27
2.3 Faktor-faktor Penyebab terjadinya
Enjo Kōsai
Fenomena Enjo Kōsaiyang secara mencolok muncul beberapa tahun
belakangan ini mau tak mau menuntut masyarakat Jepang untuk merenungkan sistem kemasyarakatan mereka. Mereka berusaha mencari tahu mengapa remaja
putri ini begitu saja menjual diri mereka dengan melakukan Enjo Kōsai.
Kesimpulan yang pasti memang belum ada, namun ada beberapa hal yang dihubungkan sebagai latar belakang kemunculan fenomena ini.
Salah satu pendapat diungkapkan oleh seorang sosiolog Kawai Hayao dalam tulisannya yang bertajuk The Message from Japan’s Schoolgirl Prostitues
yang dimuat dalam Japan Echo volume 24 tahun 1997, Kawai menyatakan : “Teenagers in Japan are under pressure to buy expensive items not covered by
their allowances and thus they seek money from other sources”. Adanya desakan dari lingkungan remaja Jepang yang berlimpah dengan barang-barang mahal,
membuat mereka berkeinginan untuk membeli barang-barang itu dan bila mereka tidak mampu membiayai keinginannya, maka mereka mencari sumber untuk
mendapatkan uang, salah satu caranya ialah dengan melakukan Enjo Kōsai.
Pandangan yang sama juga diungkapkan oleh Kuronuma Katsushi dalam bukunya yang menyatakan bahwa motivasi para remaja putri Jepang melakukan Enjo Kosai
ialah sekaichuu ni aru kakko ii mono ga te ni iretai 世界中にあるかっこいい 物がてにいれたい yang berarti ingin memiliki barang-barang yang mewah.
Kuronuma, 1996 : 34 Weston menyebutkan ada 2 faktor utama terjadinya
Enjo Kōsai, yaitu :
28
1. Para pria yang menyukai gadis-gadis sekolahan yang kawai dan
bersedia membayar mereka untuk kencan yang disebut dengan Lolita Complex atau disingkat Lolikon, hal inilah penyebab utama
terbentuknya pasar untuk praktik Enjo Kōsaitersebut. Kecenderungan
para pria-pria tua ini terlibat dalam Enjo Kosai adalah berawal dari istilah ‘tamaranai’, yaitu secara harafiah dapat diterjemahkan sebagai
‘an uncontrollable attraction’ atau ketertarikan yang tidak terkontrol. Ini merupakan alasan kaum pria Jepang yang berusia 50-an akan
ketertarikan mereka terhadap gadis Jepang yang berusia 15 tahunan. Tamaranai disini juga bisa muncul akibat kurangnya perhatian dari
istri-istri mereka karena faktor jam kerja lembur di Jepang. Untuk itulah mereka mencari gadis-gadis remaja Jepang yang bersedia
menemani mereka untuk berkencan maupun berhubungan seks. 2.
Berasal dari remaja putri atau Kogyaru itu sendiri. Remaja putri yang terlibat dalam
Enjo Kōsaikebanyakan barasal dari keluarga menengah, mereka tidak menjual diri mereka untuk menyambung kebutuhan
hidup tetapi untuk membiayai kesenangan mereka dalam berbelanja konsumerisme.
http:www.crikey.com.auarticles20040709- 0005.hmtl.
Jelaslahbahwafaktoryangpalingbanyakmengundangfenom enaEnjokōsai
adalahparapriaLolikon.Kebanyakandarimereka adalahparasalarymanyangberumur 30an sampai 50-an.Sepertiyangkitaketahui,orang-orang Jepangadalahpekerja
kerasatauseringdisebutsebagaiWorkalcoholicolehorangAmerikadanjamkerjadi Jepangyangpadatmenyebabkan orang-orangJepangjarangberinteraksidenganlawan
29
jenisnya.Kesepian yangdirasakan olehpria-priaJepangitu memicusuatuperasaan tamaranaitidaktahansaatmelihatparaKogyaruyangkawaii.Keterobsesian terhadap
gadis-gadisberseragam sailorfukumembuatparapriaJepangmemburuparagadisitu
setiapharinyadijalan-jalanuntukmengajakmerekaberkencandenganmenawarkan uangdalamjumlahyangbesarsertahadiah-hadiahyangmenggiurkan.Tidakjarangpara
gadisitumenerimaajakankencanyangditawariolehpria-prialolikon tersebutkarena
tergiurolehuangdalam jumlahbesar.Halinidisebabkankarenabudayakonsumtifpara gadisremajaterbendungolehbanyaknya uang yang mereka butuhkan untuk
memenuhi kesenangannya yangkemudianmemaksagadistersebut untukbekerja,danEnjokōsai
merupakansolusiyangtercepatuntukmemecahkan masalahtersebut.OlehkarenaituselainfenomenaLolikon,keberhasilan
Enjokōsaijuga sangatbergantungpadakeputusanKogyaru itu sendiri.
AlasanKogyaruterlibatdalamEnj okōsaisangatkompleks. Kuronuma1998
menuliskankembalihasilwawancaranyaterhadapKogyarubernamaSawakodanYum i yangditemuinya disebuahklubkencanmengenaialasanparaKogyarumelakukan
Enjokōsai. 情報収集の成果である。二人が通学校では「売春」と言う言葉
は使わず に、「ウリ」あるいは「仕事」と表現する。「ユミちゃ ん、遊ぼう」「今日は仕事だからダメ」という会話が、放課後の
素顔を知っている友達のあいだで平然と交わされている。二 人がウリに手を出すようになった最初 の動機は、世界の一流
品 を 手 に 入 れ た い と い う 物 欲 に 目 覚 め た か ら だ っ た 。 Kuronuma,1998:334
30
“Darihasilyangdikumpulkan.Keduanyatidakmenggunakankata‘prostitu si’, melainkanlebihmenunjukkanpada
‘berjualan’atau‘bekerja’.‘YumiChan, mainyuk’ajakSawako.‘Hariiniadaperkerjaan, jaditidakbisa’,tolaknya.
Sepulang dari sekolah, keduanya saling melemparkan bahasa isyarat dan memulaibekerjadengantenang.Motivasipertamayangmenjadikan
mereka m elakukanEnjokōsai
karenatimbulnyakesadaranuntukmemilikibarang-barang kelassatusedunia.”Kuronuma,1998:34
Kogyaru tidak menga nggap bahwa padakenyataannyaEnjokōsai sebagai
aktivitasseksatausecarakasaryangkitasebutprostitusi.Merekamenganggap hal tersebutmerupakansuatupekerjaan,yaitu‘menjual’sekssebagaimana yangkita
ketahuisebagaidefinisidaribekerjadalamartimendapatkanupah. サワコ「ウチの学校、高校生がブランド物持ってるじゃん。
ヴィトンが 好きな子はシャネルとか興味ない。どこそこの学 校が好きっていう趣味 みたいなもんだよね。で、先輩がこれ
持ってたから私の欲しいなー、と か思うんだよね。けっこう くだらない理由だよね。」 くだらない理由
―日本の十時代が ブランド物になるのは、いつの時代も だいたいくだらない理
由からだ。このブランドじゃないと基本的人権が おかされろ とか、このブランドこそが恒久の平和をもたらすとか、そん
なことを主張して ブ ランドを買い求 める 十代がいたためし
31
はない。Kuronuma1998:3637 “Sawakoberkata,“Disekolah,siswa-siswamembawabarang-barang
bermerk. Orangyangmenyukaimerk ‘Vuitton’tidaktertarikpadamerk ‘Channel’. Sepertimemilihsekolahyangdiminati.
Karenakakakkelasmemilihini,saya juga menginginkannya. Sungguh alasan yang cukup bodoh ‘kudaranai’, bukan.”
Alasan‘kudaranai’-selama10abadJepangterikatolehbarang- barangbermerk
itu,jadisetiapabaditukebanyakankarenaalasan‘kudaranai’. Merk- merkini tidakmenentang hakdasarmanusia,namunsebaliknya
iamembawakedamaian yang abadi.Menuntut akan hal itu tidak ada permintaan akan pembelian
terhadapmerkselamasepuluhtahun”.Kuronuma,1998:36-37.
SalahseorangKogyaruyangbernamaSawakomengatakan bahwaalasannya m
elakukan Enjokōsaiadalahkarenamerasasadarakanhasratuntukmemilikibarang nomor satu di dunia. Barang-barangbermerkakan memberikan pesona kepada
seseorang, sepertiChannelyangsangatterkenal,namunsuatusaatdiaakanketinggalan zaman.Selerasetiaporangberbeda-
beda,bagiorangyangmenyukaimerkChannel,tidak akantertarikataumenganggapmerkVuittonadalahterkenal,begitujugasebaliknya.
Hanya ada satualasan untuk menyimpulkan prilaku anak muda tersebut yaitu ‘Kudaranai’ yang diartikan bodoh,sia-sia, tidakberguna.Katsushi menyimpulkan
bahwaJepangyangselama10generasitergiurolehbarang-barang bermerkdisebabkan
32
olehalasan‘kudaranai’.Dikatakanbahwamerk-merktersebuttidakmenentanghak- hakasasimanusianamunsebaliknya membawakedamaian bagibagimerekayang
mengkonsumsinya. Penulis juga berpendapat bahwa orang Jepang sangat memperhatikan
penampilandanselaluingintampilunikdanmenarikmenurutpenilaiannya sendiri khususnya para remaja. Mereka tidak segan-segan menghabiskan uangnya untuk
kesenangan,trend, fashion,memperbaikipenampilannya,dansetiapsaatpulafashion berubahsehinggamerekamerasatidakdanbelumsepenuhnya fashionabledanterus
mengikutiperubahantanpaakhiryangjelas.Demikianlahdisebutkan bahwaremaja Jepanghanyamelakukansesuatuyangbodoh dantidakberguna.
Sementara menurut sosiolog Universitas Keio, Jun Nagamoto
http:www.yahoo.co.jpEnjokousaiJunNagamotoS9667ljnsfc.keio.ac.jp menyatakan bahwa setidaknya ada 5 faktor yang melatarbelakangi keberadaan
Enjo Kōsaiini, yaitu :
1. Pengaruh dari kemajuan ekonomi Jepang yang mempengaruhi daya
kontrol seseorang dalam mengkonsumsi barang. 2.
Pengaruh dari media massa dengan iklan-iklannya yang menuntun pembaca dan penontonnya untuk mengkonsusmsi barang, media massa
juga membentuk opini publik terutama remaja sehingga mereka melihat
Enjo Kōsaisebagai suatu hal yang wajar untuk mendapatkan uang.
3. Perubahan struktur keluarga Jepang yang membuat anggota
keluarganya memiliki sedikit waktu untuk saling berinteraksi satu dengan yang lainnya.
33
4. Tidak adanyan ketegasan hukum dalam menindak masalah-masalah
yang berhubungan dengan pelacuran. 5.
Pengaruh dari pendidikan sekolah yang hanya menekankan pada nilai akademis siswa-siswinya.
Masi berkenaan dengan fenomena Enjo Kōsaiini, Miyadi Shinji Miyadai,
1994 : 118 menyatakan bahwa Enjo Kōsaiitu sendiri terbagi menjadi beberapa
tipe atau bentuk, yaitu : 1.
Tipe yang mendambakan komunikasi, ingin lebih mengenal pria, dan berkeinginan untuk lebih tahu tentang masyarakat terutama prianya.
2. Tipe yang mendambakan pengakuan atas dirinya dan ingin
meyakinkan diri sendiri bahwa dirinya lebih dari sekedar murid bodoh atau murid pintar yang kampungan.
3. Tipe pembangkangan secara emosional kepada orangtua yang terlalu
keras pada mereka sampai-sampai tidak mengizinkan mereka memiliki pacar.
4. Tipe yang ingin bisa bergaul dan diterima oleh lingkungan sekitarnya
atau tempat bermainnya. 5.
Tipe yang ingin ganti suasana dari lingkungan keluarga dan sekolah yang membuat mereka jenuh, dengan cara memuaskan dorongan
mereka dengan mengkonsumsi barang. 6.
Tipe yang memang mengiginkan barang-barang mewah.
34
2.4 Pandangan Masyarakat Jepang terhadap