5
Enjo Kōsai merupakan suatu fenomena sosial menarik. Disamping karena pelakunya adalah remaja sekolah dengan klien yang rata-rata berusia paruh baya,
para gadis yang melakukan Enjo Kōsai menjual tubuhnya dengan sukarela tanpa
paksaan atau dorongan dari apapun atau siapapun. Keberadaan Enjo Kōsai ini
juga berpengaruh terhadap perkembangan masyarakat Jepang dewasa ini. Tentunya
Enjo Kōsai ini memiliki pengaruh positif dan negatif bagi pelaku maupun masyarakat. Dimulai dari pengaruh terhadap diri sendiri, dilihat dari segi
negatif, pelaku akan di kucilkan dalam pergaulan di masyarakat, pandangan masyarakat yang menilai bahwa pelaku
Enjo Kōsai ini merupakan jamur yang merusak pergaulan remaja Jepang, sedangkan pengaruh positifnya bagi si pelaku
ialah dapat memenuhi kebutuhan mereka untuk gaya hidup konsumtif. Dan karena kepopuleran fenomena
Enjo Kōsai ini, Enjo Kōsai banyak diangkat kedalam dunia sastra, film dan dokumentasi di Jepang.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk menganalisis tentang fenomena
Enjo Kōsai lebih lanjut dikarenakan Enjo Kōsai yang sifatnya menyebar dan tidak terorganisir ini, telah menjadi suatu fenomena di kalangan
remaja Jepang dan penulis menuangkannya dalam penulisan skripsi yang diberi judul
“Fenomena Enjo Kōsai di Jepang Dewasa Ini”
1.2 Perumusan Masalah
Fenomena Enjo Kōsai kini menjamur dan mulai meluas di kalangan
masyarakat Jepang terutama di daerah ibukota. Banyak faktor yang mempengaruhi remaja putri memilih menjadi seorang pelaku
Enjo Kōsai.
6
Sekelompok remaja usia sekolah mengenakan barang-barang bermerk, berdandan mencolok, berambut pirang atau blond lalu menjajakan dirinya kepada lelaki
berusia paruh baya untuk memperoleh barang-barang mahal yang sudah menjadi gaya hidup sehari-hari mereka. Dalam Kompas Online 30 November 1997
sebagian gadis-gadis remaja menemukan kedamaian di tere-kura atau klub telepon. Tere-kura inilah yang mempertemukan laki-laki dengan wanita melalu
telepon. Pria yang diteleponnya apapun maksud sesungguhnya dengan sabar mendengar cerita dari gadis-gadis, hingga akhirnya mereka bertemu muka.
Sewaktu pertama kali melakukan Enjo Kōsai mereka hanya menemani makan
atau bernyanyi di karoke saja. Dari sini mereka mendapat imbalan. Tentu saja pengalaman ini membuat mereka merasa dapat mencari uang dengan mudah.
Mereka lalu menyadari bahwa dirinya mempunyai nilai komersial, dan tidak keberatan lagi melakukan kencan dengan laki-laki demi mendapatkan uang. Hal
inilah yang menjadi salah satu alasan kuat remaja putri memilih melakukan Enjo Kōsai. Tempat kencan mereka pun tidak lagi hanya restoran dan karoke saja tetapi
juga love hotel. Fenomena Enjo Kōsai ini sudah menjadi salah satu masalah yang
dihadapi Negara Jepang saat ini. Jika hal ini terus berlanjut, maka dikhawatirkan akan berdampak buruk bagi si pelaku, lingkungan masyarakat maupun
pemerintah. Maka dari itu diperlukan upaya pencegahan untuk mengurangi praktik
Enjo Kōsai ini baik dari keluarga, sekolah maupun pemerintah Jepang sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengangkat permasalahan dalam bentuk pertanyaan yang akan dibahas pada skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Apa faktor penyebab terjadinya praktik Enjo Kōsai di Jepang?
7
2. Bagaimana usaha penanggulangan praktik Enjo Kōsai di Jepang?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan