7
2. Bagaimana usaha penanggulangan praktik Enjo Kōsai di Jepang?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam setiap penelitian diperlukan adanya pembatasan masalah agar pembahasannya tidak terlalu melebar sehingga menyulitkan pembaca untuk
memahami pokok permasalahan yang dibahas. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mencoba membahas fenomena
Enjo Kōsai di Jepang khususnya upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah
Enjo Kōsai di Jepang.
Dan untuk mendukung pembahasan ini, penulis juga akan membahas mengenai asal usul dan perkembangan
Enjo Kōsai di Jepang, praktik-praktik Enjo Kōsai di Jepang serta faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya
praktik Enjo Kōsai di Jepang.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1. Tinjauan Pustaka
Setiap kebudayaan yang tercipta akan melahirkan budaya baru dan menghasilkan fenomena. Dewasa ini dimana aktivitas, teknologi dan media
semakin canggih juga menimbulkan berbagai macam fenomena di kalangan masyarakat yang dihasilkan melalui dampak berkembangnya kehidupan
masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1997, fenomena diartikan
sebagai hal-hal yang dinikmati oleh panca indra dan dapat ditinjau secara ilmiah.
8
Enjo Kōsai sendiri sebenarnya adalah hubungan saling membantu Matsuura Kenji : 165, tetapi kini
Enjo Kōsai mempunyai arti lain dikalangan masyarakat Jepang.
Enjo Kōsai adalah kegiatan atau praktek yang dilakukan oleh remaja putri yang dibayar oleh laki-laki tengah umur dengan menemani mereka berkencan
ataupun sampai berhubungan seks kemudian remaja putri tersebut akan mendapatkan imbalan berupa uang ataupun barang-barang bermerk yang mereka
inginkan. Jamie Smith, 1998 : para.7.
2. Kerangka Teori
Dalam pengerjaan penelitian ini, penulis menggunakan pendeketan penelitian fenomenologi. Fenomenologi berusaha mencari pemahaman bagaimana
manusia mengkonstruksi makna dan konsep penting dalam kerangka intersubyektivitas pemahaman kita mengenai dunia dibentuk oleh hubungan kita
dengan orang lain Kuswarno, 2009 : 2 Penulis berpendapat, teori Fenomenologi diatas ialah setiap manusia
membutuhkan saling berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain. Karena kesuksesaan suatu kelompok juga didasarkan karena hubungannya dengan satu
sama lainnya. Interaksi yang dilakukan pelaku Enjo Kōsai dengan pelanggannya
merupakan interaksi yang membentuk suatu kelompok manusia yang saling menguntungkan satu sama lain melalui proses kerjasama dengan memanfaatkan
situasi yang berkembang pada zaman dewasa ini. Kurangnya komunikasi antar manusia saat ini menyebabkan munculnya fenomena baru termasuk fenomena
Enjo Kōsai yang akhirnya membentuk lingkungan baru yang dibentuk oleh hubungan gadis remaja sebagai pelaku
Enjo Kōsai dengan pelanggannya.
9
Agar dapat menjelaskan kasus Enjo Kosai, penulis juga menggunakan pendekatan sosiologis untuk meneliti
Enjo Kōsai yang terjadi di Jepang. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat
tidak sebagai individu yang terlepas dari kehidupan masyarakat. Fokus bahasan sosiologi adalah interaksi manusia, yaitu pengaruh timbal balik di antara dua
orang atau lebih dalam perasaan, sikap, dan tindakan. Ruang kajiannya dapat berupa masyarakat, komunitas, keluarga, perubahan gaya hidup, struktur,
mobilitas sosial, gender, interaksi sosial, perubahan sosial, perlawanan sosial, konflik, integrasi sosial, norma dan sebagainya Dwi Narwoko dan Bagong
Suyanto, 2004:3-4. Tujuan penelitian ini adalah memahami arti subjektif dari perilaku sosial, bukan semata-mata menyelidiki arti objektifnya.
Konsumerisme menurut Wikipedia Free Encylopedia 2005 adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh menyamakan kebahagiaan
pribadi dengan membeli barang untuk dimiliki. Menurut Miles dalam Wikipedia Free Encylopedia 2005 suatu kultur yang mengandung tingkat konsumerisme
yang tinggi disebut sebagai budaya konsumtif, yaitu dorongan yang kuat untuk membeli barang yang bukan merupakan kebutuhan primer demi mempertahankan
prestise atau sekedar mengikuti trend mode. Konsumerisme menyebabkan semua orang melawan dirinya sendiri terhadap permintaan yang tidak pernah berakhir
untuk pencapaian barang-barang material atau dunia khayalan itu menjadi nyata dengan membeli barang-barang tersebut, seperti: bedah plastik, make-up,
fashionable dan sebagainya merupakan sebagai suatu contoh dimana orang-orang mengubah diri mereka menjadi alat konsumsi manusia. Seperti yang sudah
dikatakan sebelumnya para gadis remaja pelaku Enjo Kōsai sebagian besar adalah
10
Kogyaru. Diluar seragam sekolah Kogyaru dapat dikenali dengan fashion trendi seperti sepatu boot, rok pendek, make-up yang berlebihan, pewarnaan rambut, tas
mahal dan berkumpul di sekitar stasiun, tempat-tempat karaoke, toko makanan frenchies, dan departemen store Kyoko Fujitani, 2000 : 22. Mereka sangat
menyukai barang-barang bermerk terkenal seperti Channel dan Louis Vuittion, dan hampir semua fashion mereka memiliki merk-merk nomor satu tersebut.
Kogyaru tidak pernah puas dengan merk-merk yang telah mereka miliki dan terus mencari merk-merk baru yang sedang trendy. Dan untuk membeli barang-barang
bermerk tersebut maka para gadis remaja ini harus memiliki banyak uang. Dan akhirnya mereka melakukan praktik
Enjo Kōsai. Karena alasan tersebut maka penulis menggunakan teori Konsumerisme juga dalam penelitian karena sifat
konsumerisme yang dimiliki para gadis remaja inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab gadis remaja melakukan
Enjo Kōsai.
1.5 Tujuan Penelitan dan Manfaat Penelitian.