Viskositas Larutan Kitosan Penggunaan Kitosan Dalam Bidang Kesehatan

2.4. Viskositas Larutan Kitosan

Sifat fisika-kimia larutan kitosan, pH, kerapatan, tegangan permukaan, viskositas, dan konduktifitasnya, dipengaruhi oleh berat molekul kitosan terlarut, Khan dan Kok Khiang Peh, 2001. Dilaporkan bahwa berat molekul rata-rata rantai kitosan adalah antara 70.000 – 2.000.000, dan bila ukuran rantai polimer kitosan bertambah kecil, laju gerakan translasinya menjadi semakin cepat, sehingga viskositas larutannya bertambah rendah, Sun-Ok Fernandez-Kim, 2004. Hal ini juga dapat berakibat pada kenaikan laju interaksi rantai molekul kitosan dengan molekul-molekul pereaksi lainnya, seperti asam lemak bebas, Seung-Wook Seo, 2006. Hubungan antara viskositas larutan kitosan dengan berat molekul rata-ratanya dapat dijelaskan seperti umumnya larutan polimer menggunakan persamaan Mark-Houwink, Agusnar 2006. [ η] = K M v a 2.1 [ η] adalah viskositas intrinsic larutan kitosan, Mv berat molekul rata-rata yang diukur dengan metode viskositas, K dan a adalah tetapan. Viskositas intrinsic larutan dapat diperoleh menggunakan persamaan Kraemer. ln η r c = [ η] + k K [ η] 2 c 2.2 η r adalah viskositas relatif yang merupakan perbandingan viskositas larutan dengan viskositas pelarut murni, c adalah konsentrasi larutan dan k K adalah tetapan. Dengan demikian harga [ η] dapat diperoleh sebagai intercept perpotongan garis kurva pada sumbu y pada plot ln η r c terhadap c. Selanjutnya, sehubungan dengan berat molekulnya yang besar, pelarutan kitosan di dalam asam asetat 1 hanya akan menghasilkan campuran terdispersi yang keruh, bukan Universitas Sumatera Utara larutan jernih,Va ˚rum dan Smidsrød, 2005. Perendaman kitosan dalam pelarut asam asetat 1 yang semakin lama dapat memperkecil ukuran partikel terdispersi dari fase kitosan, Cho dkk., 2006.

2.5. Adsorpsi

Adsorpsi adalah proses fisika dan kimia dimana suatu substansi menggumpal pada antarmuka antara fase yang satu dengan yang lain. Jadi adsorpsi adalah suatu proses dimana atom-atom molekul dari suatu bahan terkumpul pada permukaan adsorben dan bila ditinjau dari zat yang diserap serta bahan penyerap merupakan dua fasa yang berbeda, maka pada peristiwa adsorbsi itu akan terkumpul pada permukaan antarmuka kedua fase tersebut. Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair mempunyai gaya adsorbsi. Sukarjo,1997. Apabila pada permukaan antara dua fasa yang bersih seperti gas-cairan dan cairan-cairan ditambahkan komponen ketiga, maka komponen ini akan sangat mempengaruhi sifat permukaan. Komponen ketiga yang ditambahkan adalah molekul yang teradsorpsi pada permukaan . Peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan suatu zat lain seperti ini disebut adsoprsi. Zat yang diserap disebut fase terserap sedang zat yang menyerap disebur adsorben. Kecuali zat padat, adsorben dapat pula berupa zat cair. Karena itu, adsorpsi dapat terjadi antara zat padat dan zat cair, zat padat dan gas, zat cair dan zat cair, atau gas dan zat cair. Universitas Sumatera Utara Peristiwa adsorpsi ini disebabkan oleh gaya tarik molekul-molekul dipermukaan adsorben. Zat-zat teradsorbsi terikat dengan kuat dalam lapisan-lapisan yang biasanya tebalnya tak lebih dari satu atau dua molekul atau ion. Banyaknya zat asing yang dapat diadsorbsi bergantung pada luanya permukaan yang tersingkap. Meskipun adsorpsi merupakan suatu gejala umum dari zat padat, adsorpsi ini teristimewa efisiensinya dengan materi koloid yang disebabkan oleh besarnya luas permukaan itu, Keenan, et al 1999

2.5.1 Jenis adsorpsi

Adsorpsi ada dua jenis yaitu adsorbsi fisika dan adsorpsi kimia. Pada adsorpsi fisika, adsorpsi disebabkan gaya van der Waals yang ada pada permukaan adsorben. Panas adsorpsi fisika biasanya rendah ~10000 KalMol, lapisan yang terjadi pada permukaan adsorben biasanya lebih dari satu molekul dan kesetimbangan adsorpsi reversible dan cepat misalnya adsorbsi gas pada charcoal. Pada adsorpsi kimia terjadi reaksi pada zat yang diserap dan adsorben. Lapisan molekul pada permukaan adsorbennya satu lapis dan panas adsorbsinya tinggi 20000-100000 Kalmol. Adsorpsi ini terjadi dengan pembentukan senyawa kimia hingga ikatannya lebih kuat misalnya adsorpsi CO pada W, O 2 pada Ag, Au, Pt, dan C,Sukardjo, 1990

2.5.1 Aplikasi proses adsorpsi

Adsorpsi cairan gas sangat penting pada pembentukan dan stabilisasi busa. Busa adalah gelembung-gelembung gas yang diliputi oleh cairan. Analisis kromatografi dirancang berdasarkan proses adsorpsi selektif oleh adsorben. Bila beberapa zat dapat Universitas Sumatera Utara larut dalam suatu pelarut, komponen-komponen dalam larutan dapat dipisahkan dengan menuangkan larutan ini melalui adsorben tertentu seperti alumina, magnesium, oksida, arang, dan sebagainya. Adsorben yang dipakai diletakkan dalam kolom dari gelas dan larutan yang akan dipisahkan dituang dari bagian atas kolom. Zat yang mudah diserap, akan terdapat di bagian atas kolom dan yang sukar diserap terdapat di bagian bawah Sukardjo, 1990

2.6. Penggunaan Kitosan Dalam Bidang Kesehatan

Kitin dan kitosan menunjukkan aktivitas antibakteri, antimetastatik, antiurikemik, antiosteoporotik dan immunoadjuvant. Senyawa ini menunjukkan potensi umum yang besar dari polisakarida dalam penyakit alleviasi alleviating diseases, mencegah penyakit atau member kontribusi yang baik terhadap kesehatan Material yang dapat terurai dan nontoksik ini dapat mengaktifkan pasien untuk menahan mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan luka, Jamaran, 2007. Kitosan adalah serat polimer alami yang mampu menghambat penyerapan lemak dan kolesterol oleh tubuh. Karena itu, sekarang banyak produk kapsul kesehatan yang mengandung kitosan dengan fungsi dapat menyerap lemak, kolesterol, dan menurunkan berat badan. Untuk meningkatkan efektivitas pengikatan lemak, kapsul kitosan dicampur dengan asam sitrat, Vitamin C asam askorbat, dan indol. Penambahan asam askorbat meningkatkan jumlah lemak yang hilang sebagai feses sampai 87 dan menurunkan penyerapan lemak oleh tubuh hingga 50. Penambahan asan askorbat juga berfungsi sebagai antioksidan untuk mengurangi jumlah radikal bebas, yang berperan dalam Universitas Sumatera Utara pembentukan oksida kolesterol yang diduga memicu terjadinya penyakit hati, Rismana, 2008

2.7. Asam Askorbat Vitamin C