11
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN
A. Pengertian Perjanjian
Perjanjian dapat dikatakan juga suatu persetujuan yaitu kesepakatan antara satu orang atau lebih terhadap harta kekayaan yang mereka miliki sehingga
mengikat untuk pihak yang membuat kesepakatan tersebut. Perngertian perjanjian tersebut sudah termuat dalam Pasal 1313 KUHPerdata,dalam Pasal
1313 KUH Perdata dinyatakan suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau
lebih.Perjanjian merupakan suatu sebab terjadinya suatu perikatan selain karena Undang-Undang hal itu dikarenakan sebab terjadinya perikatan ada dua
yaitu karena Perjanjian dan karena undang-undang. Menurut Subekti Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain,
atau dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.Menurut M.Yahya harahap Perjanjian adalah suatu hubungan hukum kekayaan harta
benda antara dua orang atau lebih yang memberi kekuatan hak atau sesuatu untuk memperoleh prestasi atau sekaligus kewajiban pada pihak lain untuk
menunaikan kewajiban pada pihak lain untuk memperoleh suatu prestasi. Berdasarkan pasal 1313 KUHPerdata maka pengertian perjanjian yang mana
adalah “Suatu perbuatan hukum dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya kepada satu orang lain atau lebih” mengandung banyak
kekurangan
6
1. Seakan akan perjanjian tersebut dilakukan oleh satu pihak saja bukan oleh
kedua pihak yang membuat perjanjian tersebut padahal dalam membuat suatu perjanjian harus ada hubungan yang timbal balik antara kedua pihak
yang membuat suatu perjanjian, hal ini dapat dilihat dari kata mengikatkan dirinya yang seharusnya dapat diganti dengan saling mengikatkan diri.
. Kelemahan pengertian perjanjian dalam KUHPerdata antara lain:
2. Seoalah-olah perjanjian yang terdapat pada pengertian Pasal 1313
KUHPerdata hanya dapat dilakukan oleh orang saja, tidak dapat dilakukan oleh semua subjek hukum, sedangkan subjek hukum terdiri dari dua yaitu
manusia dan badan hukum, hal ini dapat dilihat dari pengertian perjanjian yang terdapat dalam pasal 1313 KUHPerdata dimana menyebutkan satu
orang atau lebih yang mengikatkan diri kepada satu orang lain atau lebih. Hal ini harusnya dapat diganti dengan Satu pihak atau lebih yang
mengikatkan dirinya kepada satu pihak lain atau lebih. 3.
Lingkup pengertian perjanjian yang tertera pada Pasal 1313 KUHPerdata terlalu luas sehingga mencakup juga didalamnya perjanjian perkawinan
yang masuk kedalam ruang lingkup hukum orang dan keluarga, sedangkan pengertian perjanjian yang dimaksud disini adalah pengertian perjanjian
yang mengatur tentang suatu kebendaan yaitu hubungan hukum antara seorang kreditor dan debitur dalam hal kebendaan.
4. Unsur perbuatan yang ada dalam perjanjian harusya di ganti dengan kata
persetujuan. Hal ini dikarenakan suatu perbuatan dapat terjadi karena
6
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia Bandung :Citra Aditya Bakti 2011 Hal:289.
persetujuan dan karena tidak persetujuan. Perbuatan yang terjadi karena tidak persetujuan itu misalnya perbuatan melawan hukum. Sehingga unsur
perbuatan dalam perngertian perjanjian yang terdapat dalam Pasal 1313 KUHPerdata harus diganti dengan persetujuan.
5. Pada pengertian perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata tidak ada
disebutkan tujuan para pihak membuat perjanjian sehingga tujuan perjanjian dalam pengertian Pasal1313 KUHPerdata tidak jelas. Apabila
tujuannya tidak jelas akan dipertanyakan untuk apa para pihak membuat perjanjian, dan mungkin dapat menimbulkan dugaan bahwa tujuan
perjanjian yang dibuat dilarang oleh Undang-undang. Berdasarkan pada kekurangan kekurangan diatas yang mengatakan
banyaknya kekurangan dalam pengertian perjanjian menurut pasal 1313 KUHPerdata serta terlalu luas pengertian perjanjian menurut pasal
tersebut, maka akan diberikan uraian pengertian perjanjian dalam arti sempit, dimana perjanjian dalam arti sempit adalah persetujuan dengan
mana dua pihak atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal yang bersifat kebendaan dibidang harta kekayaan.
7
Definisi dalam arti sempit ini telah menunjukan adanya persetujuan atau kesepakatan antara pihak yang satu kreditor dengan pihak yang lain
debitur, untuk melaksanaan suatu hal yang bersifat kebendaan sebagai objek perjanjian.Objek perjanjian tersebut dibidang harta kekayaan yang
dapat dinilai dengan uang. Apabila dipahami secara mendalam maka
7
Ibid, hal: 290.
pengertian perjanjian dalam arti yang lebih sempit dibidang harta kekayaan ini memuat unsur-unsur sebagai berikut:
a. Subjek perjanjian, yaitu pihak-pihak dalam perjanjian.
b. Persetujuan tetap, yaitu kesepakatan final antara para pihak.
c. Objek perjanjian, yaitu berupa benda tertentu sebagai prestasi.
d. Tujuan perjanjian, yaitu hak kebendaan yang akan diperoleh ara
pihak. e.
Bentuk perjanjian, yaitu dapat secara lisan dan tulisan. f.
Syarat-sayarat perjanjian, yaitu isi perjanjian yang wajib dipenuhi para pihak.
8
B. Syarat Sahnya Suatu Perjanjian