Topografi dan Iklim Metode Penelitian Bahan dan Alat Pelaksanaan Penelitian Pengukuran Faktor Fisik

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di kawasan hutan Taman Wisata Alam TWA Deleng Lancuk Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara pada bulan Januari sampai bulan April tahun 2010

3.2. Deskripsi Area Penelitian

Kawasan hutan TWA Deleng Lancuk terletak di Desa Kuta Gugung, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo. Lokasi Taman Wisata Alam Deleng Lancuk terletak pada garis median 98 20” – 98 30” BT dan 03 10” – 03 15” LU. Kelompok hutan Deleng Lancuk adalah nama sebuah bukit yang berada di kawasan hutan Sibayak II. Di kaki selatan bukit ini terdapat danau seluas lebih kurang 100 Ha, yang dikenal dengan Danau Lau Kawar. Jarak dari Kota Medan ke TWA Deleng Lancuk sekitar 110 km. TWA Deleng Lancuk luasnya 435 Ha termasuk Danau Lau kawar telah ditunjuk menjadi Taman Wisata Alam sesuai dengan keputusan Menteri Kehutanan No.08KptsII1989 tanggal 6 Februari 1989. Secara administratif terletak di Kabupaten Daerah Tingkat II Tanah Karo, Kecamatan Naman Teran Desa Kuta Gugung.

3.3. Topografi dan Iklim

TWA Deleng Lancuk memiliki topografi relatif bergelombang sampai dengan curam yang memiliki 5 buah bukit dan terletak pada ketinggian antara 1300 m sampai dengan 1600 m diatas permukaan laut. Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi dan Geofisika diperoleh Universitas Sumatera Utara data curah hujan di kawasan taman wisata ini berkisar antara 1250 mm sampai 1700 mm tahun. Menurut Scmidt-Ferguson, kawasan hutan TWA Deleng Lancuk mempunyai iklim tipe B. Gbr 1. Peta Lokasi Penelitian

3.4. Metode Penelitian

Penentuan areal lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode ini merupakan metode penentuan lokasi penelitian secara sengaja yang dianggap representatif. Pengambilan data pada areal penelitian dilakukan dengan menggunakan kombinasi metode jalur dan metode garis berpetak yang disusun memanjang memotong garis kontur naik dan turun puncak bukit dengan plot-plot besar berukuran 80 m x 20 m sebanyak 3 buah setiap bukit Kusmana, 1995. Universitas Sumatera Utara

3.5. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah; tegakan hutan, spesimen daun yang digunakan untuk identifikasi pohon, alkohol 70. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah, GPS, thermometer, hygrometer, phi-band, Hagameter, pita ukur berukuran panjang 50 meter, parang, gunting tanaman, label gantung, label tempel, alat tulis, spidol, tally sheet blangko pengamatan .

3.6 Pelaksanaan Penelitian Pengukuran Faktor Fisik

Pada lokasi pengamatan, dilakukan pengukuran faktor fisik yang meliputi ketinggian dan koordinat dengan menggunakan GPS, suhu udara dengan menggunakan thermometer, kelembaban udara dengan menggunakan hygrometer, Data mengenai curah hujan diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika BMG. Di Lapangan Penelitian dilakukan mulai dari kaki bukit menuju puncak bukit. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive sampling dengan memperhatikan faktor topografi dan kemiringan. Pengamatan vegetasi menggunakan kombinasi metode jalur dan metode garis berpetak dengan plot besar berukuran 20 x 80 m naik dan turun bukit memotong garis kontur. Lokasi yang dipilih adalah lokasi yang dianggap mewakili dari keragaman berbagai faktor lingkungan di sekitar penelitian. Lokasi penelitian meliputi ke 5 bukit deleng Lancuk, yang dimulai dari ketinggian ±1300 m dpl. . Pada masing-masing bukit dibuat plot sebanyak 3 buah pada ketinggian yang berbeda. Cara meletakkan plot pengamatan adalah cara sistematik sistematic Universitas Sumatera Utara sampling . Jumlah keseluruhan plot besar pengamatan adalah 15 plot. Luas keseluruhan plot pengamatan adalah 2.4 ha untuk pohon dan 0.6 ha untuk tiang. Pada setiap plot dilakukan pengamatan pada seluruh pohon yang berdiameter ≥35 cm dan mengukur diameter batang pohon setinggi dada orang dewasa dbh = diameter at breast height = 1,3 m dari permukaan tanah dan setiap batang yang telah diukur diberi nomor taging dan dicatat jenis pohonnya. Cara melakukan pengukuran adalah, phi-band dililitkan pada batang pohon dengan posisi pita harus sejajar untuk semua arah, sehingga data yang diperoleh adalah lingkarlilit batangkeliling batang = 2 πr. Untuk mengukur dbh, data yang diperoleh adalah diameter pohon. Gbr 2.Pengukuran dbh pohon Hairiah dan Rahayu; 2007 Universitas Sumatera Utara Di lapangan kadang-kadang dijumpai beberapa penyimpangan kondisi percabangan pohon atau permukaan batang pohon yang bergelombang atau adanya banir pohon, menurut Hairiah dan Rahayu, cara penentuan dbh dilakukan ; A. Pohon pada lahan berlereng, letakkan ujungtongkat 1.3 m pada lereng bagian atas. B. Pohon bercabang sebelum ketinggian 1.3 m, maka ukur dbh semua cabang yang ada. C. Bila pada ketinggian 1.3 m terdapat benjolan, maka lakukanlah pengukuran dbh pada 0.5 m setelah benjolan. D. Bila pada ketinggian 1.3 m terdapat banirbatas akar papan maka lakukan pengukuran dbh pada 0.5 m setelah banir. Namun bila banir tersebut mencapai ketinggian 3 m,maka diameter batang diestimasi . Masing-masing sampel daun, tangkai, bunga dan buah dikoleksi dan diberi label gantung. Pohon dan tiang yang telah diambil spesimennya diberi label tempel. Kemudian sebelum spesimen dibawa ke laboratorium, spesimen-spesimen tersebut disortir ulang agar daun, tangkai pohon, atau mungkin bunga dan buah yang baik saja yang dikoleksi. Kemudian diberi label gantung kembali sesuai dengan lebel awal dan disusun dalam lipatan kertas koran, kemudian dimasukkan dalam kantong plastik dan dilakban yang sebelumnya spesimen tersebut disiram dengan alkohol 70 agar spesimen tidak berjamur. Spesimen tumbuhan yang telah dikoleksi kemudian dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi. Pengukuran tinggi pohon dilakukan dengan menggunakan Hagameter. Universitas Sumatera Utara 20 m 80 m 80 m 20 m 20 m 80 m 80 m 20 m 20 m 80 m 80m 100 m 100 m Gbr 3 Contoh pembuatan plot pengamatan untuk pohon Untuk pengamatan tiang dibuat sub plot berukuran 10x10 m secara selang-seling didalam plot yang berukuran 20x20 m.Luas keseluruhan plot pengamatan untuk tiang adalah 0.6 ha. Universitas Sumatera Utara Di Laboratorium Setelah pengamatan di lapangan berakhir, spesimen tumbuhan yang telah dikoleksi dibawa ke laboratorium dan dibuka kembali. Kertas korannya diganti dengan kertas koran yang baru. Kemudian disusun kembali untuk dikeringkan dalam oven pengering dengan temperatur ± 60 C selama 48 jam. Spesimen yang telah benar-benar kering dibuat herbarium dan diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi.

3.7. Analisis Data