C. Jaminan Dalam Perjanjian Jual-Beli Mobil Dengan Kredit
Suatu pemberian kredit berarti menerima resiko tidak dibayarnya kredit baik disengaja oleh debitur maupun tidak disengaja oleh debitur. Untuk
mengantisipasi tidak dikembalikannya kredit yang diberikan maka perlu diberikannya jaminan oleh debitur kepada kreditur terhadap kredit yang
diberikan kreditur sebagai itikad baik dari debitur bahwa debitur sanggup untuk mengembalikan kredit yang dipinjamkan kepadanya.
Jaminan dalam jual beli mobil dengan kredit adalah suatu yang diberikan oleh debitur kepada kreditor berupa benda yang dapat dinilai dengan uang dimana
benda tersebut dapat menimbulkan keyakinan dari pihak kreditur bahwa debitur akan mampu mengembalikan uang kreditur dengan jumlah yang
sama.Terdapat beberapa jenis jaminan dalam suatu kebendaan yaitu: 1.
Gadai Lembaga jaminan gadai ini masih sangat banyak dan populer dikalangan
masyarakat, banyak masyarakat masih menggunakan jaminan gadai ini dalam proses kegiatan sehari-hari. Kedudukan pemegang jaminan gadai
jauh lebih kuat dibanding dengan kedudukan pemegang jaminan fidusia dikarenakan pemegang jaminan gadai itu memegang benda jaminan yang
dijaminkan oleh debitur, dengan kata lain benda jaminan berada didalam kekuasaan kreditor. Dengan adanya hal seperti ini maka kreditor jauh lebih
aman karena akan terhindar dari itikad buruk dari pemberi gadai, karena didalam gadai benda yang dijaminkan oleh pemberi gadai tidak boleh
berada ditangan pemberi gadai atau berada dibawah kekuasaan penerima gadai. Dalam Pasal 1150 KUHPerdata dapat dijumpai pengertian dari
gadai, dimana dinyatakan bahwa gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya
oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada siberpiutang itu untuk mengambil
pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang berpiutang lainnya; dengan kekecualian biaya untuk melelang barang
tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan. Dari definisi
gadai tersebut dapat dikatakan bahwa gadai merupakan perjanjian rill, yaitu perjanjian yang disamping kata sepakat diperlukan suatu perbuatan
nyata dalam hal ini penyerahan kekuasaan atas barang gadai. Penyerahan itu dilakukan oleh debitur pemberi gadai dan ditujukan pada kreditor
penerima gadai.
51
Gadai diperjanjikan dengan maksud untuk memberikan jaminan atas suatu kewajiban prestasi tertentu, yang pada umumnya tidak selalu
merupakan perjanjian utang-piutang dan karenanya dikatakan, bahwa perjanjian gadai mengabdi kepada perjanjian pokoknya atau ia merupakan
perjanjian yang bersifat accessoir. Pada prinsipnya barang gadai dapat dipakai untuk menjamin setiap kewajiban prestasi tertentu. Artinya,
perjanjian jaminan gadai hanya akan ada bila sebelumnya telah ada perjanjian pokoknya, yaitu perjanjian yang menimbulkan hubungan
hukum hutang piutang yang dijamin pelunasannya dengan kebendaan bergerak, baik kebendaan bergerak yang berwujud maupun kebendaan
51
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, Jakarta: Raja Grafindo Persada 2003 hal:93
bergerak yang tidak berwujud. Tujuan Gadai memberikan kepastian hukum yang kuat bagi kreditor-kreditor dengan menjamin pelunasan
piutangnya dari kebendaan yang digadaikan jika debitur wanprestasi.
52
a. Objek atau barang-barang gadai adalah kebendaan yang bergerak, baik
kebendaan bergerak yang berwujud maupun kebendaan bergerak yang tidak berwujud Pasal 1150, Pasal 1153 KUHPerdata;
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1150 dan pasal-pasal lainnya dari KUHPerdata, dapat disimpulkan sifat dan ciri-ciri yang
melekat pada hak gadai itu, sebagai berikut:
b. Gadai merupakan hak kebendaan atas kebendaan atau barang-barang
yang bergerak milik seseorang Pasal 1152 ayat3 jucto Pasal 528 KUHPerdata, karenanya walaupun barang-barang yang digadaikan
tersebut beralih atau dialihkan kepada orang lain, barang-barang yang digadaikan tersebut tetap atau terus mengikuti kepada siapapun objek
barang-barang yang digadaikan itu berada droit de suite. Apabila barang-barang yang digadaikan hilang atau dicuri orang lain, maka
kreditor pemegang gadai berhak untuk menuntut kembali; c.
Hak gadai memberikan kedudukan diutamakan hak preferensi atau droit de preference kepada kreditor pemegang hak gadai Pasal 1133,
Pasal 1150 KUHPerdata; d.
Kebendaan atau barang-barang yang digadaikan harus berada dibawah penguasaan kreditor pemegang hak gadai atau pihak ketiga untuk dan
atas nama pemegang hak gadai Pasal 1150, Pasal 1152 KUHPerdata;
52
Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, Jakarta: Sinar Grafika, 2008 hal: 105.
e. Gadai bersifat acessoir pada perjanjian pokok atau pendahuluan
tertentu seperti perjanjian pinam meminjam uang, utang-piutang atau perjanjian kredit Pasal 1150 KUHPerdata;
f. Gadai mempunyai sifat tidak dapat dibagi-bagi ondeelbaar, yaitu
membebani secara utuh objek kebendaan atau barang-barang yang digadaikan dan setiap bagian daripadanya, dengan ketentuan bahwa
apabila telah dilunasi sebagian dari utang yang dijamin, maka tidak berarti terbebasnya pula sebagian kebendaan atau barang-barang yang
digadaikan dari beban hak gadai, melainkan hak gadai itu tetap membebani seluruh objek kebendaan atau barang-barang yang
digadaikan untuk sisa hutang yang belum dilunasi Pasal 1160 KUHPerdata.
53
2. Jaminan Fidusia
Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-undang no 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia selanjutnya disebut sebagai UUJF maka fidusia adalah
hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat
dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang No.4 tahun 1996 tentang hak tanggungan Selanjutnya disebut UUHT,
yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai angunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang
diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya.
53
Ibid., hal: 108.
Berdasarkan perumusan ketentuan dalam Pasal 1 angka 2 UUJF, unsur- unsur jaminan fidusia, yaitu:
a. Sebagai lembaga hak jaminan kebendaan dan hak yang diutamakan;
b. Kebendaan bergerak sebagai objeknya;
c. Kebendaan tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dibebani
dengan hak taggungan juga menjadi objek jaminan fidusia; d.
Kebendaan menjadi objek jaminan fidusia tersebut dimaksudkan sebagai angunan;
e. Untuk pelunasan suatu utang tertentu;
f. Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia
terhadap kreditor lainnya.
54
Fidusia juga memiliki beberapa sifat dan ciri-ciri yang perlu diketahui, dimana sifat dan ciri-ciri itu terdiri dari:
1 Perjanjian fidusia merupakan perjanjian obligatoir
Perjanjian fidusia bersifat zakelijk berarti hak yang diperoleh penerima fidusia kreditor, merupakan hak kebendaan yang terbatas, sehingga
dapat dipertahankan terhadap siapapun juga, karenanya pasal-pasal gadai dapat diterapkan terhadapnya. Selanjutnya perjanjian fidusia
tidak menimbulkan hak milik yang sepenuhnya bagi kreditor, karena ia tidak menguasai bendanya, tidak berwenang untuk menikmati
bendanya, hanya mempunyai kewenangan terhadap benda tersebut sesuai dengan tujuan yang telah diperjanjikan, yaitu sebagai jaminan.
Jika debitur tetap memenuhi kewajibannya, ia tetap dapat memakai
54
Ibid., hal 153
dan menguasai bendanya, tetap dapat mempertahankan bendanya, juga terhadap pihak ketiga, yaitu terhadap kreditor dari penerima fidusia,
jika seandainya terjadi penyitaan terhadap penerima fidusia. Bahkan debitur tetap dapat mempertahankan haknya terhadap kurator jika
terjadi kepailitan kreditor.
55
Perjanjian fidusia bersifat obligatoir, berarti hak yang penerima fidusia merupakan hak milik yang sepenuhnya, meskipun hak tersebut dibatasi
oleh hal-hal yang ditetapkan bersama dalam perjanjian. Akan tetapi, pembatasan demikian hanya bersifat pribadi. Karena hak yang
diperoleh penerima fidusia itu merupakan hak milik sepenuhnya, ia bebas untuk menentukan cara pemenuhan piutangnya, terhadap benda
yang dijaminkan melalui fidusia. Hak yang timbul dari perjanjian fidusia adalah hak yang bersifat pribadi, yang lahir karena adanya
hubungan perutangan antara kreditor dan debitur. Ketentuan-ketentuan yang bersifat memaksa dari gadai tidak dapat diterapkan terhadapnya.
Juga para pihak bebas menentukan manakala terjadi kepailitan antara debitur atau kreditor.
56
2 Sifat accessoir dari perjanjian jaminan fidusia
Ketentuan pasal 4 undang-undang fidusia beserta penjelasannya menegaskan, bahwa jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari
suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi yang berupa memberikan sesuatu,
berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu, yang dapat dinilai dengan
55
Ibid., hal 163.
56
Ibid., hal 164.
uang. Dengan demikian ini berarti bahwa kelahiran dan keberadaan perjanjian jaminan fidusia ditentukan oleh adanya perjnjian pokok
yang menimbulkan kewajiban dan sekaligus tanggung jawab para pihak untuk memenuhi suatu prestasi sebagai akibat terjadinya suatu
perikatan.
57
a Sifat ketergantungan terhadap perjanjian pokok;
Kata ikutan yang kita jumpain dalam suatu ketentuan yang ada dalam pasal 4 undang-undang fidusia jelas menunjukan bahwa fidusia
merupakan suatu perjanjia accessoir.Sebagai suatu perjanjian accessoir, perjanjian jaminan fidusia memiliki sifat sebagai berikut:
b Keabsahannya semata-mata ditentukan oleh sah tidaknya perjanjian
pokok; c
Sebagai perjanjian bersyarat, maka hanya dapat dilaksanakan jika ketentuan yang disyaratkan dalam perjanjian pokok telah atau tidak
dipenuhi.
58
Sifat accessoir dari jaminan fidusia ini membawa akibat hukum, bahwa:
1 Dengan sendirinya perjanjian fidusia menjadi hapus karena hukum,
apabila perjanjian pokoknya itu berakhir atau karena sebab lainnya yang menyebabkan perjanjian pokoknya menjadi hapus;
2 Fidusia yang menjaminnya karena hukum beralih pula kepada
penerima fidusia yang baru dengan dialihkan perjanjian pokoknya kepada pihak lain;
57
ibid, hal 164.
58
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, op.cit. hal.131.
3 Fidusia merupakan perjanjian tidak terpisahkan dari atau selalu
melekat pada perjanjian pokoknya, karena itu hapusnya fidusia tidak menyebabkan hapusnya perjanjian pokok.
59
3 Sifat droit de suite dari fidusia: Fidusia sebagai hak kebendaan
Sifat droit de suite, juga dianut dalam suatu jaminan fidusia selain berada dijaminan hipotek dan hak tanggungan. Hal ini dapat kita lihat
dalam ketentuan Pasal 20 Undang-Undang Jaminan Fidusia. Dimana, dalam pasal 20 dinyatakan bahwa: Jaminan fidusia tetap mengikuti
benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda tersebut berada, kecuali pengalihan atas benda persediaan
yang menjadi objek jaminan fidusia. Serta penjelasan pasal 20 dari Undang-Undang Jaminan Fidusia diatas adalah sebagai berikut:
ketentuan ini mengakui prinsip “droit de suite” yang telah merupakan bagian dari pengaturan perundang-undangan indonesia dalam
kaitannya dengan hak mutlak atas kebendaan in rem. Pemberian sifat hak kebendaan disini dimaksudkan untuk memberikan
kedudukan yang kuat kepada pemegang hak kebendaan. Hal ini berangkat dari pemikiran, bahwa benda jaminan tetap menjadi pemilik
dari pemberi jaminan dan pemberi jaminan pada asasnya selama penjaminan berlangsung tetap wenang untuk mengambil tindakan
pemilikan atas benda jaminan miliknya. Dengan memberikan sifat droid pada fidusia, maka hak kreditor tetap mengikuti bendanya
59
Rachmadi Usman. op.cit, hal 165.
kedalam siapapun ia berpindah, termasuk terhadap pihak ketiga pemilik baru, yang berkedudukan sebagai pihak ketiga pemberi
jaminan.
60
Prinsip droit de suite ini dapat disimpangi atau dikecualikan, dalam hal kebendaan yang dijadikan sebagai objek jaminan Fidusia berupa benda
atau barang persediaan inventory, seperti barang jadi finished good yang diproduksi dan dipasarkan pemberi fidusia. Pengecualian prinsip
droit de suite ini dinyatakan dalam klausul terakhir ketentuan dalam Pasal 21 UUJF dinyatakan bahwa,kecuali pengalihan atas benda
persediaan yang menjadi objek jaminan Fidusia. Dengan demikian berarti sifat hak kebendaan berupa droit de suite tidak berlaku terhadap
benda-benda persediaan, yaitu stok barang dagangan. Pengecualian ini didasarkan pada sifat kebendaannya berupa barang-barang dagangan,
yang memang untuk didagangkan atau diperjual belikan, sehingga sifat droit de suite dengan sendirinya tidak dapat diterapkan kepada
kebendaan yang dimaksud. Pada dasarnya debitur pemberi fidusia tidak lagi memiliki wewenang melakukan pengasingan atau suatu
pengalihan terhadap objek benda jaminan fidusia kepada pihak lain, hal ini dikarenakan telah terjadinya suatu pengalihan hak kepemilikan
atas benda jaminan fidusia secara constitutum possessorium dari debitur pemberi fidusia kepada kreditur penerima fidusia.
Ketentuan larangan pengalihan objek jaminan fidusia oleh debitur pemberi fidusia ini tidak lagi berlaku bila objek jaminan fidusia
60
ibid., hal: 166
berupa benda-benda dalam persediaan, ketentuan dalam Pasal 21 ayat 1 dinyatakan bahwa:Pemberi Fidusia dapat mengalihkan benda
persediaan yang menjadi objek jaminan Fidusia dengan cara dan prosedur yang lazim dilakukan dalam usaha perdagangan.
4 Fidusia memberikan kedudukan diutamakan droit de preference
Sama halnya seperti hak angunan lainnya maka jaminan fidusia menganut prinsi droit de preference sesuai ketentuan Pasal 28 UUJF,
Prinsip ini berlaku sejak tanggal pendaftarannya pada Kantor Pendaftaran Fidusia. Jadi disini berlaku adagium first registered, first
secured.Hak yang didahulukan sebagaimana dimaksud diatas adalah hak penerima fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil
eksekusi Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia. Hak untuk mengambil pelunasan ini mendahului kreditor-kreditor lainnya.
Bahkan sekalipun pemberi fidusia ini dinyatakan pailit atau di liqiudasi, hak yang didahulukan dari penerima fidusia tidak hapus
karena benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia tidak termasuk dalam harta pailit Pemberi Fidusia.
Dapat dikatakan bahwa ketentuan diatas berhubungan dengan ketentuan bahwa Jaminan Fidusia merupakan hak angunan atas kebendaan
bagi pelunasan utang.
61
3. Hipotek
61
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, op. Cit., hal.131.
Berdasarkan Pasal 1162 KUHPerdata maka pengertian hipotek adalah suatu hak kebendaan atas benda-benda tidak bergerak, untuk mengambil
pergantian dari padanya bagi pelunasan suatu perikatan.
62
Dari bunyi ketentuan pasal 1162 KUHPerdata, tampaknya hak hipotek mirip dengan
hak gadai, yaitu sama-sama sebagai hak jaminan kebendaan; sedangkan bedanya, hak gadai merupakan hak jaminan yang dibebankan kepada
kebendaan bergerak, dan hak hipotek merupakan hak jaminan yang dibebankan kepada kebendaan tidak bergerak.
63
a. Pasal 1167 KUHPerdata dinyatakan bahwa benda bergerak tidak dapat
dibebani dengan hipotek. Pasal-pasal dalam KUHPerdata yang juga memberikan penjelasan
lebih lanjut tentang pengertian mengenai hipotek adalah sebagai berikut:
b. Pasal 1168 KUHPerdata dinyatajab bahwa Hipotek tidak dapat
diletakan selainnya oleh siapa yang berkuasa memindahtangankan benda yang dibebani.
c. Pasal 1171 ayat 1 KUHPerdatadinyatakan bahwa Hipotek hanya
dapat diberikan dengan suatu akta autentik, kecuali dalam hal-hal yang dengan tegas ditunjuk oleh Undang-Undang.
d. Pasal 1175 ayat 1 KUHPerdatadinyatakan bahwa Hipotek hanya
dapat diletakan atas benda-benda yang sudah ada. Hipotek atas benda- benda yang baru akan ada dikemudian hari adalah batal.
62
ibid., hal. 94.
63
Rachmadi Usman, op. Cit., hal.247
e. Kemudian dalam Pasal 1176 ayat 1 KUHPerdatadinyatakan bahwa
suatu hipotek hanyalah sah, sekedar jumlah uang untuk mana ia telah diberikan adalah tentu dan ditetapkan didalam akta.
Berdasarkan perumusan pengertian hipotek dan pasal-pasal lainnya dari KUHPerdata, dapat dirumuskan bahwa hipotek adalah hak kebendaan atas
benda tidak bergerak benda tetap, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahulu kepada
pemegangnya. Dengan demikian Hipotek mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
64
1 Hipotek merupakan suatu hak kebendaan atas benda-benda yang tidak
bergerak benda tetap; jadi benda jaminan hipotek yang menjadi objek hipotek itu kebendaan yang tidak bergerak benda tetap, kebendaan
selain benda tidak bergerak atau benda bergerak tidak dapat dibebani dengan hipotek; benda-benda yang disebutkan terakhir tersebut hanya
dapat dibebani dengan gadai Pasal –Pasal 1162, 1164 dan 1167 KUHPerdata;
:
2 Hipotek mereupakan lembaga hak jaminan untuk pelunasan hutang
sejumlah uang tertentu yang sebelumnya diperjanjikan dalam suatu akta, karenanya pemegang hipotek tidak berhak untuk menguasai dan
memiliki kebendaan jaminan itu, semata-mata benda-benda tidak bergerak tersebut sebagai jaminan bagi pelunasan sejumlah utang
tertentu Pasal 1162 KUHPerdata;
64
ibid, hal: 248.
3 Walaupun pemegang hipotek tidak diperkenankan untuk menguasai
dan memiliki kebendaan jaminan yang dihipotekan tesebut, namun diperkenankan untuk diperjanjikan menjual atas kekuasaan sendiri
berdasarkan parate eksekusi kebendaan jaminannya jika debitur wanprestasi Pasal 1178 KUHPerdata;
4 Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahulu kepada
pemegang hipotek Pasal-Pasal 1133, 1134 ayat 2, 1198 bahwa jika debitur cidera janji, kreditor pemegang hipotek berhak menjual
kebendaan jaminan, dengan hak mendahulu daripada kreditor-kreditor yang lain;
5 Mudah pelaksanaan eksekusinya Pasal 1178 ayat 2 KUHPerdata.
Berdasarkan jenis-jenis dari jaminan yang sudah dijelaskan di atas maka dalam perjanjian jual beli mobil dengan kredit akan menemukan jaminan didalamnya,
dimana jual beli mobil dengan kredit ini menggunakan jaminan dalam bentuk fidusia, hal itu dapat dilihat dari suatu kebiasaan yang terjadi didalam masyarakat,
selain itu dikatakan perjanjian jual beli mobil dengan kredit menggunakan jaminan fidusia karena mobil yang menjadi jaminan tetap berada ditangan debitur
dan tetap di bawah kekuasaan debitur, selain itu jual beli mobil dengan kredit ini adalah jual beli suatu barang yang terdapat dalam golongan barang bergerak
sehingga merupakan suatu objek jaminan fidusia, sehingga dalam hal ini kreditur menggunakan suatu asas kepercayaan bahwa debitur akan mempu membayar
utangnya kepada kreditur, hak ini dapat dilihat dari jaminannya tetap berada ditangan debitur.Apabila terjadi proses jual-beli mobil dengan kredit maka akan
ada jaminan didalam jual-beli itu, dimana jaminan itu adalah jaminan fidusia
dengan benda jaminannya adalah mobil yang menjadi objek jual-beli dengan kredit. Namun walaupun mobil yang menjadi objek jual-beli dengan kredit yang
menjadi jaminannya, mobil tersebut tetap berada dibawah kekuasaan pihak debitur, dan yang ada ditangan kreditor sebagai jaminannya adalah BPKB dari
mobil tersebut, sehingga kreditor tidak bisa menguasai mobil yang menjadi jaminan kredit tersebut selama debitur tetap menjalankan kewajibannya untuk
melunasi hutangnya sampai waktu yang telah diperjanjikan.
D. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Jual Beli