BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI menyatakan
bahwa tumbuhan yang diuji adalah tumbuhan dandang gendis Clinacanthus nutans Burm.f. Lindau dari suku Acanthaceae.
Penyarian terhadap daun dandang gendis dilakukan secara maserasi dengan pelarut etanol 80, dimana diharapkan senyawa kimia yang terkandung di
dalamnya dapat tersari sempurna. Hasil dari 500 gram serbuk diperoleh ekstrak kental etanol 61,61 gram.
4.1 Hasil Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak
Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia dan ekstrak etanol daun dandang gendis dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
Tabel 1 Hasil karaktesisasi simplisia dan ekstrak
Hasil No. Parameter
Simplisia Ekstrak
1. Kadar air
7,16 8,78
2. Kadar sari larut dalam air
10,49 10,91
3. Kadar sari larut dalam etanol
10,70 18,65
4. Kadar abu total
6,10 4,60
5. Kadar abu tidak larut dalam asam
0,62 0,54
Pada tabel di atas dapat diketahui hasil karakterisasi simplisia dan ekstrak etanol daun dandang gendis. Menurut Ditjen POM 2000, standarisasi suatu
simplisia tidak lain pemenuhan terhadap persyaratan sebagai bahan dan penetapan
Universitas Sumatera Utara
nilai berbagai parameter dari produk. Simplisia yang akan digunakan untuk obat sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam
monografi yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Materia Medika Indonesia. Namun dalam hal ini untuk tumbuhan dandang gendis Clinacanthus
nutans Burm.f Lindau belum ada ditetapkan sebelumnya. Tetapi bila dibandingkan dengan yang satu suku maka hasilnya masih memenuhi syarat.
Penetapan kadar air dilakukan untuk memberi batasan atau rentang besarnya kandungan air di dalam simplisia dan ekstrak, karena air merupakan
media yang baik untuk ditumbuhi bakteri. Penetapan kadar sari larut dalam air dan etanol untuk mengetahui banyaknya senyawa polar yang larut dalam air dan
etanol. Sedangkan penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam untuk mengetahui kandungan mineral yang ada pada simplisia dan ekstrak, kadar abu
total yang tinggi menunjukkan banyaknya kandungan zat anorganik seperti logam-logam dimana dalam jumlah yang tinggi dapat membahayakan kesehatan.
4.2 Hasil Pembuatan Nata De Coco
Hasil nata de coco yang diperoleh memiliki bentuk padat, menyerupai gel, terapung pada bagian permukaan cairan, berwarna putih seperti kolang
kaling, terasa kenyal. Berat nata de coco pada masing-masing wadah bervariasi, yaitu rata-rata berat basah 217,78 g, setelah di freeze dryer pada suhu
-40
o
C selama ±24 jam diperoleh berat kering rata-rata 3,2667 g dengan ketebalan 7,84 mm. Hasil yang diperoleh ini bersesuaian dengan Anonim 2010
b
yang menyatakan bakteri Acetobacter xylinum akan dapat membentuk nata jika
ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon C dan nitrogen N, melalui proses yang terkontrol. Pada kondisi demikian, bakteri
Universitas Sumatera Utara
tersebut akan menghasilkan enzim ekstraseluler yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa yang nampak padat berwarna putih
hingga transparan yang disebut sebagai nata. Hasil karakterisasi nata de coco dapat dilihat pada Tabel 2 berikut, dan
contoh perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 57.
Tabel 2 Hasil Karakterisasi nata de coco
No. Parameter Hasil
1. Susut pengeringan
98,57 2. Daya
serap air
82,53 3.
Bobot jenis 0,982 gml
4.3 Hasil Pembuatan Matriks Nata De Coco