dengan pohon pada daerah lain mengingat ciri-ciri tertentu seperti percabangan, daun-daunan, buah-buahan dan sistem perakaran Longman Jenik, 1987.
Berbagai penelitian tentang keanekaragaman pohon telah banyak dilakukan di berbagai hutan di antaranya pada kawasan hutan hujan tropis yang menunjukkan tingginya
keanekaragaman jenis. Di Borneo dengan luas plot 2,0 ha ditemukan 740 individu pohon dengan jumlah jenis sebanyak 199 jenis. Di Malay Peninsula Bukit Lagong dengan luas 2,0 ha
ditemukan 559 individu pohon dengan jumlah jenis sebanyak 215 jenis Kusmana, 1995. Di Asia Tenggara umumnya ditemukan lebih dari 100 jenis spesies pohon yang berbeda tiap
hektarnya, tidak termasuk tingkat seedling semai walaupun beberapa dugaan terdahulu menyatakan bahwa kadang-kadang jumlah keseluruhan spesies pohon mungkin hampir 400
spesies per hektar Longman Jenik,1987. Tegakan hutan hujan tropis didominasi oleh
pepohonan yang selalu hijau. Tegakan hutan adalah keseluruhan pohon yang tumbuh di hutan. Tegakan hutan yang akan diteliti meliputi seluruh pohon dan tiang.
2.5. Analisis Komunitas Tumbuhan
Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi yang dipelajari atau
diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu habitat. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai dalam
analisis komunitas adalah untuk mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang dipelajari Indriyanto, 2006.
Hasil analisis komunitas tumbuhan disajikan secara deskripsi mengenai komposisi spesies dan struktur komunitasnya. Struktur suatu komunitas tidak hanya dipengaruhi oleh
hubungan antarspesies, tetapi juga oleh jumlah individu dari setiap spesies organisme
Universitas Sumatera Utara
Soegianto, 1994. Lebih lanjut Soegianto 1994 menjelaskan, bahwa hal yang demikian itu menyebabkan kelimpahan relatif suatu spesies dapat mempengaruhi fungsi suatu komunitas,
distribusi individu antarspesies dalam komunitas, bahkan dapat memberikan pengaruh pada keseimbangan sistem dan akhirnya akan berpengaruh pada stabilitas komunitas.
Struktur komunitas tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif. Dengan demikian, dalam deskripsi struktur komunitas tumbuhan dapat dilakukan secara kualitatif dengan parameter
kualitatif atau secara kuantitatif dengan parameter kuantitatif Soerianegara Indrawan, 1998. Namun persoalan yang sangat penting dalam analisis komunitas adalah bagaimana cara
mendapatkan data terutama data kuantitatif dari semua spesies tumbuhan yang menyusun komunitas, parameter kuantitatif dan kualitatif apa saja yang diperlukan, penyajian data, dan
interpretasi data, agar dapat mengemukakan komposisi floristik serta sifat-sifat komunitas tumbuhan secara utuh dan menyeluruh Arief, 1994
2.5.1 Parameter Kualitatif dalam Analisis Komunitas Tumbuhan
Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan diperlukan parameter kualitatif, hal ini sesuai dengan sifat komunitas tumbuhan itu sendiri bahwa dia memiliki sifat kualitatif dan sifat
kuantitatif. Beberapa parameter kualitatif komunitas tumbuhan antara lain: fisiognomi, fenologi, stratifikasi, kelimpahan, penyebaran, daya hidup, dan bentuk pertumbuhan Indriyanto, 2006.
1. Fisiognomi adalah penampakan luar dari suatu komunitas tumbuhan yang dapat
dideskripsikan berdasarkan kepada penampakan spesies tumbuhan dominan, penampakan tinggi tumbuhan, dan warna tumbuhan yang tampak oleh mata.
Universitas Sumatera Utara
2. Fenologi adalah perwujudan spesies pada setiap fase dalam siklus hidupnya. Bentuk dari
tumbuhan berubah-ubah sesuai dengan umurnya, sehingga spesies yang sama dengan tingkat umur yang berbeda akan membentuk struktur komunitas yang berbeda. Spesies
yang berbeda pasti memiliki fenologi yang berbeda, sehingga keanekaragaman spesies dalam suatu komunitas akan menentukan struktur komunitas tersebut.
3. Stratifikasi adalah distribusi tumbuhan dalam ruangan vertikal. Semua spesies tumbuhan
dalam komunitas tidak sama ukurannya, serta secara vertikal tidak menempati ruang yang sama.
4. Kelimpahan adalah parameter kualitatif yang mencerminkan ditribusi relatif spesies
organisme dalam komunitas. Menurut penaksiran kualitatif, kelimpahan dapat dikelompokkan menjadi: sangat jarang, jarang kadang-kadang, sering, banyak atau
berlimpah, dan sangat banyak sangat berlimpah. 5.
Penyebaran adalah parameter kualitatif yang menggambarkan keberadaan spesies organisme pada ruang secara horizontal, antara lain random, seragam, dan
berkelompok. 6.
Daya hidup atau vitalitas adalah tingkat keberhasilan tumbuhan untuk hidup dan tumbuh normal, serta kemampuan untuk bereproduksi.
7. Bentuk pertumbuhan adalah penggolongan tumbuhan menurut bentuk pertumbuhannya,
habitat, atau menurut karakteristik lainnya. Misalnya pohon, semak, perdu, herba, dan liana.
Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Parameter Kuantitatif dalam Analisis Komunitas Tumbuhan
Kusmana, C 1997 mengemukakan bahwa untuk keperluan deskripsi vegetasi tersebut ada tiga macam parameter kuantitatif yang penting, antara lain densitas, frekuensi, dan
kelindungan. Kelindungan adalah daerah yang ditempati oleh tetumbuhan dan dapat dinyatakan dengan salah satu atau kedua-duanya dari penutupan dasar basal cover dan penutupan tajuk
canopy cover. Adapun parameter umum dari dominansi yang dikemukakan oleh Indriyanto 2006 meliputi kelindungan, biomassa, dan produktivitas.
Kusmana, C 1997 mengemukakan bahwa dalam penelitian ekologi hutan pada umumnya para peneliti ingin mengetahui spesies tetumbuhan yang dominan yang memberi ciri
utama terhadap fisiognomi suatu komunitas hutan. Spesies tetumbuhan yang dominan dalam komunitas dapat diketahui dengan mengukur dominansi tersebut. Ukuran dominansi dapat
dinyatakan dengan beberapa parameter, antara lain biomassa, penutupan tajuk, luas basal area, indeks nilai penting, dan perbandingan nilai penting summed dominance ratio.
Meskipun demikian, masih banyak parameter kuantitatif yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan komunitas tumbuhan, baik dari segi struktur komunitas maupun tingkat
kesamaannya dengan komunitas lainnya. Parameter yang dimaksud untuk kepentingan tersebut adalah indeks keanekaragaman spesies dan indeks kesamaan komunitas Soegianto, 1994.
2.6. Struktur dan Komposisi Hutan