, katakanlah badan hukum tersebut mengalami pailit atau terlilit utang yang besar, maka tanggungjawab badan hukum tersebut untuk melakukan pemberesan harta kekayaan atau pelunasan utangnya hanya sebatas kekayaan badan hukum tersebut dan tidak sampai kepada harta kekayaan pendiri badan hukum tersebut secara pribadi.

Selain kekayaan yang dipisahkan, yayasan juga memiliki kekayaan lain yang mana diperoleh dalam bentuk uang dan atau benda berwujud dan benda tidak berwujud yang dapat dinilai dengan uang. Kekayaan lain yang dimaksudkan adalah berupa :


(42)

1. Sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat atau sukarela yang diterima yayasan baik dari Negara Republik Indonesia, masyarakat, maupun dari pihak lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Wakaf dari orang atau badan hukum.

3. Hibah dari orang atau badan hukum.

4. Hibah wasiat yang diserahkan kepada yayasan yang tidak bertentangan

dengan hukum waris.

5. Hasil dan pendapatan dari usaha-usaha yayasan sendiri dan hasil-hasil lainnya

yang sah.

6. Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar yayasan dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Terkait dengan tiap-tiap kekayaan yang dimiliki oleh yayasan yang telah disebutkan di atas, maka dapat dilihat secara tegas pengaturan pengelolaannya dalam Undang-Undang Yayasan. Berdasarkan pada Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Yayasan, maka Kekayaan Yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang diperoleh yayasan berdasarkan undang-undang ini , dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung atau tidak langsung, baik dalam bentuk gaji, upah, maupun honorarium, atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang kepada pembina, pengurus, dan pengawas.

Namun, terkait dengan bunyi Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Yayasan di atas ada pengecualian, sebagaimana tertuang dalam ayat (2) dimana dapat ditentukan


(43)

dalam anggaran dasar yayasan bahwa pengurus menerima gaji, upah, atau honorarium, dalam hal pengurus yayasan :

1. bukan pendiri yayasan dan tidak terafiliasi dengan pendiri, pembina, dan

pengawas; dan

2. melaksanakan kepengurusan yayasan secara langsung dan penuh.

3. Penentuan mengenai gaji, upah, atau honorarium sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), ditetapkan oleh pembina sesuai dengan kemampuan kekayaan yayasan.

Melihat ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Yayasan tersebut maka kekayaan Yayasan sesungguhnya dapat saja dialihkan (dalam hal ini dialihkan kepada pihak yang berkepentingan terhadap yayasan). Akan tetapi pengalihan kekayaan Yayasan kepada pihak lain tersebut disamping harus memperhatikan syarat formalitas yang ditetapkan dalam Undang-Undang Yayasan dan anggara dasar yayasan (misalnya harus memperoleh persetujuan dari dewan pembina), juga haruslah memperhatikan prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Yayasan serta anggaran dasar yayasan.

Prinsip dan ketentuan utama yang harus diperhatikan adalah prinsip yang terdapat dalam Pasal 26 ayat (4) Undang-Undang Yayasan, yang menentukan “Kekayaan Yayasan … dipergunakan untuk mencapai maksud dan tujuan Yayasan.”Dengan memperhatikan ketentuan ketentuan yang diatur dalam pasal 26 ayat (4) Undang-Undang Yayasan tersebut, maka pengalihan kekayaan yayasan


(44)

kepada pihak lain tersebut hanya boleh dilakukan apabila pengalihan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan.

Berkaitan dengan kekayaan yayasan sangatlah sensitif apa lagi jika berbicara tentang manajemen pengelolaannya. Maka, apabila ditinjau dari aspek manajerial, agar yayasan dapat tumbuh berkesinambungan dalam mencapai maksud dan tujuan

yayasan, maka yayasan kiranya perlu mempertimbangkan hal-hal berikut :46

1. Pendiri dan pengurus harus bersedia meninggalkan kepentingan pribadi secara

sukarela menyumbangkan pikiran dan sumber daya lainnya bagi pencapaian maksud dan tujuan yayasan.

2. Visi dan misi yayasan harus dirumuskan dengan jelas dan tegas sebagai dasar

untuk memberi arah dalam penyusunan rencana strategis dalam pencapaian maksud dan tujuan yayasan.

3. Pengelolaan yayasan harus dijalankan secara transparan, karena pemodal,

masyarakat, dan pemerintah menuntut adanya keterbukaan dan akuntabilitas yang baik.

4. Profesionalisme pengelolaan yayasan akan menciptakan citra yang positif

dimata pemodal, masyarakat dan pemerintah. Dengan citra yang positif akan memudahkan yayasan menggalang dukungan dan partisipasi berbagai pihak dalam menggali sumber perdanaan untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan.

46

H.P.Panggabean,Praktik Peradilan Menangani Kasus Aset Yayasan dan Upaya

Penanganan Sengketa Melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa (Jakarta : Permata Aksara, 2012),


(45)

5. Pengelolaan yayasan dilakukan secara efektif dan efisien sebagaimana halnya suatu organisasi bisnis, namun dana yang dihasilkan diperuntukkan sepenuhnya untuk pencapaian maksud dan tujuan yayasan. Pengelolaan yayasan dilakukan berdasarkan prinsip profesionalisme dan tidak cukup hanya dengan idealism.

6. Manajer dan karyawan harus diberikan kompensasi yang layak karena mereka

harus dituntut berprestasi sebagaimana layaknya manager perusahaan biasa. Untuk menutupi pengeluaran yang tinggi yayasan menghasilkan nilai tambahan (added value) sehingga dengan mudah mendapat dukungan dan simpati masyarakat serta tentunya akan dapat menghasilkan dana bagi yayasan.

7. Yayasan harus menciptakan kegiatan dan program yang kreatif yang

berorientasi pasar. Program yang berorientasi pasar akan sangat disukai oleh konsumen sehingga memudahkan yayasan menggali sumber pendanaan untuk mendukung kegiatannya. Untuk itu sudah layaknya yayasan mengimplementasikan strategi pemasaran dalam upaya mengidentifikasi potensi pasar, menciptakan program yang dibutuhkan masyarakat dan melakukan promosi atas program-rpogram tersebut. Pemasaran bukan lagi dominasi dunia bisnis, tetapi sudah saatnya dilakukan oleh yayasan. Strategi pemasaran yang berhasil akan menciptakan kepuasan konsumen, meningkatkan partisipasi konsumen, meningkatkan dukungan public, dukungan pemodal serta meningkatkan efisiensi.


(46)

8. Pengelolaan keuangan dilakukan secara professional berlandaskan prinsip transparansi, efisiensi dan akuntabilitas. Walaupun uang bukan segalanya, tetapi tanpa uang yayasan tidak dapat menjalankan kegiatannya. Oleh karena itu, pembukuan harus diselenggarakan dengan tertib dan informasi keuangan dihasilkan tepat waktu sehingga dapat dimanfaatkan oleh pengurus untuk tujuan evaluasi, pengawasan dan perencanaan.

9. Pengurus harus meningkatkan pemahaman tentang anggaran dasar dan

anggaran rumah tangga yayasan serta berbagai aspek hukum lainnya yang relevan untuk meyakinkan bahwa segala tindakan dan keputusan yayasan telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

D. Organ Yayasan

Pada saat didirikannya yayasan, orang yang mendirikan yayasan bertindak sebagai pendiri sekaligus duduk sebagai ketua yang memimpin yayasan tersebut.Kemudian setelah terbentuknya yayasan, dalam menjalankan maksud dan tujuannya yayasan memiliki organ didalamnya.Sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Yayasandikatakan bahwa yayasan mempunyai organ yang terdiri

atas pembina, pengurus, dan pengawas.47

Tugas dan tanggungjawab organ yayasan bersumber pada dua hal yaitu48

1. Ketergantungan yayasan kepada organ tersebut mengingat bahwa yayasan tidak

dapat berfungsi tanpa organ.

:

47Ibid.


(47)

2. Kenyataan bahywa organ adalah sebab bagi keberadaan (raison d’etre) yayasan, karena apabila tidak ada yayasan, maka juga tidak akanada organ.

Tugas dan tanggungjawab masing-masing Organ Yayasan tersebut berbeda-beda antara pembina, pengurus, dan pengawas.

1. Pembina

Menurut Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Yayasan, dikatakan bahwa pembina adalah organ yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh undang-undang ini atau Anggaran Dasar. Kemudian menurut Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang Yayasan ini dikatakan tentang kewenangan Pembina Yayasan yang meliputi :

a. keputusan mengenai perubahan Anggaran Dasar;

b. pengangkatan dan pemberhentian anggota Pengurus dan anggota Pengawas;

c. penetapan kebijakan umum Yayasan berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan;

d. pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan; dan

e. penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan.

Anggota Pembina sendiri berdasarkan Pasal 28 ayat (3) Undang-Undang Yayasan adalah :

a. orang perseorangan sebagai pendiri Yayasan; dan/atau

b. mereka yang berdasarkan keputusan rapat anggota Pembina dinilai mempunyai

dedikasi yang tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan Yayasan.

Dijelaskan lebih lanjut mengenai isi dari pada Pasal 28 ayat (3) tersebut di atas dalam penjelasannya ialah bahwa pendiri yayasan tidak dengan sendirinya harus


(48)

menjadi pembina.Sedangkan anggota pembina dapat dicalonkan oleh pengurus atau pengawas.

Memperhatikan kewenangan-kewenangan yang dimiliki oleh Pembina Yayasan, maka dapat disimpulkan bahwa Pembina Yayasan merupakan Organ

Yayasan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam Yayasan.49 Disamping itu, ia

juga mempunyai tugas utama memonitor usaha pencapaian maksud dan tujuan Yayasan dengan mengadakan rapat tahunan untuk melakukan evaluasi tentang kekayaan, hak dan kewajiban yayasan selama tahun yang lampau, serta pemeriksaan dan pengesahaan laporan tahunan yang disusun oleh pengurus dan ditandatangani

oleh pengurus dan pengawas.50

2. Pengurus

Yayasan diurus dan dipimpin oleh pengurus yang terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang atau lebih yaitu seorang ketua, seorang sekertaris, dan seorang bendahara.Apabila diangkat lebih dari seorang ketua, lebih dari seorang sekertaris, dan lebih dari seorang bendahara, maka seorang diantaranya dapat diangkat sebagai ketua umum, sekertaris umum, dan bendahara umum.

Berdasarkan pada Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Yayasan, Pengurus adalah organ yayasan yang melaksanakan kepengurusan yayasan. Kemudian dalam Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang Yayasan ini dikatakan bahwa yang dapat diangkat menjadi pengurus adalah orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum.

49Ibid, hlm. 95 50ibid, hlm. 95


(49)

Mengenai kewenangan yang dimiliki oleh organ pengurus yayasan sebenarnya Undang-Undang Yayasan tidak secara tegas mengatur mengenai kewenangan pengurus.Namun demikian maksud dan tujuan dari pada yayasan itu sendiri merupakan sumber kewenangan bertindak pengurus yayasan dalam mewakili yayasan di dalam dan di luar pengadilan.

Pengurus dalam menjalankan kegiatan kepengurusan yayasan mempunyai kewenangan terbatas.Kewenangan pengurus terbatasi dengan Undang-Undang Yayasan dan Anggaran Dasar Yayasan tersebut.Undang-Undang menganggap perlu adanya pembatasan terkait kewenangan Pengurus dalam kepengurusan tertentu. Hal yang dibatasi oleh Undang-Undang terkait kewenangan kepengurusan tertentu tersebut diatur dalam Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang Yayasan, dikatakan bahwa pengurus tidak berwenang :

a. mengikat yayasan sebagai penjamin utang;

b. mengalihkan kekayaan yayasan kecuali dengan persetujuan pembina; dan

c. membebani kekayaan yayasan untuk kepentingan pihak lain.

Berdasarkan Pasal 37 ayat (2) Undang-Undang Yayasan ini dikatakan bahwa Anggaran Dasar dapat membatasi kewenangan pengurus dalam melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama yayasan. Artinya, untuk perbuatan hukum yang demikian, Anggaran Dasar dapat membatasi kewenangan tersebut dengan menentukan bahwa untuk melaksanakan perbuatan hukum tertentu diperlukan persetujuan terlebih dahulu dari pembina dan/atau pengawas yayasan.

Selain memiliki kewenangan, organ pengurus yayasan juga mempunyai tanggung jawab atas kewenangan kepengurusannya.Berdasarkan pada Pasal 35 ayat


(50)

(1) Undang-Undang Yayasan, dikatakan bahwa pengurus yayasan bertanggung jawab penuh atas kepengurusan yayasan untuk kepentingan dan tujuan yayasan.Kemudian dalam Pasal 35 ayat (2) Undang-Undang Yayasan ini dikatakan bahwa pengurus menjalankan tugas dengan itikad baik, dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan tujuan yayasan.

Berdasarkan dari beberapa segi khususnya dalam penerapan prinsip-prisip kerja, Pengurus yayasan dapat disamakan dengan direksi dalam suatu Perseroan Terbatas. Jika diterapkan dalam bentuk yayasan maka prinsip-pirnsip kerja tersebut :

a. bertindak dengan itikad baik;

b. memperhatikan kepentingan yayasan dan bukan kepentingan pembina,

pengawas, atau pengurus yayasan;

c. kepengurusan yayasan harus dilakukan dengan baik, sesuai dengan tugas dan

kewenangan yang diberikan kepadanya, dengan tingkat kecermatan yang wajar, dengan ketentuan bahwa pengurus tidak diperkenankan untuk memperluas maupun mempersempit ruang lingkup geraknya sendiri;

d. tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan yang dapat menyebabkan

benturan kepentingan antara kepentingan yayasan dengan kepentingan pengurus yayasan.

Dari keempat prinsip di atas, maka dapat dilihat bahwa antara pengurus dan yayasan saling memiliki bentuk hubungan ketergantungan.


(51)

Berdasarkan pada Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Yayasan, yang dimaksud dengan organ pengawas pada yayasan adalah organ yayasan yang bertugas melakukan pengawasan serta memberi nasihat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan.

Pengawas terdiri dari seorang atau lebih.Berdasarkan Pasal 40 ayat (3) Undang-Undang Yayasan, yang dapat diangkat sebagai anggota pengawas hanyalah orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum dan memenuhi persyaratan yang ditentukan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan pada Pasal 41 ayat (1) Undang-Undang Yayasan, pengawas yayasan diangkat dan sewaktu-waktu dapat diberhentikan berdasarkan keputusan rapat pembina.Namun Pasal ini sudah dihapuskan.

Dalam menjalankan tugasnya, berdasarkan pada Pasal 42 Undang-Undang Yayasan mengatakan bahwa pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan yayasan.Sehingga apabila Pengawas Yayasan dalam menjalankan tugasnya terjadi kesalahan, maka pengawas dapat diminta pertanggungjawabannya.Bentuk dari pada tanggung jawab organ pengawas yayasan diatur dalam Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang Yayasan, dikatakan bahwa dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian pengawas dalam melakukan tugas pengawasan dan kekayaan yayasan tidak cukup untuk menutup kerugian akibat kepailitan tersebut, setiap anggota pengawas secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

Ada pengecualian terhadap tanggung jawab organ pengawas yayasan.Sebagaimana diatur kemudian dalam Pasal 47 ayat (2) Undang-Undang


(52)

Yayasan, dikatakan bahwa anggota pengawas yayasan yang dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena kesalahan atau kelalaiannya, tidak bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian tersebut.

Organ pengawas yayasan sendiri memiliki beberapa kewenangan dalam jabatannya sebagai pelakasana pengawasan yayasan. Dalam Pasal 27 Anggaran Dasar dirumuskan wewenang dan atau kekuasaan organ pengawas yayasan, yaitu :

a. memasuki bangunan, halaman, atau, tempat lain yang dipergunakan Yayasan;

b. memeriksa dokumen;

c. memeriksa pembukuan dan mencocokannya dengan uang kas;

d. mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan oleh Pengurus;

e. memberi peringatan kepada Pengurus;

f. Pengawas dapat memberhentikan untuk sementara satu orang atau lebih

Pengurus, apabila Pengurus tersebut bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ketiga organ yayasan yang telah disebutkan di atas, ketiganya tidak boleh saling merangkap memegang tugas tiap-tiap organ. Hal ini dikarenakan untuk menghindari besarnya peluang untuk terjadi penyalahgunaan wewenang pada tiap-tiap organ dalam yayasan, sebagaimana diatur dalam Pasal 29, Pasal 31 ayat (3), dan Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Yayasan.


(53)

BAB III

PERBUATAN PENYALAHGUNAAN FUNGSI DAN TUJUAN YAYASAN

A. Fungsi dan Tujuan Yayasan

Yayasan sebagai salah satu badan hukum yang ada di Indonesia sudah pasti memiliki fungsi dan tujuan. Sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Yayasan, dikatakan bahwa yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.Sudah dapat dipastikan bahwa tujuan dari pada yayasan berdasarkan Undang-Undang Yayasan adalah di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan.Selain dari pada ketiga aspek tersebut maka bukanlah tujuan dari pada yayasan.

Selain dari pada Undang-Undang Yayasan, Black’s Law Dictionaryjuga ada memberikan definisi tentang Yayasan yang didalamnya tertuang tentang tujuan dari pada yayasan itu sendiri, maka yayasan bertujuan untuk kegiatan amal (charity), pendidikan (educational), keagamaan (religious), riset (research), atau tujuan

kedermawanan lainnya (other benevolent purpose).51

Berkaitan dengan tujuan yayasan, di Indonesia terdapat pula Yurisprudensi Mahkamah Agung dimana sebelum berlakunya Undang-Undang Yayasan menjadi acuan bagi yayasan untuk penentuan tujuan yayasan. Berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 8 Juli 1975 No. 476/K/Sip/1975,

51 Henry Chambell Black, M.A., Black’s Law Dictionary, cet. 6, (St. Paul, Minnesotta: USA,


(54)

pertimbangan Pengadilan Negeri yang dibenarkan Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung, bahwa perubahan wakaf Al Is Af menjadi Yayasan Al Is Af dapat saja karena dalam hal ini tujuan dan maksudnya tetap, ialah untuk membantu keluarga terutama

keluarga almarhum Almuhsin bin Abubakar Alatas.52

Dari Putusan Mahkamah Agung tersebut jelas bahwa yayasan mempunyai tujuan untuk “membantu”. Perkataan “membantu” ini diinterprestasikan sebagai suatu kegiatan sosial. Adapun bantuan yang diberikan tersebut dapat hanya ditujukan kepada pihak tertentu saja, yakni dalam kasus ini terutama kepada keturunan

almarhum Almuhsin bin Abubakar Alatas.53

Fungsi eksternal dari pada suatu yayasan ialah suatu mekanisme kerja dalam hal kegiatan usaha yang dilakukan oleh yayasan selaras dengan tujuan dari pada yayasan itu sendiri yaitu, di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Fungsi eksternal dari pada yayasan itu sendiri lebih spesifik dari pada tujuan yayasan,

Sangat jelas bahwa yayasan didirikan dengan tujuan membantu atau pun kedermawanan.Artinya yayasan bukan bertujuan untuk mencari suatu keuntungan atau pun untuk memperkaya para pendiri dari pada yayasan tersebut.

Selain dari pada tujuan, yayasan juga memiliki fungsi tersendiri.Fungsi dari pada yayasan itu sendiri dapat di bagi menjadi 2 (dua), yakni fungsi eksternal dan fungsi internal.

1. Fungsi Eksternal

52 Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi. Op. Cit, hlm. 16. 53Ibid.


(55)

dikarenakan fungsi eksternal yayasan lahir setelah suatu yayasan didirikan dan yayasan telah memiliki nama tertentu yang mewakili dari pada fungsi dan tujuannya.

Sebagai contoh untuk menjelaskan dari pada fungsi eksternal yayasan dapat dilihat dalam praktek sehari-hari dimana adanya beberapa yayasan yang menjalankan usaha rumah bersalin, rumah sakit, klinik profesi dokter, panti jompo, panti asuhan, pemberantasan penyakit dan permasalahan masyarakat, pendidikan, ilmu pengetahuan, kesenian, olah raga, pemberdayaan dan pembinaan swadaya masyarakat, urusan kematian, dan sebagainya.

Hal-hal di atas merupakan fungsi dari pada yayasan yang sangat spesifik sehingga berbeda satu dengan yang lain. Namun jika hal-hal contoh di atas dikaitkan dengan tujuan dari pada yayasan maka dapat ditemukan adanya kesamaan antara satu dengan yang lain, seperti usaha rumah bersalin, rumah sakit, dan klinik profesi dokter, ketiganya sama-sama merupakan tujuan dari pada yayasan di bidang kemanusiaan; lalu kemudian pemberantasan penyakit dan permasalahan masyarakat dan pendidikan, keduanya sama-sama merupakan tujuan dari pada yayasan di bidang sosial, dan sebagainya.

Demikianlah penjelasan mengenai fungsi eksternal dari pada yayasan.Antara fungsi eksternal dan tujuan dari pada yayasan sangat berbeda, namun merupakan satu bagian yang tak terpisahkan.

2. Fungsi internal yayasan

Fungsi internal dari pada yayasan adalah merupakan suatu mekanisme kerja yang dilaksanakan oleh organ yayasan dalam hal mencapai tujuan yayasan di bidang


(56)

sosial, keagamaan, dan kemanusiaan sesuai dengan tugas dan jabatannya dalam yayasan.

Secara khusus, dalam hal ini organisasi dibagi-bagi secara klasik yaitu menjadi organisasi fungsional.Organisasi fungsional itu sendiri di bagi menjadi dua yaitu profit dan non-profit.Yayasan merupakan organisasi fungsional yang bersifat non-profit. Pada umumnya suatu organisasi fungsional memilik fungsi-fungsi dasar, yaitu : pengembangan sumber daya manusia, operasi, financial, dan general affairs. Fungsi-fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Fungsi Operasi

Fungsi operasi sering disebut fungsi pokok atau fungsi teknis.Karena merupakan kegiatan pokok maka fungsi lainnya sering disebut fungsi pendukung.Kinerja dari pada fungsi operasi ini umumnya dinilai dari segi jumlah produksi (jasa) dalam kerangka waktu yang ketat.

Terkait hal yayasan maka organisasi non-profit akan sangat berbeda dengan organisasi profit. Organisasi non-profit dapat sangat sederhana, namun juga dapat sangat komplek tergantung jenis dan volume kegiatannya.

b. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Berdasarkan konteks manajemen yayasan fungsi ini menyadari penting melakukan suatu proses rekruitmen normal, sehingga kesesuaian minat dan kegiatan orang “penting” dapat diditeksi. Meskipun para pembina, pengurus, dan pengawas tidak diberi imbalan gaji, tetapi mereka harus suka diberikan ukuran kinerja.

Yayasan sebagai pengemban fungsi sosial hendaknya memperhatikan pentingnya fungsi manajemen sumber daya manusia ini. Karena apabila yayasan


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Uraian bab-bab pembahasan yang ada di muka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengaturan mengenai yayasan itu sendiri sudah ada dalam tatanan hukum Indonesia bahkan sebelum keluarnya Undang Yayasan, yaitu Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 juncto Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahaan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. Pengaturan tentang yayasan sebelum dikeluarkannya Undang-Undang Yayasan adalah bersumber dari pada Yurisprudensi atau pun dapat ditemukan dalam beberapa pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.yayasan bukan lah badan hukum yang bergerak untuk mencari keuntungan layaknya PT (Perseroan Terbatas). Yayasan mempunya 3 (tiga) tujuan utama yaitu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan.Pendirian yayasan di Indonesia harus melalui notaris yang kemudian akta pendiriannya diserahkan kepada Menteri Hukum dan HAM melalui SISMINBAKUM.Yayasan memiliki harta kekayaan yang sumber nya bermacam-macam telah diatur dalam Peraturan Perundang-undangan tentang yayasan, dan yayasan memiliki 3 (tiga) organ yakni pembina, pengurus, dan pengawas.

2. Perbuatan penyalahgunaan fungsi dan tujuan yayasan dapat dilakukan oleh setiap pihak yang mempunyai kepentingan terhadap yayasan yaitu, pendiri, pembina, pengurus, pengawas, dan/atau karyawan yayasan. Undang-Undang Yayasan telah


(2)

mengatur secara tegas mengenai wewenang dan tanggungjawab tiap organ dalam yayasan sehingga dapat mempersempit ruang gerak bagi oknum-oknum yang ingin melakukan penyalahgunaan kewenangan. Bentuk-bentuk penyalahgunaan yayasan dapat berupa : penyalahgunaan uang atau dana yang dimiliki yayasan dengan tujuan memperkaya diri para pendiri atau pihak-pihak lain baik yang berkepentingan maupun tidak berkepentingan langsung dengan yayasan, menggunakan yayasan seperti halnya Perseroan Terbatas yang berorientasi untuk mencari keuntungan yang besar sehingga tidak sejalan dengan tujuan dari pada yayasan yaitu di bidang kemanusiaan, sosial, dan keagamaan, yayasan yang bergerak di bidang pendidikan lebih mengutamakan uang dari pada program mendidik sesuai dengan fungsi nya di bidang pendidikan, begitu juga dengan yayasan yang bergerak di bidang lainnya seperti kesehatan, dan lain-lain.

3. Keberadaan organ pengawas yayasan sangatlah penting dalam hal menjaga agar tidak terjadinya penyalahgunaan fungsi dan tujuan yayasan. Fungsi dan tujuan yayasan sangatlah erat kaitannya dengan kegiatan kepengurusan yayasan. Organ pengawas yayasan memiliki peran yang penting melalui wewenang yang diberikan oleh Undang-Undang Yayasan kepadannya, baik dengan memberi nasihat, tidak menandatangani laporan tahunan sebagai bentuk adanya temuan kecurangan yang dituangkan dalam alasan-alasan, atau pun melakukan tindakan tegas dengan memberhentikan sementara pengurus yayasan. Tetapi tanggungjawab pencegahan penyalahgunaan fungsi dan tujuan yayasan oleh pengawas yayasan hanya sebatas kepengurusan yayasan yang dilakukan oleh pengurus yayasan. Organ pengawas yayasan tidak memiliki kewenangan yang


(3)

dapat menjangkau organ yayasan yang lain yang ada di atasnya seperti pembina maupun juga pendiri yayasan.

B. Saran

Berdasarkan pada kesimpulan yang ada di atas, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Suatu kepastian hukum badan hukum yayasan di Indonesia memang sudah sangat baik namun, Pemerintah dalam hal ini Presiden dan DPR hendaknya saling bekerjasama dalam hal memberikan ketegasan terkait ruang lingkup yayasan di Indonesia. Adanya beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih akan pengaturan yayasan hendaknya dihapuskan, sehingga apa yang menjadi tujuan dari pada yayasan dapat tercapai dengan baik. Kemudian lebih dari itu proses pendaftaran suatu yayasan pun harus semakin dipermudah namun tidak berarti memberikan kesan lemah dalam legalisasinya. 2. Pemerintah hendaknya turut serta dalam hal penegakan hukum terkait

perbuatan-perbuatan penyalahgunaan yayasan. Suatu peraturan hukum memang merupakan jalan keluar yang tepat untuk menciptakan hal tersebut namun, yang lebih penting adalah penegakan dari pada hukum itu sendiri.Pemerintah dalam hal ini sebagai aparatur negara yang berkewajiban untuk melakukan penindakan dan pelaksana hukum harus bersifat tegas dan kontra terhadap setiap perbuatan yang dapat merugikan negara dan masyarakat melalui badan hukum yayasan.

3. Organ pengawas yayasan hendaknya mendapatkan kewenangan yang lebih independen dalam suatu yayasan. Keberadaan organ pengawas yayasan yang


(4)

berada di bawah pembina yayasan dalam hal ini melalui rapat pembina maupun Anggaran Dasar yayasan sangat menyulitkan organ pengawas dalam menindak atau pun mencegah suatu perbuatan yang menyalahgunakan yayasan demi kepentingan beberapa pihak yang curang. Pemerintah dalam hal ini pembuat kebijakan peraturan perundang-undangan harus lah merevisi kembali Undang-Undang Yayasan kemudian memperbaharui Pasal terkait organ pengawas yayasan sehingga, organ pengawas yayasan dapat melaksanakan kewenangannya dengan lebih independen.


(5)

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Ali, Chidir. Badan Hukum.Bandung : Alumni, 1987.

Bambang, Sunggono.Metodologi Penelitian Hukum.Jakarta : Rajawali Press, 1998. Black, Henry Chambell.Black’s Law Dictionary,St. Paul, Minessotta, USA :

West Publishing Co, 1990.

Hanitijo, Soemitro Ronny.Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri.Jakarta : Ghalia Indonesia, 1990.

Kusumastuti Maria Suhardiadi, Arie. Hukum Yayasan di Indonesia.Jakarta : Indonesia Legal Center Publishing, 2002.

Panggabean, H.P.Praktik Pengadilan Menangani Kasus Aset Yayasan dan Upaya Penanganan Sengketa Melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa.PT Gramedia, 2002.

Poerwardarminta, W.J.S.Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta : PN Balai Pustaka, 1976.

Prasetya, Rudi.Yayasan Dalam Teori dan Praktik.Jakarta : Sinar Grafika, 2012.

Rido, Ali.Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Koperasi, Yayasan, Wakaf.Bandung : Alumni, 1986.

Soemitro, Rochmat. Yayasan, Status Hukum dan Sifat Usahanya.Jakarta : Gramedia, 1993.

Soeroredjo, Hayati.Status Hukum dari Yayasan dalam Kaitannya dengan Penataan Badan-Badan Usaha di Indonesia.Jakarta : Ghalia Indonesia, 2000.

Sujanto,Fx, Sigit Hutomo, Budi Untung, Nindyo Pramono, Himawan Wijarnako, AB

Susanto. Reformasi Yayasan Perspektif Hukum dan Manajemen.

Yogyakarta : Penerbit Andi, 2002.

Supramono, Gatot.Hukum Yayasan di Indonesia.Jakarta : Penerbit Rineka Cipta, 2008.


(6)

Sutopo, HB.Metodelogi Penelitian Hukum Kualitatif.Surakarta : Bagian 11 UNS Press, 1998.

B. Jurnal Ilmiah

Syawie, Hasbullah.“Aspek-Aspek Hukum Yayasan di Indonesia.”Varia Peradilan, Volume IX, No.98. November 1993.

C. Undang-Undang

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Republik Indonesia.Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 juncto Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan.

Republik Indonesia.Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008juncto Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Yayasan.

D. Website

http://hukum.kompasiana.com/2011/05/19/sengketa-yayasan-trisakti-dengan-thoby-mutis-365321.html (diakses tanggal 28 April 2015).

http://new.hukumonline.com/berita/baca/lt4f06ac51ae3c4/ad-yayasan-trisakti-dinyatakan-tak-sah (diakses tanggal 28 April 2015).