Pandangan Seksualitas Orang Jepang

13 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ENJO KOSAI DI JEPANG

2.1 Pandangan Seksualitas Orang Jepang

Di Jepang sudah lazim melakukan seks tanpa ikatan pernikahan. Seks bukan hal baru lagi bagi masyarakat Jepang. Di Jepang kita masih menemukan istilah dekichatta kekkon, yaitu pernikahan karena si perempuan terlanjur hamil. Anak-anak muda Jepang memang sudah menganggap hubungan seks diluar nikah sebagai hal yang lumrah. Seringkali remaja Jepang dipandang sebagai sosok yang manis, lugu, serius yang selalu berkutat dengan pekerjaan rumah dan belajar, bahkan ada juga pandangan yang menganggap mereka tidak aktif dalam hal seksualitas. Tercatat pada tahun 1993, 87 dari remaja putri Jepang yang sudah aktif dengan seks sejak umur 15 tahun dan telah melakukan masturbasi lebih dari 2 kali dalam seminggu disamping dengan melakukan hubungan intim dengan lawan jenisnya. Hal ini disebabkan karena bagi remaja Jepang, seks dipandang sebagai suatu tantangan, bukan sebagai aspek yang mendukung keharmonisan suatu hubungan. White, 1993 : 172 Keterbukaan dan kebebasan perilaku seks remaja Jepang tentunya tidak lepas dari informasi seputar seks yang mereka dapatkan. Peran media massa juga tak dapat diabaikan dalam kehidupan masyarakat Jepang, terutama remaja, karena media massa menjadikan hal ini sebagai target pemasarannya. Melalui media 14 berupa komik-komik porno yang disebut eromanga, terekura dan juga dari majalah-majalah para remaja mendapatkan informasi mengenai seks. Pada tahun 1989 tercatat dari 1,9 milyar komik yang beredar, 474 juta diantaranya berisi mengenai seks. Baik komik maupun majalah isinya lebih menekankan pada praktek melakukan hubungan intim daripada pendidikan dan pengetahuan mengenai perilaku dan konsekuensi dari hubungan intim itu. Yasou Higashi dari Kobe menyatakan bahwa di Jepang, seks dan kedewasaan tidaklah saling berhubungan seperti di Amerika Serikat. Berbeda dengan remaja Amerika yang memandang hubungan intim sebagai langkah besar dalam perkembangan kedewasaan dan hubungan mereka, sedangkan bagi remaja Jepang menjadi aktif dalam hubungan seksual bukan berarti menjadi dewasa White, 1993 : 193 . Maraknya industri-industri seks atau bisnis hiburan malam di Jepang juga membuat masyarakat Jepang tidak terlalu mempermasalahkan masalah kebutuhan seks mereka. Ketika mereka merasa mereka ingin berhubungan seks mereka bisa langsung pergi ke industri-industri seks. Melihat maraknya media yang memproduksi hal-hal yang berisikan tentang seks diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Jepang memandang seksualitas dengan bebas. Kebebasan berhubungan seks bukan lagi hal baru bagi masyarakat Jepang. 15

2.2 Fenomena