RUANG LINGKUP BAHASA JURNALISTIK

Head LineJudul Berita LEG Kaki berita BODY Tubuh Berita BRIDGE Perangkai LEAD Teras Berita DATE LINE Titimangsa Gambar 1: Piramida Terbalik 22

D. RUANG LINGKUP BAHASA JURNALISTIK

1. Bahasa Jurnalistik

Menulis berita yang baik tidak mudah. Perlu dilakukan suatu kebiasaan menulis sehingga membuat tulisan tersebut menjadi lebih baik. Menulis berita dalam media massa cetak harus dapat dimengerti oleh semua pihak. Mulai dari 22 Ibid., h. 119. golongan pendidikan yang rendah hingga orang yang tergolong paling berilmu. Mengutip pernyataan TV CNN yang dikutip oleh Morissan mengungkapkan to be understood by the truck driver while not insulting the professor’s intelligence atau ”untuk dimengerti oleh supir truck namun tanpa merendahkan kecerdasan sang professor.” 23 Dari pernyataan diatas menyatakan tulisan yang dimuat dalam media massa harus dapat dimengerti oleh semua kalangan. Wartawan perlu mempertimbangkan supaya berita dapat dimengerti masyarakat. Surat kabar dalam menyampaikan informasinya menggunakan bahasa secara tertulis. Bahasa di dalam media massa ibarat nyawa terutama bagi media cetak. Tanpa bahasa, media massa cetak tidak akan bermakna apa-apa. Bahasa menjadi medium bagi kalangan pers untuk memotret peristiwa dan peradaban bangsa. 24 Dalam dunia jurnalistik bahasa yang digunakan dikenal dengan sebutan bahasa jurnalistik atau bahasa pers. Bahasa jurnalistik atau bahasa pers, merupakan salah satu ragam bahasa kreatif bahasa Indonesia. Bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khusus yang membedakannya dengan ragam bahasa yang lain. Sifat khusus tersebut ialah singkat, padat, sederhana, lugas, tegas, jelas, dan menarik. Anton M. Moeliono 1994, yang konsultan pusat bahasa, pun mengatakan bahwa laras bahasa jurnalistik tergolong ragam bahasa baku. 25 23 Jani Yosef, To Be A Journalist Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009, h. 121. 24 Eni Setiati, Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan Strategi Wartawan Menghadapi Tugas Jurnalistik Yogyakarta: Andi, 2005, h. 85-86. 25 Tri Adi Sarwoko. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik Yogyakarta: Andi, 2007, h. 1. Terbuktilah bahwa bahasa Indonesia jurnalistik tidaklah berbeda dengan bahasa Indonesia baku. Yang membedakan antara keduanya hanyalah penggunaannya. Karena digunakan sebagai media penyampai informasi, bahasa yang digunakan di media massa memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan bahasa yang digunakan untuk keperluan lain. 26 Sosok bahasa di dalam ragam jurnalistik atau bahasa pers itu sesungguhnya menunjuk pada bahasa yang dipakai untuk menyampaikan sosok fakta, sosok laporan, sosok berita, sosok tulisan, yang terjadi terkini, yang terjadi terbaru, yakni fakta yang memang terjadi pada hari ini, bahkan pada sekarang ini. Jadi, bukan sosok peristiwa yang terjadi di masa-masa lampau dan yang kini sudah lewat atau bahkan sudah usang yang mesti diangkat di dalam media massa cetak. 27 Supaya berita dapat dimengerti oleh masyarakat maka wartawan harus menggunakan suatu bahasa dan tunduk pada kaidah-kaidah penulisan berita. Dalam media massa bahasa tersebut disebut bahasa jurnalistik. Menurut wartawan senior terkemuka Rosihan Anwar berpendapat Bahasa yang digunakan oleh wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Bahasa pers ialah salah satu ragam bahasa yang memiliki sifat-sifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas dan menarik. Bahasa jurnalistik harus didasarkan pada bahasa baku. Dia tidak dapat menganggap sepi kaidah-kaidah tata bahasa. Dia juga harus memperhatikan ejaan yang benar. Dalam kosa kata bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan dalam masyarakat.” 28 Menurut S. Wojowasito dari IKIP Malang berpendapat ”Bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa sebagai tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah. Dengan fungsi yang 26 Ibid., h. 2. 27 Kunjana Rahardi, Asyik Berbahasa Jurnalistik Kalimat Jurnalistik dan Temali Masalahnya Yogyakarta: Santusta, 2006, h. 15-16. 28 Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006, h. 6. demikian itu bahasa tersebut haruslah jelas dan mudah dibaca oleh mereka dengan ukuran intelek yang minimal, sehingga sebagian besar masyarakat yang melek huruf dapat menikmati isinya. Walaupun demikian, bahasa jurnalistik yang baik haruslah sesuai dengan norma- norma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar dan pilihan kata yang cocok.” 29 Dr. Yus Badudu dari Pusat Bahasa Pembinaan dan Pengembangan Bahasa mengatakan di depan Karya Latihan Wartawan KLW XVII Persatuan Wartawan Indonesia PWI Tanggal 11 November 1978: ”Bahasa surat kabar harus singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, tetapi selalu menarik. Sifat-sifat itu harus dipenuhi oleh bahasa surat kabar mengingat bahwa surat kabar dibaca oleh lapisan-lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya. Mengingat bahwa orang tidak harus menghabiskan waktunya hanya dengan membaca surat kabar. Harus lugas, tetapi jelas, agar mudah dipahami. Orang tidak perlu mesti mengulang-ulang apa yang dibacanya karena ketidak jelasan bahasa yang digunakan dalam surat kabar itu.” 30 Pendapat lainnya dari Patmono SK menyebutkan pengertian bahasa jurnalistik. Menurutnya bahasa junalisitik ialah ”bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa yang dipergunakan dalam majalah, surat kabar, tetevisi atau radio. Bahasa jurnalistik tidak berbeda dengan bahasa tulisan umumnya, kecuali beberapa kekhususan yang dimilikinya.” 31 Dari beberapa definisi bahasa jurnalistik, dapat disimpulkan bahasa jurnalistik adalah bahasa yang dipakai dalam media massa majalah, surat kabar, televisi dan radio dan yang orang-orang yang terlibat dalam media massa tersebut. Harus tunduk pada kaidah-kaidah tata bahasa dan mempunyai ciri-ciri atau sifat-sifat khusus seperti singkat, padat, jelas, lugas, menarik dan sebagainya. 29 Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi Yogyakarta: Media Abadi, 2004, h. 4. 30 Ibid., h. 4. 31 Patmono SK, Teknik Jurnalistik Tuntunan Praktis untuk Menjadi Wartawan Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1996, h. 56.

2. Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik

Bahasa jurnalistik mempunyai karakter atau ciri-ciri yang berbeda. Ciri-ciri tersebut membedakan antara bahasa jurnalistik dengan bahasa akademik, bahasa sastra, bahasa gaul dan sebagainya. Menurut Kunjana Rahardi menyebutkan beberapa ciri bahasa jurnalistik. ciri bahasa jurnalistik tersebut adalah: a. Komunikatif, artinya bahasa jurnalistik berciri tidak berbelit-belit, tidak berbunga-bunga, tetapi harus terus langsung pada pokok permasalahannya. b. Spesifik, artinya bahasa jurnalistik disusun dengan kalimat- kalimat pendek. c. Hemat kata, artinya memegang teguh prinsip ekonomi kata economy of words. d. Jelas makna, artinya sedapat mungkin menggunakan kata-kata yang bermakna denotatif makna sebenarnya. e. Tidak mubazir dan tidak klise. 32 Selain itu, Menurut Haris Sumadiria, ciri-ciri bahasa jurnalistik adalah: a. Sederhana. b. Singkat. c. Padat. d. Lugas. e. Jelas. f. Jernih. 32 Kunjana Rahardi, Asyik Berbahasa Jurnalistik,, h. 18. g. Menarik. h. Demokratis. i. Populis. j. Logis. k. Gramatikal. l. Menghindari kata tutur. m. Menghindari kata dan istilah asing. n. Pilihan kata diksi yang tepat. o. Mengutamakan kalimat aktif. p. Menghindari kata atau istilah teknis. q. Tunduk kepada kaidah etika. 33 Karakteristik atau ciri tersebut merupakan hal yang harus dipenuhi oleh bahasa jurnalistik. Karena surat kabar adalah media massa yang menyampaikan informasinya melalui tulisan dan dibaca oleh semua kalangan masyarakat baik itu kalangan A, B, C dan sebagainya. Selain itu tingkat pengetahuan antara masing-masing manusia berbeda ada yang berpengetahuan rendah, biasa-biasa dan tinggi. Perkembangan jurnalistik khususnya di Indonesia pasca orde baru mengalami perkembangan yang sangat pesat. Banyak media massa cetak maupun elektronik bermunculan. Hal ini disebabkan karena pintu kebebasan dibuka selebar-lebarnya. Sehingga banyak bermunculan media massa cetak maupun elektronik. 33 Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik, h. 14. Media massa berlomba-lomba mencari berita dan segera menyebarkan beritanya kepada khalayak. Dalam penulisannya sering terdapat ketidaksesuaian dengan pedoman penulisan bahasa jurnalistik atau bahasa baku Indonesia. Sehingga terdapat kesalahan yang paling menonjol dalam media massa cetak. Misalnya tidak ekonomi kata, kesalahan dalam ejaan, bertele-tele dan sebagainya.

3. Ketentuan Bahasa Jurnalistik

Bahasa jurnalistik mempunyai ketentuan-ketentuan yang harus ditaati. Ketentuan tersebut harus dilaksanakan supaya berita atau informasi yang disampaikan kepada khlayak mudah dimengerti. Ketentuan-ketentuan tersebut adalah: a. Penggunaan kalimat pendek Dalam jurnalistik, penggunaan kalimat pendek merupakan pilihan utama. Hal itu dimaksudkan agar pokok persoalan yang diungkapkan segera dapat dimengerti pembacanya. b. Penggunaan kalimat aktif Agar suatu laporan atau tulisan dapat menarik pembacanya, wartawan harus mampu menghidupkan kalimat yang ditulisnya. Untuk itu penggunaan kalimat aktif merupakan ketentuan yang perlu dipatuhi. c. Penggunaan bahasa positif Suatu laporan akan menarik apabila ditulis dengan bahasa positif. Ia akan lebih hidup bila dibandingkan dengan penulisan bahasa negatif. 34

4. Ekonomi Kata

Bahasa pers atau bahasa jurnalistik harus memegang teguh prinsip ekonomi kata economy of words. Bentuk-bentuk kebahasaan yang digunakan dalam bahasa jurnalistik sedapat mungkin berciri minim karakter atau sedikit jumlah hurufnya. 35 Surat kabar merupakan media massa yang berbicara tentang halaman. Menyajikan berita dalam surat kabar harus memperhatikan ruang atau space halamannya. Sehingga penulisan berita tidak bertele-tele dan memegang teguh prinsip ekonomi kata. Dalam bahasa jurnalistik, prinsip ekonomi kata menganjurkan supaya teks singkat tanpa harus merusak makna atau pesan yang disampaikan kepada pembaca. Teks yang singkat dan mengandung pesan yang utuh akan menghemat waktu dan tenaga pembaca dalam memahami berita yang disampaikan. Ada ketentuan-ketentuan yang harus kita ikuti untuk melakukan ekonomi kata, sebagai berikut: 36 a. Menghilangkan ungkapan atau peribahasa b. Menghilangkan kata mubazir 34 Patmono SK, h. 71. 35 Kunjana Rahardi, h. 19. 36 Patmono SK, h. 75. Kata mubazir ialah kata yang dapat dihilangkan dari kalimat tanpa kalimat itu kehilangan makna atau arti. Kata mubazir diantaranya sebagai berikut: i. Bahwa ii. Adalah iii. Telah, sedang, dan akan Bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk lampau kata kerja. Berkaitan dengan tiadanya bentuk lampau, setiap kata kerja yang dilengkapi penunjuk waktu tidak lagi memerlukan kata telah , sedang atau akan. iv. Untuk v. Dari dan daripada Agar wartawan dapat menggunakan kata dari dan daripada secara benar, kita dapat menyatakan penggunaan kata dariipada hanya dipakai dalam perbandingan. Sedangkan kata dari dalam jurnalistik hanya dipakai sebagai penunjuk asal dan waktu. vi. Di mana, hal mana, yang mana, dengan siapa, dan dari mana

5. Pedoman Bahasa Jurnalistik

Dalam penulisan bahasa jurnalistik terdapat pedoman yang harus dilaksanakan. Salah satunya adalah pedoman yang dikeluarkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia PWI pada 10 November 1978 di Jakarta. Pedoman tersebut terdiri dari sepuluh aturan dalam penulisan bahasa jurnalistik. Kesepuluh pedoman tersebut adalah: a. Wartawan Indonesia secara konsekuen melaksanakan pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Hal ini juga harus diperhatikan oleh para korektor karena kesalahan paling menonjol dalam surat kabar sekarang ini ialah kesalahan ejaan. b. Wartawan hendaknya membatasi diri dalam singkatan atau akronim. Kalaupun ia harus menulis akronim, maka satu kali ia harus menjelaskan dalam tanda kurung kepanjangan akronim tersebut supaya tulisannya dapat dipahami oleh khalayak ramai. c. Wartawan hendaknya tidak menghilangkan imbuhan, bentuk awal atau prefiks. Pemenggalan kata awalan me dapat dilakukan dalam kepala berita mengingat keterbatasan ruangan. Akan tetapi pemenggalan jangan sampai dipukulratakan sehingga merembet pula ke dalam tubuh berita. d. Wartawan hendaknya menulis dengan kalimat-kalimat pendek. Pengutaraan pikirannya harus logis, teratur, lengkap dengan kata pokok, sebutan dan kata tujuan subjek, predikat, objek. Menulis dengan induk kalimat dan anak kalimat yang mengandung banyak kata mudah membuat kalimat tidak dapat dipahami, lagi pula prinsip yang harus dipegang ialah “satu gagasan atau satu ide dalam satu kalimat”. e. Wartawan hendaknya menjauhkan diri dari ungkapan klise atau stereotype yang sering dipakai dalam transisi berita seperti kata- kata sementara itu, dapat ditambahkan, perlu diketahui, dalam rangka. Dengan demikian dia menghilangkan monotoni keadaan atau bunyi yang selalu sama saja, dan sekaligus dia menerapkan ekonomi kata atau penghematan dalam bahasa. f. Wartawan hendaknya menghilangkan kata mubazir seperti adalah kata kerja kopula, telah penunjuk masa lampau, untuk sebagai terjemahan to dalam bahasa Inggris, dari sebagai terjemahan of dalam hubungan milik, bahwa sebagai kata sambung dan bentuk jamak yang tidak perlu diulang. g. Wartawan hendaknya mendisiplinkan pikirannya supaya jangan campur aduk dalam satu kalimat bentuk pasif di dengan bentuk aktif me. h. Wartawan hendaknya menghindari kata-kata asing dan istilah- istilah yang terlalu teknis ilmiah dalam berita. Kalaupun terpaksa menggunakannya, maka satu kali harus dijelaskan pengertian dan maksudnya. i. Wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa. j. Wartawan hendaknya ingat bahasa jurnalistik ialah bahasa yang komunikatif dan spesifik sifatnya, dan karangan yang baik dinilai dari tiga aspek yaitu isi, bahasa, dan teknik persembahan. 37 Dalam bahasa jurnalistik, sedikitnya terdiri dari tiga yaitu kata, kalimat dan paragraf alinea. Ada aturan-aturan dalam menulis ketiga unsur tersebut. Selain itu ada beberapa hal yang diperhatikan dalam bahasa jurnalisitk untuk menyusun suatu kalimat. Seperti koherensi, penggunaan kata dan sebagainya. 37 Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik, h. 193 Kata adalah kumpulan abjad yang disusun teratur sehingga dapat memberikan makna. 38 Kata ada beberapa bentuk diantaranya adalah kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang dan kata majemuk. Dalam dunia pers, kata yang digunakan dalam penulisa berita mempunyai ciri-ciri khas, yaitu: a. Kata yang digunakan harus mudah dimengerti. Artinya setiap kata yang digunakan itu mudah dipahami pembaca dan pendengar. b. Kata yang digunakan harus dinamis. Kata yang ditampilkan harus memberikan arti yang lebih hidup, lebih bersemangat, sesuai dengan kondisi dan situasi pernyataan yang akan disampaikan. c. Kata yang muncul harus demokratis. 39 Selanjutnya adalah kalimat, karena suatu bahasa tersusun dari kata dan kemudian menjadi kalimat. Dalam kaidah bahasa, kalimat ialah penggabungan kata yang mengandung arti. 40 Saat menulis suatu berita wartawan atau para insan jurnalis harus memegang prinsip-prinsip atau aturan dalam menyusun kalimat. Sehingga kalimat tersebut tidak membingungkan masyarakat yang membaca berita di media massa cetak. Menurut Kunjana Rahardi terdapat 10 prinsip menyusun kalimat- kalimat jurnalistik. Prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut: a. Berciri padat, singkat, tajam dan lugas. b. Berciri sederhana dan tidak berbelit. 38 Ras Siregar, Bahasa Jurnalistik Indonesia Jakarta: PT Pustaka Karya Grafika Utama, 1987, h. 120. 39 Ibid., h. 121. 40 Ibid., h. 124 c. Membatasi kalimat luas. d. Menggunakan bentuk yang tidak verbalitas. e. Memiliki preferensi pada bentuk-bentuk pendek. f. Mengutamakan bentuk positif dan bentuk aktif. g. Berciri jelas, tegas dan tidak kabur makna. h. Membedakan secara jelas bahasa tutur dan bahasa tulis. i. Memiliki preferensi pada bentuk yang sederhana, pendek, dengan tetap berdasar pada kaidah-kaidah linguistic. j. Membatasi bentuk-bentuk kebahasaan yang terkena interferensi bahasa asing. 41 41 Kunjana Rahardi, h. 27.

BAB III GAMBARAN UMUM

Dokumen yang terkait

Analisis penerapan bahasa jurnalistik berita utama surat kabar Empat Lawang Express edisi Desember 2010

4 24 97

Profil Foto Berita Dalam Surat Kabar Republika Edisi Tahun 2004

0 7 253

Penerapan bahasa jurnalistik pada Bberita utama“Straight News” di surat kabar “Radar Bekasi” edisi 1-5 Oktober 2012

0 8 103

ANALISIS EUFEMISME PADA BERITA UTAMA SURAT KABAR SOLOPOS EDISI BULAN JANUARI 2015 Analisis Eufemisme Pada Berita Utama Surat Kabar Solopos Edisi Bulan Januari 2015.

1 3 14

ANALISIS EUFEMISME PADA BERITA UTAMA SURAT KABAR Analisis Eufemisme Pada Berita Utama Surat Kabar Solopos Edisi Bulan Januari 2015.

0 3 12

ANALISIS MAKNA BAHASA SAPAAN DALAM WACANA BERITA OLAHRAGA PADA SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2014 Analisis Makna Bahasa Sapaan Dalam Wacana Berita Olahraga Pada Surat Kabar Solopos Edisi Oktober-Desember 2014.

0 3 15

ANALISIS MAKNA BAHASA SAPAAN DALAM WACANA BERITA OLAHRAGA DI SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2014 Analisis Makna Bahasa Sapaan Dalam Wacana Berita Olahraga Pada Surat Kabar Solopos Edisi Oktober-Desember 2014.

0 3 14

ANALISIS KATEGORIAL CAMPUR KODE PADA JUDUL BERITA SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI DESEMBER 2012 Analisis Kategorial Campur Kode Pada Judul Berita Surat Kabar Harian SOLOPOS Edisi Desember 2012.

0 5 14

BERITA UTAMA DI SURAT KABAR Studi Analisis Isi Tentang Tema- Tema Berita Utama di Harian Jawa Pos Dan Harian Republika Periode Mei 2008 - Oktober 2008).

0 1 9

BERITA UTAMA DI SURAT KABAR ( Studi Analisis Isi Tentang Tema- Tema Berita Utama di Harian Jawa Pos Dan Harian Republika Periode Mei 2008 - Oktober 2008).

0 0 10