Deskripsi Masyarakat Suku Sakai

1. Deskripsi Masyarakat Suku Sakai

Pada masa penjajahan sebagian besar daerah Bengkalis berada dalam lingkungan pemerintahan Kerajaan Siak, kecuali Pulau Bengkalis yang merupakan daerah jajahan langsung pemerintah Hindia Belanda. Kekuasaan pemerintah Kerajaan Siak berakhir tahun 1942. 50 Sebelum tahun 1858 Pulau Bengkalis termasuk dalam Keresidenan Riau yang berkedudukan di Tanjung Pinang. Sehubungan dengan bertambah pesatnya pertumbuhan usaha-usaha Pemerintah Hindia Belanda di Sumatera Timur, terutama dengan dibukanya areal perkebunan, maka pada Mei 1873 Keresidenan Riau dibagi menjadi 2 dua yaitu : a. Keresidenan Riau dengan pusat pemerintahan di Tanjung Pinang. b. Keresidenan Sumatera Timur dengan pusat pemerintahan di Bengkalis. Dan pada tahun itu juga pusat pemerintahan keresidenan Sumatera Timur dipindahkan ke Medan dan Bengkalis merupakan asisten residen. Pada awal kemerdekaan Republik Indonesia daerah Kabupaten Bengkalis terdiri dari 4 empat kewedanan dan 11 kecamatan, yaitu : a Kewedanan Bengkalis, ibunegerinya Bengkalis, membawahi 3 tiga kecamatan, yaitu : 1. Kecamatan Bengkalis, ibunegerinya Bengkalis. 50 Emrizal Pakis, Monografi Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkalis Tahun 1996, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bekerjasama Dengan Kantor Statistik Kaupaten Bengkalis. Universitas Sumatera Utara 2. Kecamatan Bukit Batu, ibunegerinya Sungai Pakning. 3. Kecamatan Rupat, ibunegerinya Batu Panjang. b Kewedanan Selatpanjang, ibunegerinya Selatpanjang, yang membawahi 2 dua kecamatan, yaitu : 1. Kecamatan Tebing Tinggi, ibunegerinya Selatpanjang. 2. Kecamatan Merbau, ibunegerinya Telukbelitung. c Kewedanan Siak, ibunegerinya Siak Sri Indrapura, yang membawahi 3 tiga kecamatan, yaitu : 1. Kecamatan Siak, ibunegerinya Siak Sri Indrapura. 2. Kecamatan Sungaiapit, ibunegerinya Sungaiapit. 3. Kecamatan Mandau, ibunegerinya Muarakelantan. d Kewedanan Bagansiapi-api, ibunegerinya Bagansiapi-api, yang membawahi 3 tiga kecamatan, yaitu : 1. Kecamatan Bangko, ibunegerinya Bagansiapi-api. 2. Kecamatan Kubu, ibunegerinya Telukmerbau. 3. Kecamatan Tanah Putih, ibunegerinya Tanah Putih. Sejalan dengan pesatnya perkembangan daerah ini, dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk serta dilakukannya kegiatan eksplorasi minyak bumi di wilayah Kecamatan Mandau, dan Dumai dijadikan pelabuhan ekspor minyak, maka wilayah administrasi pemerintahan di Kabupaten Bengkalis pada tahun 1963 Universitas Sumatera Utara dikembangkan dengan membentuk kewedanan baru yaitu kewedanan Dumai, yang membawahi 3 tiga kecamatan, yaitu : a. Kecamatan Dumai, ibunegerinya Dumai. b. Kecamatan Rupat, ibunegerinya Batupanjang. c. Kecamatan Mandau, ibunegerinya Duri. Pada tahun 1958, seluruh kewedanan yang ada di wilayah Kabupaten Bengkalis dihapuskan, sehingga dengan demikian kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bengkalis langsung berada dibawah pemerintahan kepala daerah tingkat II Bengkalis. Struktur baru ini lahir Tahun 1956, berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956, Lembaran Negara Nomor 25 Tahun 1956. Komunitas adat terpencil sebagaimana yang didefenisikan departemen sosial merupakan masyarakat yang terisolir dan memiliki kemampuan yang karena itu bersifat terbelakang dan tertinggal dengan proses mengembangkan kehidupan ekonomi, sosial budaya, keagamaan dan ideologi. Komunitas adat terpencil sering dianggap rendah oleh masyarakat dan selau dijauhkan oleh kelompok-kelompok yang lain. Tidak salah sehingga mereka menjadi rendah diri, sehingga selalu terpojok dan jarang mau bergaul dan menyatu dengan kelompok atau orang luar, sehingga tidak dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan luar yang lebih maju. Salah satu kelompok atau komunitas dari masyarakat terpencil ini adalah orang Sakai “Sakai” merupakan nama salah satu suku bangsa di tanah melayu dan Universitas Sumatera Utara dapat juga diartikan sebagi orang bawahan atau hamba sahaya. Orang Sakai pada dasarnya dikategorikan sebagai masyarakat yang tertinggal oleh proses perubahan sosial atau relatif terbelakang kehidupannya. Kelompok ini dianggap tidak maju dan kuat memegang tradisi. Mengenai kata Sakai dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, menerangkan kata Sakai sebagai nama suku bangsa di tanah Melayu, termasuk bangsa Negrito yang tidak berbahasa Melayu, disamping diartikan pula sebagai orang bawahan yang diperintah sama dengan hamba sahaya. Tetapi ada juga anggapan bahwa Sakai itu nama sungai di Mandau Kabupaten Bengkalis. Karena suku itu menetap di tepi sungai tersebut, maka mereka disebut orang atau Suku Sakai. 51 Menurut M.Yatim kepala batin Suku Sakai, bahwa nama Suku Sakai diartikan sebagai suku anak air ikan, karena sumber penghidupannya adalah dipinggiran air serta menangkap ikan. Menurutnya lagi Sakai adalah suku atau manusia kebal sakai=badak=kebal, sedangkan menurut orang Sakai sendiri, Sakai adalah suku orang batin. 52 Tokoh atau pemimpin Sakai yang paling menentukan ialah batin. Batin memimpin suatu perkampungan. Dialah pemimpin formal dalam suku yang mengatur dan mengemudikan masyarakat dengan asas adat. 53 Karena itu batin menjadi pusat 51 UU.Hamidy, Masyarakat Terasing Daerah Riau Di Gerbang Abad XXI, Zamrad Untuk Pusat Kajian Islam dan Dakwah Universitas Islam Riau, Pekanbaru, 1991, Hal.88. 52 Wawancara Penulis dengan M.Yatim, Kepala Batin, Tanggal 28 Maret 2010. 53 Batin = Kepala Suku atau Ketua Adat Universitas Sumatera Utara kehidupan dan mitos suku. Batin juga bisa merangkap sebagai bomo. 54 Tetapi, bomo juga telah merupakan tokoh yang khas dalam kehidupan masyarakat, sebab dia telah memainkan peranan penting dalam hubungan dengan makhluk gaib, sehingga amat menentukan jalan pikiran masyarakatnya. Pada bomolah bertumpu alam pikiran animisme sehingga dia memainkan peranan yang besar dalam berbagai tradisi yang bersangkutan dengan alam atau makhluk halus. Menurut silsilah dan asal usulnya orang Sakai dahulunya berasal dari Pagaruyung yang datang ke Riau sekitar abad ke-14 Masehi. Karena negeri Pagaruyung adalah negeri yang sangat padat penduduknya sehingga untuk mengatasi kepadatan penduduk tersebut Raja Pagaruyung berusaha mencari wilayah-wilayah baru yang masih sedikit penduduknya. Raja Pagaruyung kemudian mengutus sebuah rombongan berjumlah 190 orang untuk berangkat kearah timur karena di wilayah tersebut masih kosong penduduknya. Rombongan menembus hutan belantara dan akhirnya sampai ditepi sebuah sungai yang mereka namakan Sungai Biduando. Nama Biduando inilah yang kemudian berubah menjadi “Mandau”,dan wilayah sekitar sungai tersebutlah mereka jadikan wilayah pemukiman yang baru. 55 Kemudian Raja Pagarayung mengutus kembali rombongan yang kedua yang terdiri dari 3 orang hulubalang. Rombongan ini kembali berjalan menuju kearah wilayah Mandau dengan mengikuti bekas perjalanan rombongan yang pertama. 54 Bomo= Dukun 55 http:www.katcenter.infodetail artikel, diakses pada tanggal 25 Mei 2010. Universitas Sumatera Utara Setelah beberapa tahun perjalanan rombongan tersebut bukannya sampai kewilayah Mandau akan tetapi sampai di Kunto Bessalam, yang akhirnya mereka menyerahkan diri kepada Raja Kunto Bessalam. Setelah beberapa lama tinggal di kerajaan tersebut mereka diangkat sebagai hulubalang raja. Raja Kunto Bessalam mengalihkan kegiatan pembangunan kekerajaan Rokan KananKiri yang berkerabat dan bersahabat dengannya dengan mengirim 5 keluarga yang dipimpin oleh 2 orang hulubalang yang bernama Sultan Janggut dan Sultan Rimbo untuk bekerja disitu. Akan tetapi sebelum pekerjaan itu selesai, 2 orang hulubalang dan 5 keluarga telah melarikan diri karena tidak sanggup tinggal disana karena rajanya sangat kejam. Rombongan tersebut melarikan diri kearah wilayah Mandau, dan sampailah mereka ditepi sungai Sam-Sam di hulu Sungai Mandau, dan kemudian meneruskan perjalanan sehingga sampailah rombongan tersebut di hulu Sungai Penaso, yang kemudian sampailah mereka diwilayah Desa Mandau dan kemudian menyerahkan diri kepada kepala desanya. Ada banyak versi yang menceritakan kedatangan orang Sakai sampai ke Mandau. Menurut Moszkowski 1908 dan Loeb 1935 orang Sakai adalah orang Veddoid yang bercampur dengan orang Minangkabau yang berimigrasi pada abad ke- 14 ke daerah Riau, yakni di Gasib, di tepi sungai di hulu Sungai Rokan, sedangkan menurut Hasny, orang Sakai berasal dari Pagaruyung, Batu Sangkar dan Mentawai. 56 56 Husni Thamrin, SAKAI Kekuasaan, Pembangunan dan Marjinalisasi, Gagasan Press, Pekanbaru, 2003, Hal.5. Universitas Sumatera Utara Sebagian orang Sakai telah masuk islam, oleh tokoh tarekat Naksyahbandiyah Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan dengan khalifahnya bernama Ibrahim yang juga tokoh tradisional Sakai, yaitu batin. Maka terdapatlah dua macam batin dalam kehidupan orang Sakai, yaitu batin yang juga khalifah dan batin biasa yang hanya tokoh adat saja. Kemudian dengan adanya binaan dari pihak pemerintah melalui Depsos, mulailah dikenal adanya Kepala Desa. 57 Kepala Desa ini juga kebanyakan adalah batin itu sendiri. Maka dikenallah paling kurang 4 tokoh masyarakat Sakai : khalifah, batin, bomo, atau dukun dan kepala desa. 58 Masyarakat Sakai pada masa lalu mempunyai sistem pemerintahan yang mereka sebut Perbatinan yang dipimpin oleh Batin. Perbatinan ini terdiri atas Perbatinan Lima dan Perbatinan Delapan. 59 Disebut dengan Perbatinan Lima mereka masing-masing perbatinan mempunyai tanah hak ulayat dan hutan di 1 Minas; 2 Penaso; 3 Beringin; 4 Belutu; dan 5 Tengganau. Perbatinan Delapan adalah kelompok orang Sakai yang di beri hak untuk membuka hutan oleh Raja Siak Sri Indrapura meliputi wilayah 1 Petani; 2 Sebangar; 3 Air Jamban; 4 Pinggir; 5 Semunai; 6 Sam-Sam; 7 Kandis; 8 Balai Makam. 60 57 Kepala Desa ini juga kebanyakan adalah batin itu sendiri. Jika ada kepala desa yang bukan batin, maka pengaruhnya hanya amat terbatas sekedar untuk hubungan administratif saja dengan pihak luar yang bersifat formal administratif. 58 UU.Hamidy, Op.Cit, Hal. 90-91. 59 Perbatinan nan lima yaitu kelompok masyarakat adat yang terdapat di daerah pesisir, sedangkan perbatinan nan delapan yaitu kelompok masyarakat adapt yang terdapat di daerah pedalaman. 60 Husni Tamrin, Op.Cit, Hal.5. Universitas Sumatera Utara Menurut UU Hamidy, menjelaskan bahwa Sakai Batin Nan Limo berasal dari kerajaan Gasib yang pergi karena diserang Aceh. Sedangkan Sakai Batin Delapan diriwayatkan berasal dari Semenanjung Melaka. Mereka dalam jumlah sekitar 100 orang lelaki dan perempuan yang telah mendarat di Kunto Darussalam, dan membuat Kampung Bonai. Sebagian diantaranya mendiami kawasan aliran Sungai Sakai. Maka mereka kemudian disebut Suku Sakai. Karena itu dalam teks lisan yang dihafal batin Sakai, sebagian mereka mengatakan berasal dari Siak atau Gasib, sebagian lagi dari Pagaruyung Minangkabau. Setelah mendiami Mandau, maka sejak berdirinya Kerajaan Siak tahun 1723 mereka jadi rakyat Siak. Tapi tanah ulayat dan adat istiadat mereka tidak dicampuri Sultan. Hal ini sepenuhnya diserahkan kepada Batin Suku Sakai masing-masing. 61 Sehingga masyarakat Sakai merupakan bagian dari Kesultanan Siak Sri Indrapura dengan Raja Kecil sebagai rajanya. Pada waktu orang Sakai hidup pada zaman kekuasaan Kerajaan Siak Sri Indrapura, Raja Siak adalah penguasa tertinggi yang mereka kenal dan mereka akui dalam tata kehidupan mereka. Segala peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan dan diberlakukan oleh kerajaan adalah sesuatu yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Mereka menganggap itu sebagai sesuatu yang suci. Sehingga sampai sekarang pun orang Sakai masih sangat menghargai dan menghormati keturunan dari Raja Siak. 61 UU Hamidy, Op.Cit,Hal.88-89. Universitas Sumatera Utara

2. Pola Kehidupan Masyarakat Suku Sakai

Dokumen yang terkait

Pandangan Masyarakat Suku Sakai Terhadap Kesehatan Di Kelurahan Pematang Pudu Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau tahun 2003

1 61 115

Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bengkalis di Era Otonomi.

0 3 10

SKRIPSI EKSISTENSI HAK ULAYAT ATAS TANAH SUKU DAYAK TUNJUNG EKSISTENSI HAK ULAYAT ATAS TANAH SUKU DAYAK TUNJUNG BENUAQ DI KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960JUNCTOPMNA/KBPN NOMOR 5 TAHUN 1999

0 3 13

EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 15

EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 2 15

Pelaksanaan Hukum Waris Islam Pada Masyarakat Sakai di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

0 0 18

Pelaksanaan Hukum Waris Islam Pada Masyarakat Sakai di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

0 0 2

Pelaksanaan Hukum Waris Islam Pada Masyarakat Sakai di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

0 1 27

Pelaksanaan Hukum Waris Islam Pada Masyarakat Sakai di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

0 3 36

Eksistensi Hak Ulayat dalam Pembangunan Daerah

0 0 15