Pengertian Masyarakat Islam Membangun Pemerintahan Islam

ditinggalkan dan dakwah didukung oleh segenap kekuatan umat yang dimilikinya. Dakwah merupakan misi utama bagi setiap umat. B . Masyarakat Islam

1. Pengertian Masyarakat Islam

Masyarakat Islam terdiri dari dua kata yaitu masyarakat dan Islam. Secara etimologi kata masyarakat berasal dari bahasa Arab “Syaraka” yang berarti bersekutu. 81 Dalam kata ini tersimpul pengertian yang berhubungan dengan pembentukan suatu kelompok atau golongan. Kata masyarakat lebih bermakna pergaulan hidup serta hubungan manusia dalam sebuah kelompok, yang dalam bahasa Arab diterjemahkan dengan kata al-Mujtama. 82 Dan dalam bahasa Inggris diartikan society. 83 Dalam hal ini Ibnu Khaldun menjelaskan istilah masyarakat dengan al-Ijtima’ al-Basyari yang menurutnya istilah itu identik dengan al-‘Umran peradaban. 84 Dari sisi istilah masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan atau tata cara, dari wewenang dan kerjasama berbagai kelompok dan golongan. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial akan selalu berubah dalam menghasilkan kebudayaan. Masyarakat merupakan hubungan ruhaniah antara sekelompok manusia, yang dijalin oleh kebudayaan dan kerjasama. Dalam masyarakat terkandung makna interaksi 81 Kata Syaraka, Yasyraku, Syarikat. Lihat Abu Luis, al-Munjid fi al-Lughat, Beirut, Libanon: 1994, hal 384. Kata syarikat yang merupakan asal kata masyarakat terpakai dalam bahasa Indoesia dan Malaysia. Bahkan dalam bahasa Malasysia tetap dalam ejaan aslinya, syarikat dan dalam bahasa Indonesia serikat. Dalam kata ini tersimpul pengertian hubungan dengan pembentukan suatu kelompok atau golongan atau kumpulan. Kata masyarakat terpakai dalam dua bahasa tersebut untuk menanamkan pergaulan hidup. Lihat Sidi Ghazalba, Masyarakat Islam, Pengantar Sosiologi Dan Sosiografi, Jakarta: Bulan Bintang, 1989, hal. 1 82 Abu Luis, al-Munjid fi al-Lughat, hal. 101 83 Peter Salim, The Contemporary English Indonesian Dictionary, Jakarta: Modern English Press, 1996. Hal 1854. Lihat juga David L. Sills Ed, International Encyclopedia of the Social Science, Vol. 13, London: The Macmillan Company The Free Press, 1972, hal. 578. 84 Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun, Kairo: Dar al-Fikr, tt. Hal. 37 yang meliputi sistem organisasi dan peradaban. 85 Dalam rumusan lain, masyarakat Islam adalah sekelompok manusia yang mempunyai kebiasaan, tradisi sikap dan perasaan serta persatuan yang diikat oleh kesamaan agama, yakni agama Islam. 86 Masyarakat Islam adalah sekelompok manusia yang hidup secara terikat oleh kebudayaan Islam yang diamalkan oleh sekelompok manusia tersebut. Dengan demikian sekelompok manusia yang pola interaksi kehidupannya berlandaskan kebudayaan Islam disebut masyarakat Islam. 87 Konsep kerja masyarakat Islam tidak terlepas dari peran masing-masing individu dalam komunitas tersebut. Terkait dengan hal ini Abdo A. Elkholy mejelaskan dalam komunitas masyarakat Islam memunculkan dua arah yang berbeda, pertama bersifat meredam tribalisme dan kedua mendorong dan menyuburkan inisiatif pribadi. Islam sangat mendorong inisiatif dan tanggungjawab pribadi yang pada akhirnya juga mendorong lahirnya sifat anti individualistik. Secara berulang-ulang dan konsisten al-Qur’an mengingatkan manusia agar mau memutuskan masalahnya sendiri dengan pemahaman diri sebagai pribadi yang merdeka dan bertanggungjawab. Jiwa universalisme dalam tatanan masyarakat Islam guna merangkul berbagai ras, bangsa dan golongan manusia. 88 Konsep masyarakat utama sebagai rumusan dari maksud dan tujuan Muhammadiyah, secara redaksional menggantikan konsep masyarakat Islam. Sekalipun redaksi berbeda-beda, intinya tetap yaitu “Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur”. Masyarakat utama adalah masyarakat yang beriman dengan sistem 85 Rodney Stark, Sosiology, California: Wad Swort Publisher Company, 1985, hal. 26 86 Nanih Machendrawati, Agus Ahmad Syafe’i, Pengembangan Masyarakat Islam dari Ideologi, Strategi sampai Tradisi, Bandung: Rosdakarya, 2001, hal. 5 87 Sidi Ghazalba, Masyarakat Islam, Pengantar Sosiologi dan Sosiografi, hal. 102 88 Abdo A. Elkholy, Konsep al-Qur’an tentang Masyarakat dalam Perspektif Muslim tentang Perubahan Sosial, Bandung: Pustaka, 1988, hal. 119 kelembagaan yang mampu menegakkan kebaikan amar ma’rufhumanisasi dan mencegah yang buruk nahy munkarliberalisasi dan berorientasi kepada nilai-nilai keutamaan al-khair. Nilai keutamaan ini menjadi dasar pijakan dalam membangun masyarakat yang mengalami proses perubahan secara terus menerus. Al-Qur’an mengajarkan nilai-nilai dasar pembangunan masyarkat sebagai berikut: a Menjunjung tinggi nilai kehormatan manusia. b Memupuk rasa persatuan dan kekeluargaan. c Mewujudkan kerjasama umat manusia menuju terciptanya masyarakat sejahtera lahir dan batin. d Memupuk jiwa toleransi. e Menghormati kebebasan orang lain. f Menegakkan budi pekerti luhur. g Menegakkan keadilan. h Perlakuan sama dan setara. i Memenuhi janji. j Menanamkan kasih sayang dan mencegah kerusakan. 89 Masyarakat Utama dapat dilihat dari dua aspek: petama aspek institusional wadah dan kedua aspek individual subyek. Sebagai institusi masyarakat merupakan suatu persekutuan bersama antar manusia, karena itu pada masyarakat akan berlangsung proses kehidupan sosial, proses interaksi dan bahkan proses keseluruhan aspek kehidupan. Sifat utama dalam konteks masyarakat sebagai institusi, berarti sistem dan tatanan sosial serta budaya yang dikembangkan adalah kondusif bagi terwujudnya kehidupan sejahtera lahir dan batin bagi segenap anggotanya, yaitu kehidupan yang tertib, aman, adil dan makmur material maupun spiritual, sehingga seluruh anggota masyarakat merasakan kedamaian dan ketentraman. 90 89 M. Yunan Yusuf, dalam Pengantar Masyarakat Utama, Konsepsi dan Strategi, Ed, M. Yunan Yusuf, Yusron Razak Suwito dan Sudarmono Abdul Hakim, Jakarta: Kerjasama dengan Lembaga Pengkajian dan Pengembangan PP Muhammadiyah, 1995, hal. xii. 90 M. Yunan Yusuf, dalam Pengantar Masyarakat Utama, Konsepsi dan Strategi, hal xii Sistem dan tatanan sosial adalah sebuah sistem dan tatanan yang memberikan kemudahan, perlindungan, perasamaan, kemerdekaan dan kebebasan individu anggota masyarakat dari belenggu dan kondisi hidup yang tidak manusiawi kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan. Dan budaya yang dikembangkan adalah al-madaniyyah, budaya yang merupakan internalisasi nilai-nilai ketuhanan, menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan dan berorientasi pada kemajuan yang berwawasan masa depan. Dari aspek individual subyek, masyarakat utama terdiri dari individu utama yang memiliki kriteria tadzakkar, tafakkur, musyawarat, tasamuh, tawashaw, ikhtiyar, ta’awun, ukhuwat, fastabiq al-khairat, jihad dan ijtihad serta istiqamat. 91

2. Masyarakat Islam menurut al-Qur’an dan al-Sunah