43
komunikasi tidak terputus. Karena ketika komunikasi sudah terputus, maka ada kemungkinan remaja akan menghadapi resiko dipengaruhi oleh teman-temannya
dan mendapat pengaruh yang tidak baik Gray, 2006 : 362 . Orang tua juga sebaiknya tidak terlalu memaksakan kehendaknya pada remaja. Untuk masalah
pendidikan jangan mendorong remaja terlalu keras untuk terus-menerus belajar lebih keras. Cukup berikan pandangan pada remaja agar tidak malas belajar. Dan
dukung setiap kegiatan yang dilakukan oleh remaja baik akademi maupun non akademi. Adalah tidak benar mendorong-dorong anak untuk belajar terlalu keras.
Terlalu mendesak anak untuk mendapatkan nilai yang baik di sekolah atau untuk melakukan tugas-tugas dirumah dapat menghalangi anak mengembangkan
kemampuannya untuk berbahagia dan menikmati kehidupan. Kalau anak mengalami perasaan senang dalam belajar dan melakukan tugas-tugas di rumah, ia
tidak hanya akan lebih bahagia dalam hidupnya, tetapi juga akan menikmati pekerjaannya dan akan terus belajar sepanjang hidupnya Gray, 2006 : 356 . Ada
baiknya juga orang tua memberikan kebebasan dan kepercayaan pada remaja. Hal tersebut akan membuat remaja merasa bahwa ia memiliki tanggung jawab penuh
atas perbuatannya. Dengan begitu remaja akan selalu berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak saat melakukan sesuatu. Dia akan memikirkan resiko apa yang
akan diterimanya jika ia melakukan perbuatan yang salah.
3.2 Usaha Penanggulangan yang Dilakukan oleh Sekolah
Sejak tahun 1947, pendidkan 9 tahun menjadi pendidikan wajib di Jepang, yaitu 6 tahun masa pendidikan sekolah dasar SD bagi seluruh anak berusia 7-12
44
tahun dan 3 tahun masa pendidikan SMP Katsurajima, 2005 : 80 . Secara menyeluruh, system pendidikan Jepang modern terdiri atas 6 tahun SD, 3 tahun
SMP, 3 tahun SMA dan 4 tahun pendidikan perguruan tinggi atau universitas. Sistem pendidikan di Jepang sejak tahun 1962 menekankan
pengembangan keterampilan yang dibutuhkan untuk perkembangan ekonomi negara. Pemerintah mendesak sekolah-sekolah untuk menyesuaikan sistem belajar
mengajar dengan kurikulum baru yang dapat memasukkan para pelajarnya ke sekolah-sekolah ternama dan universitas elit dan menetapkan bahwa semua SD
harus beroperasi selama 240 hari dalam setiap tahun akademik Mangdubrati, 2010 : 78 . Melalui kurikulum pendidikan yang berfokus pada perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi diseluruh wilayah negaranya, Jepang pun berangsur-angsur menjadi Negara maju dengan tercapainya pertumbuhan ekonomi tingkat tinggi.
Pada tahun 1970-an sampai 1980-an pemerintah Jepang berhasil mencapai kesuksesan dalam memajukan teknologi dan perekonomiannya. Akan tetapi,
Cumming dalam Mangdubrati, 2010 : 78 menyatakan bahwa kesuksesan ini dibayar mahal dengan pengorbanan pelajarnya. Para pelajar di Jepang harus
mengikuti sejumlah besar mata pelajaran sebagai mata pelajaran wajib berdasarkan kurikulum sekolah dan pemerintah.
Mercer juga menyatakan bahwa dikarenakan adanya pandangan dalam masyarakat yang menyatakan pentingnya peran pendidikan sebagai penentu
kesuksesan seseorang dimasa depan. Para pelajar yang tidak dapat mengikuti kurikulum di sekolahnya dengan baik pada akhirnya dicap sebagai suatu
kegagalan Liska, 2011 : 44 . Diera ini muncul istilah ‘kyouiku jigoku ni ochiru’ 教育地獄に落ちる
45
yang berarti ‘memasuki neraka pendidikan’. Hal ini disebabkan oleh banyaknya peristiwa kekerasan yang dilakukan oleh para guru maupun para pelajar di dalam
institusi pendidikan. Katsurajima 2005 : 83 menyatakan bahwa perilaku kekerasan ini terwujud dalam beberapa bentuk, misalnya kekerasan dalam sekolah
kounai bouryoku構内暴力 , keengganan untuk pergi ke sekolah futoukou不登 校 , penganiayaan ijime苛め , kerusuhan dan ketidakmampuan staf pengajar
untuk menertibkan kelas gakkyuu houkai学級崩壊 . Pada puncak tahun 1985, terdapat sekitar 155.000 kasus ijime yang dilaporkan terjadi diseluruh wilayah
Jepang Sugimoto, 2003 : 137 . Beberapa anak yang menjadi korban ijime ini seringkali mengalami luka serius dan tak jarang mengambil tindakan bunuh diri.
Peristiwa perilaku kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah menjadi tanda menyebarluasnya kebosanan dan kelelahan yang dirasakan oleh para
pelajar. Hal ini disebabkan oleh berbagai tekanan yang terjadi karena kerasnya sistem pendidikan yang diterapkan oleh sekolah-sekolah berdasarkan kurikulum
yang ditetapkan oleh pemerintah. Pihak sekolah pun menyadari akan kebosanan siswa-siswinya. Biar bagaimanapun sekolah merupakan rumah kedua bagi remaja.
Remaja lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah daripada di rumah. Sekolah harusnya menjadi tempat yang nyaman bagi remaja untuk menuntut ilmu.
Maka dari itu sekolah menyediakan fasilitas-fasilitas yang lengkap dan ekstrakulikuler untuk mendukung siswa-siswinya. Membuat acara study tour
diluar sekolah juga dilakukan pihak sekolah sebagai upaya mengurangi tingkat kebosanan para siswa-siswinya.
Selain itu sekolah juga bekerja sama dengan pemerintah untuk mengurangi praktik
Enjo Kōsai di kalangan siswi-siswinya dengan melakukan penyuluhan
46
melalui pendidikan kepada siswi-siswi tentang dampak buruk yang disebabkan oleh
Enjo Kōsai http:www.crickey.com.auarticles20040709-0005.hmtl Biar bagaimanapun sekolah sudah mengupayakan yang terbaik bagi para
siswi-siswi agar tidak terlibat pada praktik Enjo Kōsai, akan tetapi Enjo Kōsai itu
juga dapat dicegah melalui keinginan dari diri remaja itu sendiri.
3.3 Usaha Penanggulangan yang Dilakukan oleh Pemerintah