Republika juga mempunyai kata-kata yang telah disepakati bersama.
Maksudnya apabila terdapat perbedaan dan banyak pendapat mengenai kata yang memungkinkan banyak ragam dalam penulisannya, Republika mempunyai
kesepakatan bersama atau konsensus. Misalnya kata “kabah” apakah penulisannya adalah “ka’bah” atau “kabah.” Contoh lain kata “Al Qaida” apakah ditulis “Al
Qaeda” atau “Al Qaida”. Mengenai kasus tersebut Republika mempunyai kesepakatan atau
konsensus di luar Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI. Untuk penulisan kata “Al Qaida” Republika mengambilnya dari bahasa Arab langsung. Sehingga
penulisan kata tersebut adalah “Al Qaida.” Seperti yang diungkapkan oleh Elba Damhuri sebagai berikut:
”Contoh lain Al Qaida kalau bahasa Indonesia Al Qaeda, tetapi karena kita mengambilnya dari bahasa Arab langsung jadi kita menulisnya
Al Qaida.”
50
B. Penggunaan Bahasa dalam Berita Utama Surat Kabar Republika
Berita utama merupakan berita yang disajikan pada halaman pertama surat kabar. Masing-masing surat kabar akan berbeda dalam menentukan berita utama.
Tergantung hasil rapat redaksi yang dilakukan di masing-masing berita. Berita utama surat kabar Republika ditentukan pada rapat redaksi yang dilakukan setiap
hari pukul 13.00 WIB. Pemilihan berita utama di surat kabar Republika berdasarkan beberapa
kriteria. Kriteria yang paling utama adalah dilihat dari nilai beritanya. Selain itu, dilihat dari segi dampaknya terhadap publik. Maksudnya adalah apakah sangat
besar dampaknya bagi publik atau tidak.
50
Lampiran wawancara
Dalam penyajian berita utama, surat kabar Republika mempunyai pedoman yang disebut SOP dan bersandar pada Kamus Besar Bahasa Indonesia
KBBI. SOP ini menjadi pegangan wajib bagi wartawan, reporter, redaktur dan semua yang ada dalam harian umum Republika. Salah satu contohnya adalah
dalam penulisan paragraf. Dalam satu paragraf terdiri dua kalimat. Satu kalimat paling banyak sebelas kata. Karena memudahkan pembaca untuk membaca.
Penulisan judul pun tidak boleh lebih dari enam kata.
C. Analisis Bahasa Jurnalistik
Penulisan berita tidak mutlak selalu benar dan bersandar pada KBBI, EYD, dan SOP. Sehingga sering ditemukan salah ejaan, kata-kata mubazir,
penulisan paragraf terdiri dari satu kalimat, dan sebagainya. Hal ini bisa saja terjadi karena faktor deadline yang tinggi.
Peneliti meneliti teks berita utama surat kabar Republika bulan Desember 2008. Tujuannya untuk mengetahui seberapa jauh penggunaan bahasa jurnalistik
atau bahasa jurnalistik Indonesia di surat kabar tersebut. Untuk membantu dalam penelitian, peneliti menyediakan ciri bahasa
jurnalistik yang dikemukakan Kunjana Rahardi. Hasil penelitian akan disajikan dalam sebuah tabel. Tabel tersebut berisi paragraf, data kalimat dan analisis
bahasa jurnalistiknya. Selanjutnya peneliti menghitung modus masing-masing ketidaksesuaian
dengan ciri bahasa jurnalistik. Modus menunjukkan frekuensi terbesar pada suatu kelompok data. Modus tersebut merupakan frekuensi yang paling sering muncul.
Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui ketidaksesuaian yang sering muncul
objek yang diteliti dengan ciri bahasa jurnalistik. Hasil penelitian dan pembahasannya lebih lanjut sebagai berikut:
Berita 1
Berita pertama adalah Berita utama surat kabar Republika tanggal 1
Desember 2008. Berita yang disajikan oleh koran tersebut berjudul Produksi Padi Terus Naik. Berita tersebut terdiri dari 14 paragraf dan 40 kalimat. Analisis
datanya adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Analisis bahasa jurnalistik berita utama 1 Desember 2008
Paragraf Data Kalimat
Analisis
1 Produksi padi tahun 2008
diperkirakan naik 5,4 persen atau
merupakan yang
tertinggi dalam 20 tahun terakhir.
Paragraf pertama melanggar ciri tidak
mubazir. Pembuktiannya
ialah kata merupakan menurut hemat peneliti seharusnya di
buang. Tanpa adanya kata tersebut tidak
mengurangi makna
sebenarnya, bahkan terlihat lebih ringkas.
Kalimat tersebut menjadi sebagai berikut:
Produksi padi
tahun 2008
diperkirakan naik 5,4 persen atau yang tertinggi dalam 20 tahun
terakhir. 2
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
mengklaim pertanian maju pesat sejak
program revitalisasi
pertanian diluncurkan tiga tahun lalu. Buktinya, kata
dia, Indonesia
berhasil swasembada
beras dan
jagung. Paragraf dua tidak ada kesalahan
atau tidak
ada masalah.
Pembuktiannya ialah
kalimat tersebut spesifik, jelas makna,
komunikatif, hemat kata dan tidak ada kata mubazir.
komunikatif artinya kalimat di samping tidak berbelit-belit dan
langsung pada
pokok permasalahan. Spesifik maksudnya
disusun oleh
kalimat-kalimat pendek. Jika kita mengamatinya
paragraf di samping masing- masing kalimat tersusun kurang
dari 20 kata. Hal ini memudahkan pembaca mengerti maksud yang
disampaikan oleh wartawan dalam tulisannya.
Hemat kata artinya memegang
teguh prinsip
ekonomi kata.
Maknanya jelas
dan mudah
ditangkap, dan tidak terdapat kata- kata mubazir.
3 Adapun kenaikan 5,4 persen
tahun ini merupakan yang tertinggi dalam 20 tahun
terakhir. Paragraf tiga melanggar ciri tidak
mubazir. Kata
adapun pada
kalimat kedua menurut hemat penulis dihilangkan. Tanpa adanya
kata adapun makna kalimat kedua tetap sama. Sehingga kalimat
kedua menjadi sebagai berikut: Kenaikan 5,4 persen tahun ini
merupakan yang tertinggi dalam 20 tahun terakhir.
4 Keberhasilan
ini, kata
presiden, merupakan buah kerja kerja keras petani,
penyuluh, dan pemerintah. “Mari,
jadikan Indonesia
sebagai lumbung
pangan dunia,” kata Presiden pada
acara Jambore dan Festival Karya Penyuluh Pertanian II
Paragraf empat
tidak ada
kesalahan atau tidak ada masalah. Pembuktiannya
ialah kalimat-
kalimat di
samping mudah
ditangkap maksudnya.
Serta kalimatnya tidak berbunga-bunga
dan tidak melenceng dari pokok isi berita.
di Cibodas, Cianjur, Jawa Barat, Ahad 3011.
5 Presiden tak terima jika
pertanian dikatakan gagal. “Kalau dikatakan pertanian
gagal, sakit saudara-saudara. Sakit para bupati, sakit para
gubernur, sakit kita semua,” kata Presiden pada acara
yang dihadiri 4.500 penyuluh dari seluruh Indonesia itu.
Paragraf lima tidak ada kesalahan atau tidak ada masalah. Isi
paragraf lima bersifat spesifik, mudah
ditangkap maksudnya,
tidak terdapat kata-kata mubazir dan hemat kata.
6 Menteri
Pertanian Anton
Apriyanto mengatakan
produksi bahan pangan lain juga meningkat. Produksi
jagung, misalnya,
diperkirakan 15,86 juta ton atau
meningkat 19,6.
Kedelai, kelapa sawit, dan daging, kata Anton, juga
diperkirakan naik. Paragraf enam melanggar ciri
tidak mubazir. Dapat dilihat pada kalimat ketiga. Menurut hemat
penulis kata seperti kata Anton seharusnya dihilangkan.
Alasannya ialah pada kalimat pertama telah disebutkan bahwa
Menteri Pertanian
Anton Apriyanto
Mengatakan….dst. Sehingga kata “kata Anton” tidak
perlu digunakan lagi, sebab sudah merujuk pada kalimat pertama.
7 Untuk tahun depan, meski
ada krisis keuangan global, tetap Rp 33 triliun.
Kalimat di samping melanggar ciri tidak
mubazir. Pembuktiannya
ialah Kata untuk dalam kalimat tersebut sebaiknya dihilangkan
saja. Kalimat tersebut menjadi lebih ringkas apabila kata untuk
dihapus. Kalimat tersebut menjadi: Tahun depan, meski ada krisis
keuangan global, tetap Rp 33 triliun.
8 Sementara itu, Dirut Perum
Bulog, Mustafa Abubakar, mengatakan, Indonesia sudah
bisa mengekspor
beras pertengahan 2009.
Paragraf delapan melanggar ciri tidak mubazir. Seharusnya kata
sementara itu dibuang saja, karena
tanpa adanya kata sementara itu tidak mengurangi makna kalimat
pertama dalam paragraf kedelapan. Sehingga kalimat pertama pada
paragraf kedelapan ialah: Dirut Perum Bulog, Mustafa
Abubakar, mengatakan, Indonesia sudah bisa mengekspor beras
pertengahan 2009. 9
Setidaknya ada tiga kondisi Paragraf sembilan melanggar ciri
yang memungkinkan ekspor.
Ketiga, Februari dan Maret 2009 akan ada panen beras
musim rendengan. tidak mubazir. Menurut hemat
penulis kata
setidaknya dihilangkan, karena tanpa adanya
kata setidaknya
tidak menghilangkan makna sebenarnya.
Sehingga bunyi kalmiat pertama pada paragraf sembilan ialah:
Ada tiga
kondisi yang
memungkinkan ekspor. Kalimat tersebut melanggar ciri
tidak mubazir.
Pembuktiannya ialah Penggunaan kata akan pada
kalimat disamping bisa dihapus. Alasannya
ialah kata
akan menunjukan arti masa yang akan
datang atau waktu yang akan datang.
Sedangkan keterangan
waktu dalam kalimat tersebut sudah jelas yaitu Februari dan
Maret. Jadi
kalimat tersebut
menjadi sebagai berikut: Ketiga, Februari dan Maret 2009
ada panen beras musim rendengan.
10 Yang diekspor, kata Mustafa,
adalah beras premium yang memiliki harga kompetitif di
pasar internasional, seperti Cianjur, Pandan Wangi, dan
Organik SRI.
Setelah itu, beras medium, seperti Ciherang dan IR III.
Paragraf sepuluh melanggar ciri spesifik dan ekonomi kata atau
hemat kata. Kalimat pertama melanggar ciri spesifik, kalimat
tersebut bisa menjadi dua kalimat. Seharusnya menurut hemat penulis
kalimat tersebut menjadi sebagai berikut:
Mustafa Mengatakan beras yang diekspor ialah beras premium yang
memiliki harga kompetitif di pasar internasional.
Seperti Cianjur,
Pandan Wangi, dan Organik SRI. Kata adalah pada kalimat pertama
tidak tepat, karena kata adalah digunakan untuk menunjukkan
sebuah definisi. Kata adalah diganti oleh kata ialah.
Kata setelah itu pada kalimat kedua dihilangkan saja dan lebih
baik diganti
dengan kata
kemudian . Alasannya ialah prinsip
ekonomi kata atau hemat kata.
11 “Kita bisa ekspor ke negara
yang letak
geografisnya dekat
dengan Indonesia,
seperti Timor Leste, Filipina, Malaysia, Brunei, Singapura,
dan Hong
Kong,” kata
Mustafa. Paragraf
sebelas tidak
ada kesalahan dalam segi spesifik,
jelas makna,
hemat kata,
komunikatif dan tidak mubazir. Tetapi, ada satu kesalahan yaitu
dalam satu paragraf terdiri dari satu kalimat. Seharusnya paragraf
terdiri sedikitnya dua kalimat. 12
Pengamat ekonomi pertanian Bustanul Arifin, mengatakan,
tak masalah bila pemerintah hendak melakukan ekspor,
asalkan harga stabil dan kebutuhan
dalam negeri
tercukupi. “Yang
jelas, jangan sampai kita ekspor
beras, tetapi
rakyat kelaparan. Selain itu yang
berhak melakukan ekspor beras hanya Bulog dengan
pengawasan ketat
pemerintah,” katanya. Paragraf dua belas tidak ada
masalah atau tidak ada kesalahan. Pembuktiannya
ialah kalimat
disampaikan dengan mudah dapat dipahami oleh khalayak umum
pembaca. Selain
itu, menyampaikan pengertian atau
makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang
berbunga-bunga. Sehingga kalimat tersebut tidak melanggar prinsip
spesifik, komunikatif, jelas makna, hemat kata dan tidak mubazir.
13 Dia
juga mengingatkan, Paragraf tiga belas tidak ada
lahan pertanian menyusut 40-70 ribu hektare per tahun.
Kebanyakan lahan tersebut dialihfungsikan
menjadi perumahan, perkantoran, dan
pusat perbelanjaan. Padahal, membuat sawah baru tak
mudah karena perlu tanah yang
cocok dengan
pengairan baik. “Pemerintah seharusnya bersikap tegas
dalam mengamankan lahan pertanian,” katanya.
masalah atau tidak ada kesalahan. Pembuktiannya ialah dilihat dari
segi komunikatif kalimat tersebut tidak berbelit-belit. Paragraph di
samping disusun oleh kalimat yang singkat dan padat informasi
spesifik. Dilihat dari segi jelas makna, kalimat di samping mudah
ditangkap maksudnya
tidak menimbulkan makna yang bukan
sebenarnya. Selain itu, kata-kata dalam kalimat di samping berciri
minim karakter hemat kata dan tidak terdapat kata-kata mubazir.
14 Soal revitalisasi pertanian,
Bustanul Arifin
menilai belum sepenuhnya berhasil.
“Produksi padi
yang meningkat
memang merupakan indikasi bahwa
revitalisasi pertanian berjalan cukup baik. Tapi, masih
perlu diperbaiki.
Sebab, Paragraf empat belas tidak ada
masalah atau tidak ada kesalahan. Maksudnya
kalimat tersebut
disusun oleh kalimat-kalimat yang komunikatif, spesifik, jelas makna,
dan tidak terdapat kata-kata yang mubazir. Kalimat di samping
menyampaikan makna
secara langsung
dengan menghindari
masih banyak bahan pangan kita yang bergantung dari
luar negeri, seperti impor kedelai dan daging sapi,”
katanya. bahasa yang berbunga-bunga.
Tabel 2. Ketidaksesuaian berita utama 1 Desember 2008 dengan ciri bahasa jurnalistik
No. Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik
Frekuensi 1
Komunikatif -
2 Spesifik
1 3
Hemat Kata 1
4 Jelas Makna
- 5
Tidak Mubazir dan Tidak Klise 7
Dalam berita utama tanggal 1 Desember 2008. Ciri tidak mubazir dan tidak klise merupakan yang sering dilanggar. Buktinya ialah dari 40 kalimat yang
diteliti, terdapat tujuh kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik tidak mubazir dan tidak klise. Satu kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik
spesifik dan hemat kata.
Berita 2
Berita kedua adalah Berita utama surat kabar Republika tanggal 9
Desember 2008. Berita yang disajikan oleh koran tersebut berjudul ‘Indonesia Butuh Keteladanan’. Berita tersebut terdiri dari 12 paragraf dan 32 kalimat.
Analisis datanya adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Analisis bahasa jurnalistik berita utama 9 Desember 2008
Paragraf Data Kalimat
Analisis
1 Keteladanan Nabi Ibrahim
dan Ismail, kata Nuh, sangat
patut dijadikan
inspirasi. Paragraf pertama melanggar ciri
tidak mubazir. Buktinya
dapat dilihat
pada kalimat
terakhir paragraf tersebut. Menurut hemat
penulis kata sangat patut seharusnya ditulis patut saja, sehingga lebih
sederhana. Kalimat tersbut menjadi sebagai berikut:
Keteladanan Nabi Ibrahim dan Ismail, kata Nuh, patut dijadikan
inspirasi. 2
Nuh mengatakan, Ibrahim telah
memperlihatkan keikhlasan melaksanakan
perintah menyembelih
anaknya, Ismail. Paragraf dua melanggar ciri tidak
mubazir. Pembuktiannya ialah kata telah
seharusnya dihilangkan.
Alasan lainnya
ialah bahasa
Indonesia tidak mengenal bentuk kata lampau.
Kalimat di samping menjadi sebagai
berikut: Nuh
mengatakan, Ibrahim
memperlihatkan keikhlasan
melaksanakan perintah
menyembelih anaknya, Ismail. 3
Dalam konteks kekinian, pengorbanan Ibrahim dan
Ismail itu
dapat diwujudkan
dalam kesediaan melepaskan apa
saja yang
dianggap berharga-seperti deposito,
jabatan, dan kedudukan- demi kepentingan
yang lebih besar.
Paragraf tiga tidak ada masalah dalam segi spesifik, komunikatif,
jelas makna, hemat kata dan tidak mubazir. Tetapi terdapat kesalahan
yaitu paragraf terdiri dari satu kalimat.
Seharusnya paragraf
sedikitnya terdiri dua kalimat.
4 Pengorbanan seperti ini,
dinilai Nuh
merupakan investasi yang baik untuk
masa depan. “Sanggupkah kita mengorbankan itu?
Insya Allah kita semua bisa. Allah yang mengganti
pengorbanan itu.” Paragraf empat tidak ada kesalahan
atau tidak ada masalah. Kalimatnya menghindari
penjelasan yang
panjang dan bertele-tele. Membuang kata-kata mubazir dan menerapkan
ekonomi kata.
5 Shalat Idul Adha di Masjid
Istiqlal, antara lain, dihadiri Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono, Wakil
Presiden Jusuf
Kalla, menteri-menteri
Kabinet Indonesia Bersatu KIB,
duta besar negara sahabat, dan masyarakat umum.
Paragraf lima melanggar ciri tidak mubazir. Menurut hemat peneliti
kata antara lain dapat dihilangkan. Tanpa
kehadiran kata
tersebut makna kalimat pada paragraf kelima
tetap sama.
Kalimat tersebut
menjadi sebagai berikut: Shalat Idul Adha di Masjid Istiqlal
dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Presiden Jusuf
Kalla, menteri-menteri
Kabinet Indonesia Bersatu KIB, duta besar
negara sahabat, dan masyarakat umum.
6 Nuh
mengibaratkan kehidupan seperti sebuah
sekolah. Ada murid, guru, dan
proses belajar
mengajar. “Guru bangsa tidak hanya mengajarkan
bagaimana menghadapi
dan menyelesaikan
masalah, tapi
juga Paragraf enam tidak ada kesalahan
atau tidak ada masalah. Kalimatnya langsung pada pokok masalah to
the point , tidak memboroskan
waktu pembaca. Maksudnya tidak baur dan tidak kabur. Kalimat
tersebut bisa dimengerti oleh semua pembaca
baik kalangan
atas, menengah, dan bawah. Inti dari
memberikan contoh yang nyata dan tegas. Indonesia
butuh keteladanan guru bangsa,” katanya.
paragraf tersebut ialah Indonesia butuh keteladanan.
7 Tugas umat, kata dia,
adalah mencari jawaban, bukan
mempersoalkan persoalan.
Paragraf tujuh
melanggar ciri
ekonomi kata. Buktinya adalah kata adalah
pada kalimat
kedua seharusnya diganti dengan kata
ialah . Selain itu penggunaan kata
adalah dalam kalimat tersebut tidak
tepat, karena kata adalah lazim digunakan
untuk menunjukkan
definisi. 8
Pada Idul Adha tahun ini, Masjid Istiqlal menerima
15 sapi dan 218 kambing. Paragraf delapan melanggar ciri
tidak mubazir. Menurut hemat peneliti kata pada dalam kalimat
tersebut dihilangkan
saja dan
maknanya pun tetap sama tidak berubah. Sehingga bunyi kalimat
tersebut ialah: Idul Adha tahun ini, Masjid Istiqlal
menerima 15 sapi dan 218 kambing. 9
Saat menyampaikan Paragraf
sembilan tidak
ada
khutbah Idul Adha di Stadion Siliwangi, Cimahi,
Jawa Barat, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din
Syamsuddin, menyatakan esensi Idul Adha adalah
gerakan tauhid. “Dengan gerakan tauhid, umat Islam
dapat bangkit
dari keterpurukan.” Kata Din,
ada sejumlah watak yang perlu dimiliki oleh bangsa
ini untuk
bangkit. Diantaranya,
tidak mementingkan diri sendiri.
masalah. Kalimat
di samping
menceritakan peristiwa di tempat berbeda.
Tetapi, masih
dalam konteks peristiwa yang sama yaitu
Idul Adha.
Kalimatnya tidak
berbelit-belit, disusun
dengan kalimat
yang singkat.
Mudah ditangkap
maksudnya dan
menggunakan kata
yang mengandung makna sebenarnya.
10 Ketua PBNU, Said Agil
Siradj, lebih menekankan pada aspek kelembutan
ajaran Islam
saat menyampaikan
khutbah Idul Adha di Masjid Raya
Jakarta Islamic Center. Melanggar ciri tidak mubazir. Kata
lebih menekankan seharusnya ditulis
menekankan saja, sehingga bunyi
kalimat tersebut ialah: Ketua PBNU, Said Agil Siradj,
menekankan pada aspek kelembutan ajaran Islam saat menyampaikan
khutbah Idul Adha di Masjid Raya
Jakarta Islamic Center. 11
Dia juga meminta umat Islam berkorban dengan
mengesampingkan hal-hal yang
bersifat parsial
furu’iyah. “Itu
hanya membuang
waktu dan
energi, yang seharusnya kita gunakan untuk berpikir
dan bekerja demi kemajuan dan kemaslahatan umat.”
Paragraf sebelas melanggar ciri jelas makna. Kalimat pertama terdapat
kata “parsial furu’iyah” seharusnya kata tersebut dijelaskan terlebih
dahulu. Sehingga semua pembaca mengetahui maksud atau makna
kalimat tersebut. Surat kabar di baca oleh semua kalangan sehingga
dalam penyajian kalimatnya harus dimengerti oleh semua kalangan
pembaca. 12
Di Masjid
Al-Azhar, Jakarta Selatan, Menteri
Pemuda dan
Olahraga, Adhyaksa
Dault, yang
menjadi khatib,
menyatakan, kecintaan dan ketaatan
kepada Allah
menuntut kesiapan
berkorban. Dia mengkritik pengorbanan umat Islam
yang dinilainya menurun. Paragraf dua belas tidak ada
kesalahan atau tidak ada masalah. Kalimat di samping tidak berbelit-
belit sehingga pembaca tidak perlu menganalisisnya ketika membaca.
Kalimatnya jelas makna, tidak terdapat kata mubazir, spesifik, dan
memegang teguh prinsip ekonomi kata.
“Umat Islam enggan ke masjid, namun ringan ke
shopping center .”
Tabel 4. Ketidaksesuaian berita utama 9 Desember 2008 dengan ciri bahasa jurnalistik
No. Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik
Frekuensi 1
Komunikatif -
2 Spesifik
- 3
Hemat Kata 1
4 Jelas Makna
1 5
Tidak Mubazir dan Tidak Klise 5
Dalam berita utama tanggal 9 Desember 2008. Ciri tidak mubazir dan tidak klise merupakan yang sering dilanggar. Buktinya ialah dari 32 kalimat yang
diteliti, terdapat lima kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik tidak mubazir dan tidak klise. Masing-masing satu kalimat yang melanggar ciri bahasa
jurnalistik hemat kata dan jelas makna.
Berita 3
Berita ketiga adalah Berita utama surat kabar Republika tanggal 17
Desember 2008. Berita yang disajikan oleh koran tersebut berjudul RUU Minerba Disahkan. Berita tersebut terdiri dari 14 paragraf dan 30 kalimat.
Analisis datanya adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Analisis bahasa jurnalistik berita utama 17 Desember 2008
Paragraf Data Kalimat
Analisis
1 Pembahasan
Rancangan Undang-Undang
RUU Mineral
dan Batu
Bara Minerba
yang dimulai
sejak 4 Juli 2005, akhirnya ketok palu, kemarin.
Paragraf satu melanggar ciri tidak mubazir.
Pembuktiannya ialah
kata akhrinya
ketok palu
seharusnya diganti dengan kata berakhir
atau ditutup. Sehingga kalimat tersebut menjadi:
Pembahasan Rancangan Undang- Undang RUU Mineral dan Batu
Bara Minerba yang dimulai sejak 4 Juli 2005, berakhirditutup,
kemarin. 2
“Meskipun tidak tercapai kesepakatan secara bulat,
RUU tetap disahkan,” kata pimpinan Sidang Paripurna
DPR, Muhaimin Iskandar, menutup
sidang, Selasa
1612. Dilihat
dari segi
spesifik, komunikatif, hemat kata, jelas
makna dan tidak mubazir kalimat di samping tidak ada masalah.
Kalimatnya tidak berbunga-bunga sehingga pembaca tidak perlu
menganalisisnya ketika membaca. Pembaca akan mengetahui isi dari
kalimat di
samping tanpa
membaca berulang-ulang.
Kalimatnya sarat informasi dan
makna kalimat sudah jelas yaitu meskipun
tidak tercapai
kesepakatan bulat RUU Minerba tetap disahkan.
3 Saat
menyampaikan pandangan, Menteri ESDM,
Purnomo Yusgiantoro,
mengatakan, keberadaan UU Minerba itu untuk menjaga
supaya iklim usaha di sektor pertambangan umum tetap
terjaga. Paragraf tiga terdapat kesalahan
yaitu singkatan
ESDM pada
paragraf tersebut tidak dijelaskan. Seharusnya menurut hemat penulis
singkatan ESDM
tersebut dijelaskan seperti berikut:
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM.
Kalimat disamping melanggar ciri ekonomi kata dan tidak mubazir.
Pembuktiannya ialah kata itu untuk
seharusnya dihilangkan saja. Karena kata tersebut merupaka
kata mubazir. Apabila kata itu untuk
dihapus, kalimat di samping akan enak dibaca.
Pembuktian selanjutnya
penggunaan kata supaya diganti oleh kata agar. Alasannya ialah
bahasa jurnalistik harus memegang teguh prinsip ekonomi kata.
Kalimat tersebut menjadi sebagai berikut:
Saat menyampaikan pandangan, Menteri Eneregi dan Sumber Daya
Mineral ESDM,
Purnomo Yusgiantoro,
mengatakan, keberadaan UU Minerba menjaga
agar iklim
usaha di
sektor pertambangan umum tetap terjaga.
4 Dia
juga menegaskan,
kontrak yang sudah berjalan selama ini tetap dihormati.
“Kita ingin menghormati
kontrak yang sudah ada untuk menjaga iklim usaha,”
paparnya. Namun, sejumlah pasal dalam kontrak lama
tetap akan
disesuaikan dengan UU yang baru. “Isi
kontrak lama
akan disesuaikan, kecuali untuk
Paragraf empat tidak ada masalah. Pembuktiannya
kalimat-kalimat yang terdapat dalam paragraf
empat langsung
pada pokok
permasalahan seputar
UU Minerba.
Kalimat-kalimatnya bersifat spesifik disusun dengan
kalimat-kalimat yang
singkat. Kalimat-kalimatnya berciri hemat
kata dan tidak terdapat kata mubazir.
Maknanya dapat
ditangkap oleh semua kalangan
penerimaan Negara.” pembaca
tanpa harus
menganalisisnya lagi. 5
Usai sidang, Dirjen Mineral Batu Bara dan Panas Bumi
Departemen ESDM,
Bambang Setiawan,
menjelaskan, pasal-pasal
yang diperdebatkan dalam UU
Minerba sebenarnya
sudah diatur.
“Kalau bentuknya
perjanjian pengusahaan, kontrak yang
berbentuk izin usaha akan tetap berlaku.”
Paragraf lima tidak ada masalah. Paragraf lima tidak melenceng dari
topik pembahasan mengenai UU Minerba.
Masih memperkuat
paragraf-paragraf sebelumnya.
Kalimatnya tidak disusun dengan kalimat yang berbunga-bunga dan
tidak berbelit-belit
sehingga pembaca mudah membacanya.
Pembaca mudah
mengetahui maksud paragraf lima tanpa harus
mengerutkan dahi. Kalimatnya tidak terdapat kata yang mubazir
dan menerapkan prinsip ekonomi kata.
6 Ketua Komite Tetap Kadin
Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral, Herman Afif
Kusumo, menilai, UU itu lebih menjamin kedaulatan
Negara dan
pengusaha Paragraf enam melanggar ciri
ekonomi kata.
Pembuktiannya ialah kata Ketua Komite Tetap
Kadin Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral
seharusnya menjadi Ketua Komite Tetap Kadin Bidang
nasional atas pengusahaan pertambangan.
ESDM .
7 “Kalau
ada asing
yang protes, wajar saja. Tapi,
semua persoalan
bisa dibicarakan melalui dialog
dan duduk bersama dengan pemerintah,” katanya.
Paragraf tujuh tidak ada masalah. Kalimat di samping tersusun oleh
kalimat-kalimat yang pendek dan singkat.
Menggunakan makna
yang sebenarnya.
Kalimatnya tidak membahas kepada persoalan
yang lain.
Pembaca mudah
menangkap maksud
yang disampaikan
oleh wartawan
melalui tulisannya. 8
Herman juga mengatakan, ketentuan
peralihan UU
Minerba yang menyebutkan keberadaan Kontrak Karya
KK dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan
Batu Bara PKP2B sudah merupakan
jaminan bagi
kepastian hukum
di Indonesia.
“Kita harus
menghormati, jangan sampai Paragraf
delapan tidak
ada masalah. Paragraf di samping
disusun oleh kalimat-kalimat yang tidak
bertele-tele. Tidak
melenceng ke pembahasan lain. bSelain itu, tidak memboroskan
waktu pembaca untuk menangkap isi pesan yang terkandung dalam
kalimat. Karena maksud yang disampaikan
melalui tulisan
tersebut mudah ditangkap oleh
mereka lari.” pembaca. Sehingga pembaca tidak
perlu berulang-ulang
membacanya. Kalimat
yang terdapat dalam paragraf delapan
tidak terdapat kata-kata yang mubazir.
9 Pengelolaan
pertambangan menurutnya, mesti saling
menguntungkan, sehingga
sumber daya alam dapat memberikan
manfaat sebesar-besarnya
untuk bangsa dan negara. “UU
Minerba ini
juga telah
memberikan aspek ekonomi dan administrasi, termasuk
lingkungan yang lebih baik.” UU
Minerba ini
akan mengganti UU No. 11 Tahun
1967 tentang Pokok-Pokok Pertambangan.
Paragraf sembilan
tidak ada
masalah. Pembuktiannya
ialah kalimat
disampaikan dengan
mudah dapat
dipahami oleh
khalayak umum pembaca. Selain itu, menyampaikan pengertian atau
makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang
berbunga-bunga. Sehingga kalimat tersebut tidak melanggar prinsip
spesifik, komunikatif, jelas makna, hemat kata dan tidak mubazir.
10 Berlarut-larutnya
penyelesaian penyusunan
Paragraf sepuluh melanggar ciri tidak
mubazir. Pembuktiannya
UU baru ini, memang sempat membuat iklim investasi di
sektor pertambangan
Indonesia penuh ketidak- pastian.
adalah kata
memang sempat
seharusnya ditulis sempat. Tidak adanya
kata memang
tidak membuat
maknaarti kalimat
tersebut berubah. 11
Industri pertambangan
memang berharap UU yang baru
akan memberikan
kepastian hukum dalam hal perizinan, pembebasan tanah
dan keamanan,
serta koordinasi yang lebih baik
antara berbagai
lembaga pemerintahan.
Paragraf sebelas melanggar ciri tidak
mubazir. Pembuktiannya
ialah kata memang berharap seharusnya ditulis berharap saja.
12 Saat paripurna berlangsung,
FPKS, FPAN, dan PKB walk out
. Ketiganya
mempersoalkan Bab 25 Pasal 169 ayat a dan b RUU
Minerba. Juru bicara FPAN, Zulkifli
Halim, menilai,
Pasal 169
ayat a
diskriminatif. Paragraf dua belas tidak ada
masalah. Kalimat dalam paragraf dua belas terdiri kurang dari 20
kata. Ini menandakan bahwa kalimat
di samping
spesifik. Kalimat
yang spesifik
menunjukkan bahwa kalimatnya komunikatif tidak berbelit-belit,
hemat kata, jelas makna dan tidak
ada kata yang mubazir. Karena bahasa yang digunakan dalam
berita yang bersifat langsung harus menerapkan ciri bahasa jurnalistik.
13 FPKS walk out dengan
alasan dicabutnya penjelasan di
Pasal 169
ayat b.
“Padahal, penjelasan
itu sangat
substantif menyangkut kontrak karya
KK,” kata juru bicara FPKS,
Muhammad Idris
Luthfi. Paragraf tiga belas tidak ada
masalah. Pembuktiannya
ialah sama seperti paragraf dua belas,
kalimat di samping tersusun tidak lebih dari 20 kata. Kalimat yang
tersusun tidak lebih dari 20 kata menandakan
kalimat tersebut
komunikatif, spesifik, jelas makna, hemat kata dan tidak mubazir.
14 Menurut
Herman, pemerintah
perlu segera
menuntaskan peraturan
pemerintah. Ini agar UU Minerba
bisa segera
diberlakukan. Paragraf empat belas melanggar
prinsip ekonomi
kata. Pembuktiannya
ialah terdapat
dalam kalimat kedua. Kata ini agar
dalam kalimat
kedua seharusnya diganti dengan kata
supaya atau agar. Alasannya ialah
dalam penulisan berita di media cetak harus memegang prinsip
ekonomi kata.
Tabel 6. Ketidaksesuaian berita utama 17 Desember 2008 dengan ciri bahasa jurnalistik
No. Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik
Frekuensi 1
Komunikatif -
2 Spesifik
- 3
Hemat Kata 3
4 Jelas Makna
- 5
Tidak Mubazir dan Tidak Klise 4
Dalam berita utama tanggal 17 Desember 2008. Ciri tidak mubazir dan tidak klise merupakan yang sering dilanggar. Buktinya ialah dari 30 kalimat yang
diteliti, terdapat empat kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik tidak mubazir dan tidak klise. Tiga kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik
hemat kata.
Berita 4
Berita keempat adalah Berita utama surat kabar Republika tanggal 26
Desember 2008. Berita yang disajikan oleh koran tersebut berjudul KPU Siapkan Aturan Baru. Berita tersebut terdiri dari 12 paragraf dan 22 kalimat. Analisis
datanya adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Analisis bahasa jurnalistik berita utama 22 Desember 2008
Paragraf Data Kalimat
Analisis
1 Ketua
Komisi Pemilihan
Umum KPU, Abdul Hafiz Anshary, menilai penetapan
calon legislatif
caleg terpilih
pascaputusan Mahkamah Konstitusi MK
membuat proses penentuan caleg
terpilih lebih
sederhana. Kesederhanaan
itu, kata dia, akan membuat kerja KPU lebih mudah.
Paragraf satu tidak ada masalah. Pembuktiannya
ialah kalimat
dalam paragraf satu menghindari penjelasan yang panjang dan
bertele-tele. Informasi
yang disampaikan
wartawan mudah
dipahami oleh khalayak umum pembaca. Struktur kalimatnya
tidak menimbulkan
penyimpanganpengertian makna yang berbeda.
2 “Sekarang
tidak pusing.
Siapa yang
memperoleh suara terbanyak, dia yang
jadi,” kata Hafiz, Rabu 2412.
Paragraf dua tidak ada masalah. Buktinya ialah setiap kalimat yang
terdapat dalam
paragraf dua
tersusun kurang dari 20 kata. Kalimat menjadi lebih mudah
dipahami dibandingkan kalimat yang terdiri banyak kata-kata.
Kalimat-kalimat di
samping menandakan tidak melanggar ciri
spesifik, komunikatif, hemat kata, jelas makna, tidak mubazir dan
tidak klise. 3
Anggota KPU,
Syamsulbahri, mengatakan
KPU akan membuat aturan main, melakukan sosialisasi,
dan memberikan bimbingan teknis kepada KPU daerah
dan partai
politik, pascaturunnya putusan MK
yang membatalkan Pasal 214 UU No 102008 tentang
pemilu legislatif. Apabila dilihat kalimat pertama
yang terdapat dalam paragraf tiga sangat panjang. Kalimat tersebut
melanggar ciri spesifik
yaitu bahasa jurnalistik disusun dengan
kalimat-kalimat yang
singkat- singkat. Kalimat disamping terdiri
kurang lebih dari 34 suku kata. Kalimat yang baik adalah kalimat
yang terdiri dari 8-20 kata. Kalimat pertama paragraf tiga bisa
dijadikan menjadi dua kalimat, sehingga kalimatnya lebih ringkas
dibanding kalimat sebelumnya. Kalimat tersebut menjadi sebagai
berikut: Anggota
KPU, Syamsulbahri,
mengatakan KPU akan membuat aturan
main, melakukan
sosialisasi, dan
memberikan bimbingan teknis kepada KPU
daerah dan partai politik. Kegiatan
itu dilakukan
pascaturunnya putusan MK yang membatalkan
Pasal 214 UU No 102008 tentang pemilu legislatif.
4 Direktur Eksekutif Center for
Electoral Reform Cetro, Hadar
Navis Gumay,
mengatakan yang
perlu dilakukan
KPU adalah
membuat peraturan tata cara tentang calon terpilih.
Kata adalah menurut peneliti diganti menjadi ialah.
Penggunan kata adalah pada kalimat tersebut tidak cocok.
Penggunaan kata adalah lazim digunakan
untuk menguraikan
suatu definisi. 5
Karena putusan MK tak mengutak-atik masalah suara
sah di Pasal 176 UU Pemilu, Hafiz
mengatakan, suara
yang diberikan
pemilih dengan
mencoblos tanda
gambar partai tetap sah. Tapi suara
itu tak
berfungsi menentukan calon terpilih.
“Hanya berfungsi
menentukan lolos tidaknya partai
politik dari
Paragraf lima melanggar ciri spesifik. Kalimat pertama bisa
terdiri dua kalimat. Selain itu, maknanya
mudah diketahui.
Kalimat tersebut menjadi sebagai berikut:
Mahkamah Konstitusi
tidak mengutak-atik masalah suara sah
di Pasal 176 UU Pemilu. Sehingga suara yang diberikan pemilih
dengan mencoblos tanda gambar partai tetap sah, ujar Hafiz. Tapi
parliamentary threshold PT
dan penentuan kursi bagi partai yang lolos PT.”
suara itu tak berfungsi menentukan calon terpilih. “Hanya berfungsi
menentukan lolos tidaknya partai politik
dari parliamentary
threshold PT dan penentuan
kursi bagi partai yang lolos PT.” 6
Mantan Ketua
Panitia Khusus RUU Pemilu, Ferry
Mursyidan Baldan,
juga mengatakan suara pemilih
yang mencoblos
tanda gambar, “Dihitung sebagai
suara untuk partai, bukan caleg.”
Paragraf enam sebenarnya tidak ada masalah dengan ciri bahasa
jurnalistik. Tetapi ada kesalahan yang
sangat mendasar
yaitu setelah tanda baca koma ,
dimulai dengan huruf kapital.
7 Suara
pemilih yang
mencoblos tanda gambar ini, kata Ferry, nantinya akan
digabung dengan suara yang mencoblos
tanda gambar
caleg, sehingga
menjadi perolehan suara partai. “Itu
ditotal semua dan menjadi suara parpol untuk acuan
Paragraf tujuh melanggar ciri spesifik
dan tidak
mubazir. Buktinya ialah kalimat pertama
bisa terdiri dua kalimat, sehingga kalimat tidak terlalu panjang. Kata
ini dan nantinya dihilangkan sebab
tanpa kehadiran kata tersebut tidak merubah maksudmakna kalimat.
Sehingga kalimat tersebut seperti
perolehan suara parpol. berikut:
Suara pemilih yang mencoblos tanda gambar, akan digabung
dengan suara yang mencoblos tanda gambar caleg. Sehingga
menjadi perolehan suara partai, kata Ferry. “Itu ditotal semua dan
menjadi suara parpol untuk acuan perolehan suara parpol.”
8 Tapi, pakar hukum tata
negara, Saldi Isra, tetap meminta
ketegasan suara yang
diberikan dengan
mencoblos tanda
gambar partai
tidak difungsikan
untuk menentukan
caleg terpilih.
Paragraf delapan melanggar ciri tidak
mubazir. Pembuktiannya
ialah pada kata untuk, seharusnya kata tersebut ditulis dihilangkan
saja. Sehingga kalimat tersebut menjadi:
Tapi, pakar hukum tata negara, Saldi
Isra, tetap
meminta ketegasan suara yang diberikan
dengan mencoblos tanda gambar partai
tidak difungsikan
menentukan caleg terpilih. 9
Hadar juga meminta KPU mengunci Pasal 218 UU No
Kalimat di samping melanggar ciri tidak
mubazir. Pembuktiannya
102008 agar tidak dijadikan celah
untuk menentukan
caleg dengan nomor urut. ialah kata untuk merupakan kata
mubazir. Kalimat
disamping cukup ditulis sebagai berikut:
Hadar juga
meminta KPU
mengunci Pasal 218 UU No 102008 agar tidak dijadikan celah
menentukan caleg dengan nomor urut.
10 Tapi,
setelah pembatalan
Pasal 214 tentang penentuan calon terpilih, Pasal 218 itu
diduga akan berbalik untuk menentukan caleg dengan
nomor urut. Kalimat di samping melanggar ciri
tidak mubazir.
Pembuktiannya ialah kata untuk merupakan kata
mubazir. Kalimat
disamping cukup ditulis sebagai berikut:
Tapi, setelah pembatalan Pasal 214 tentang penentuan calon terpilih,
Pasal 218 itu diduga akan berbalik menentukan caleg dengan nomor
urut. 11
Salah satu
cara KPU
menguncinya, kata Hadar, adalah dengan mempertegas
bahwa pengganti caleg yang mengundurkan diri adalah
Paragraf sebelas melanggar dua ciri ekonomi kata dan dua ciri
tidak mubazir. Paragraf tersebut terdapat dua kesalahan. Pertama
kata adalah diganti saja dengan
caleg daerah pemilihan yang sama, tapi memperoleh suara
terbanyak berikutnya.
Dengan begitu, kata Hadar, jika ada parpol yang ingin
menarik calegnya
yang mendapat suara terbanyak,
KPU perlu mengecek apa betul mengundurkan diri.
kata ialah. Selain itu penggunaan kata adalah tidak tepat karena kata
tersebut dipakai
untuk menguraikan definisi.
Kedua ialah pada kalimat kedua kata kata Hadar dihilangkan saja
dan diganti
dengan ujarnya
. Alasannya karena bahasa pers
sebisa mungkin menggunakan kata yang sedikit hurufnya. Dalam
berita utama
berjudul KPU
Siapkan Aturan
Main Pengguanaan kata kata Hadar
misalnya pada setiap kalimat kutipan
membuat jenuh atau disebut dengan tiring words.
Kata tersebut ditempatkan pada akhir kalimat Sehingga kalimat
tersebut menjadi sebagai berikut: Dengan begitu, jika ada parpol
yang ingin menarik calegnya yang mendapat suara terbanyak, KPU
perlu mengecek
apa betul
mengundurkan diri, ujarnya. Bukti melanggar ciri mubazir ialah
kata dengan dan bahwa pada kalimat pertama dihilangkan saja.
Kalimat pertama
menjadi sederhana tanpa adanya kata
tersebut. Bunyi kalimatnya ialah sebagai berikut:
Salah satu
cara KPU
menguncinya, kata Hadar, ialah mempertegas pengganti caleg yang
mengundurkan diri ialah caleg daerah pemilihan yang sama, tapi
memperoleh suara
terbanyak berikutnya.
12 Saldi Isra meminta KPU
membuat aturan agar partai tidak bisa memaksa caleg
peraih suara
terbanyak mengundurkan diri.
Paragraf dua belas tidak ada masalah.
Pembuktiannya ialah
kalimat tidak tersaji dalam kalimat yang panjang. Kalimat tersebut
terdiri kurang dari 20 kata.
Tabel 8. Ketidaksesuaian berita utama 26 Desember 2008 dengan ciri bahasa jurnalistik
No. Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik
Frekuensi
1 Komunikatif
- 2
Spesifik 3
3 Hemat Kata
3 4
Jelas Makna -
5 Tidak Mubazir dan Tidak Klise
6 Dalam berita utama tanggal 26 Desember 2008. Ciri tidak mubazir dan
tidak klise merupakan yang sering dilanggar. Buktinya ialah dari 22 kalimat yang diteliti, terdapat enam kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik tidak
mubazir dan tidak klise. Masing-masing tiga kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik spesifik dan hemat kata.
Hasil pembahasan dan penelitian yang pertama ialah mengupas penggunaan bahasa dalam berita surat kabar Republika. Kemudian meneliti teks
berita utama tanggal 1, 9, 17 dan 26 Desember 2008. Hasil penelitian dibahas dalam tabel masing-masing berita. Penelitian selanjutnya ialah menghitung semua
kalimat berita utama tersebut dengan ciri bahasa jurnalistik yang dikemukakan oleh Kunjana Rahardi. Maksudnya ialah untuk mengetahui ciri bahasa jurnalistik
yang sering dilanggar. Untuk mengetahui sesuai atau tidak sesuai kalimat dengan ciri bahasa
jurnalistik, peneliti akan sajikan dalam bentuk tabel. Tabel tersebut sebagai berikut:
Tabel 9. Ketidaksesuaian berita utama tanggal 1, 9, 17 dan 22 Desember 2008 dengan ciri bahasa jurnalistik
No. Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik
Frekuensi 1
Komunikatif -
2 Spesifik
4
3 Hemat Kata
8 4
Jelas Makna 1
5 Tidak Mubazir dan Tidak Klise
22 Dalam berita utama tanggal 1, 9, 17, dan 26 Desember 2008, ciri tidak
mubazir dan tidak klise merupakan yang sering dilanggar. Buktinya ialah dari 124 kalimat yang diteliti, terdapat 22 kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik
tidak mubazir dan tidak klise. empat kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik spesifik. Delapan kalimat melanggar hemat kata dan satu kalimat
melanggar jelas makna.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN