Pribadi Rasulullah SAW RIWAYAT HIDUP RASULULLAH SAW

perselisihan. Orang-orang yang mulia yang boleh meletakkan Hajrul Aswad itu di tempatnya semula. Perselisihan itu hampir menimbulkan peperangan, dan dapat dihentikan oleh orang yang mula-mula masuk dari pintu Bani Syaibah. Kiranya Muhammad orang yang mula-mula masuk melalui pintu itu. Oleh karena itu Muhammad dipilih sebagai hakim untuk menyelesaikan perselisihan mereka itu. Oleh Muhammad dibentangkannya ridaknya yakni kain kudung penutup kepalanya dan diletakkan Hajrul Aswad itu di atasnya, dan menyuruh tiap-tiap kabilah itu mengambil ujung ridak itu, sehingga Hajrul Aswad itu terangkat sama tinggi dengan tangan masing- masing kabilah itu dan meletakkan pada tempatnya semula Amali, 1986: 38-39. Karim 1990: 55 berpendapat bahwa pengagungan Ka’bah sebagaimana yang ditradisikan dikalangan muslim merupakan warisan dari suku-suku Arab, masyarakat Arab yang pluralistik sepakat untuk menyucikan Ka’bah yang ada di Mekah karena pada masa pras Islam terdapat 21 Ka’bah di semenanjung Arab.

C. Pribadi Rasulullah SAW

Rasulullah Saw, memiliki kepribadian yang terpuji. Hal itu tampak sejak masih kanak-kanak samai dewasa sebelum diangkat sebagai Rasul Allah SWT. Semasa kecil beliau terpelihara dari hal-hal yang tercela. Beliau mendapatkan kemampuan berbahasa Arab yang baik. Beliau memiliki sifat sidik, amanah, fathonah, sifat-sifat yang telah dimilikinya sebelum diutus menjadi Rasul. Maka layaklah bila kemudian masyarakat memberi gelar kepada beliau “Al-Amin” karena kejujuran dan kemuliaan akhlaknya. Beliau juga selalu berkata dengan halus dan bersikap lemah lembut, serta orang yang rajin dan suka bekerja keras. Beliaupun sering berdo’a memohon kepada Allah SWT agar senantiasa diberikan petunjuk dan terpelihara akhlaknya dari perbuatan tercela Shalabi, 1992: 352 Al-Hasan bin Ali k.w. menceritakan bahwa: Husein saudaranya berkata: “Aku bertanya kepada ayahku Ali bin Abi Thalib tentang perilaku Nabi SAW pada sahabat-sahabatnya”. Ayahku berkata: “Rasulullah SAW adalah orang yang bermuka manis, lembut budi pekertinya, tawadhu’ tidak bengis, tiada kasar, tiada bersuara keras, tiada berlaku keji, tidak suka mencela dan juga tiada kikir. Beliau membiarkan tidak mencela apa yang tidak disenanginya. Beliau tidak menjadikan orang yang mengharapkan pertolongannya menjadi putus asa, tiada pula menolak untuk itu. Beliau tinggalkan dirinya dari tiga perkara, yaitu: dari perbantahan, menyombongkan diri dan dari sesuatu yang tidak selayaknya. Beliau tinggalkan orang lain dari tiga perkara, yaitu; beliau tidak mencela seseorang, beliau tidak membuat malu orang dan beliau tidak mencari keaiban orang. Beliau tidak bicara melainkan pada sesuatu yang diharapkan ada baiknya. Beliau berbicara semua orang dimajlisnya tertunduk, seolah-olah kepala mereka dihinggapi burung. Bila beliau diam, barulah mereka berbicara. Mereka tidak ada yang berbantahan kata di sisinya. Bila ada yang berbicara disisinya, mereka diam memperhatikannya sampai beliau selesai berbicara. Yang dipercakapkan mereka disisinya adalah percakapan yang utama. Beliau tertawa terhadap apa yang mereka tertawakan. Beliau merasa takjub terhadap apa yang mereka herankan. Beliau sabar menghadapi orang asing dengan perkataan dan permintaannya yang kasar tidak senonoh, sehingga para sahabat - sahabatnya mengharapkan kedatangan orang asing seperti itu karena darinya mendapatkan manfaat. Beliau bersabda: “Bila kalian melihat orang yang mencari kebutuhannya, maka bantulah dia”. Beliau tidak mau menerima pujian orang kecuali menurut yang sepatutnya. Beliau juga tidak mau memutuskan pembicaraan seseorang, kecuali orang itu melanggar batas. Apabila seseorang berbuat itu, maka dipotongnya pembicaraan tersebut dengan melarangnya atau berdiri meninggalkan majlis” Tirmidzi, 1993: 279 Demikian gambaran kepribadian Rasulullah SAW, yang sangat mulia dan tawadlu’ dan kelemah lembutan. Dengan akhlaq karimah inilah, maka beliau menjadi tauladan terbaik bagi umat muslim disegala tempat dan di segala jaman.

D. Risalah Muhammad SAW