Perkembangan Konsep Dakwah Membangun Pemerintahan Islam

4. Perkembangan Konsep Dakwah

Rumusan pengertiandefinisi dakwah yang dikemukakan oleh beberapa penulis dakwah, peneliti analisis dengan menggunakan diagram ogden dan Richards tentang hubungan antara symbol, konotasi pengertian dan denotasi hal yang ditunjuk. 53 Dakwah sebagai symbolkonsep, realisasi nilai-nilai Islam dalam tataran kehidupan sosial konotasi, dan kehidupan masyarakat yang adil, makmur, sejahtera lahir dan batin yang diridlai Allah sebagai realitas denotasi. Keserasian hubungan antara symbol, konotasi, dan denotasi dalam rumusan sebuah konsep menunjukkan kualitas konsep uang dihasilkan. Ternyata para penulis dakwah masih menunjukkan adanya kesengajaan dalam memahami hubungan antara symbol, konotasi, dan denotasi, hal ini menyebabkan munculnya dua pola pengertian pemikiran dakwah. Pertama, dakwah diberi pengertian tablighpenyiaranpenerangan agama. Kedua, dakwah diberi pengertian semua usaha untuk merealisasikan ajaran Islam dalam tataran kehidupan sosial. Pengertian pertama terkesan terlalu sempit sehingga tidak mampu menghubungkan antara simbol konsep dengan realitas denotasi, sedangkan pengertian kedua sebaliknya terlalu luas, sehingga sulit membatasi dan mengidentifikasi aktifitas dakwah. Kerangka pemikiran semacam ini berimplikasi pada ketidak jelasan dalam menentukan criteria unsure-unsur dakwah, seperti; kriteria da’i, pesan materi, uslub metode, washilat media, mad’u dan tujuan maupun dari aspek bentuk dakwah seperti; irsyad internalisasi dan bimbingan, tabligh transmisi dan penyebaran tadbir rekayasa sumber daya manusia, dan tathwir pengembangan kehidupan dalam aspek kultur universal. 54 53 Herbert L. Searles, Logika dan Metode-metode Ilmiah, Terjemahan Soepono Soemargono dan Sri Badiati, Yogyakarta: Dua Demensi, tt, hal. 27. 54 Amrullah Ahmad, Metodelogi Seminar Dakwah Islamiyah, Orientasi, Masalah dan teknik, Yogyakarta: Masyarakat Studi Ilmu dan Teknologi Dakwah, 1987, hal. 100. Kriteria da’i adalah mereka yang aktif berceramahberkhutbah melalui mimbar, pada hal aktifitas semacam itu lebih tepat disebut mubalighkhotib. Berangkat dari wawasan umat bahwa dakwah adalah tabligh, maka tradisi dakwah adalah ceramah,pidato di atas mimbar. Tradisi dakwah semacam ini mengakibatkan dakwah Islam hanya mampu memasuki “wilayah pingir” dari system kepribadian dan kehidupan sosial. Budaya dakwah semacam ini dapat dikatakan sebagai budaya dakwah oral yang hamper tidak pernah memberikan jawaban secara konkrit atas permasalahan dakwah. Pemaknaan dakwah hanya sekedar tablighpenyampaian diperkuat dengan anggapan bahwa tugas Nabi dan Rasul hanyalah menyampaikan risalah Tuhan sedangkan hidayahpetunjuk, mutlak milik Allah. 55 Keimanan maupun kekafiran seseorang termasuk dalam kategori takdir Tuhan. Pengertian dakwah pola kedua, bahwa dakwah tidak identik dengan tabligh, tetapi meliputi semua ikhtiyar mewujudkan ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan sosial, dalam konteks ini tabligh merupakan bagian dari dakwah Islam, karena itu pengertian kedua ini terlihat terlalu luas yang masih memerlukan batasan-batasan sehingga dakwah dapat dibedakan secara spesifik dengan kegiatan lain. Pengertian ini didukung oleh Abu Zahrah yang memberikan kriteria bahwa suatu kegiatan dapat disebut dakwah jika merupakan sistem usaha bersama orang beriman dalam rangka mewujudkan ajaran Islam dalam semua segi kehidupan sosiao-kultural yang dilakukan melalui lembaga-lembaga dakwah, sedangkan tabligh merupakan penyiaran dan penyampaian Islam agar dianut individu masyarakat yang dilakukan oleh individu maupun kolektif baik melalui lisan maupun tulisan. Tabligh 55 Hidayah sepenuhnya milik Allah, Nabi tidak memiliki kewenangan untuk mengislamkan seseorang sekalipun terhadap pamannya sendiri; Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk al-Qashas; 56. merupakan bagian dari sistem dakwah yang dilakukan oleh para ahli semua profesinya. Pandangan semacam inimengandung pemahaman bahwa dakwa memerlukan organisasi untuk menunaikan fardlu kifayah. Terbentuknya lembaga dakwah berangkat dari kesadaran individu untuk melaksanakan tabligh yang kemudian berkembang menjadi kesadaran kolektif untuk melaksanakan dakwah dalam suatu sistem tertentu dan dalam lembaga dakwah. Berdasarkan pengertian kedua ini menghendaki adanya gerakan dakwah yang bersifat professional. 56 Nabi secara eksplisit tidak pernah memberikan batasan menengah dakwah baik dari ucapan maupun perilakunya, karena itu para ulama berijtihad untuk memberikan pengertian dakwah. Mereka berusaha mengidentifikasi tindakan-tindakan tertentu yang masuk dalam cakupan makna dakwah sejajar dengan peluang yang dimungkinkan untuk mencari legitimasi agama dalam meletakkan dakwah sesuai dengan kemauannya, yakni dengan cara melaksanakan makna dakwah. Inilah yang menyebabkan pemaknaan dakwah mengalami penyempitan dan di sisi lain mengalami perluasan. 57 Dalam pengertian agama, dakwah mengandung arti panggilan Tuhan dan Rasul- Nya untuk umat manusia agar mempercayai ajaran Islam dan mewujudkan ajaran itu dalam segala segi kehidupannya. Tugas semua Nabi dan Rasul termasuk Nabi Muhammad adalah mendakwahkan agama. Dalam pengertian ini dakwah antara lain didefinisikan sebagai ajarakan kepada orang lain agar menerima ajaran perseorangan atau kelompok yang 56 Dakwah bersifat profesioanal. Jika ukuran profesional adalah pekerjaan dan ketrampilan, maka dakwah profesional adalah dakwah yang mengharuskan keterlibatkan da’i dalam pengelolaan sistem dakwah bukan sebagai pekerjaan sambilan, tetapi sebagai pekerjaan utama dengan mengerahkan semua ketrampilan dan intelektualitas yang dimiliki untuk memfungsikan sistem dakwah. Dalam praktek dewasa ini dakwah belum bersifat profesioanal karena keterlibatan da’i dan muballigh dalam lembaga dakwah masih sebatas pekerjaan sambilan, hal ini berakibat kurang adanya konsisten dalam mengamati permasalahan, penyusunan program, pelaksanaan mamagerial dan evaluasi kegiatan. 57 Muhammad Sulthon, Menjawab Tantangan Zaman, Desain Ilmu Dakwah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, hal. 13. mengkalim sebagai penguasa, karena kekuasaan diyakini sebagai hak mereka dan merupakan bagian dari kepercayaan agama. 58 Merujuk kepada beberapa praktek sejarah umat Islam klasik, istilah dakwah juga dipakai untuk menunjuk suatu wilayah tertentu yang dinyatakan telah setia dengan pemnerintahan pusat. Dakwah adalah doktrin , madzhab dan sekte. Di samping pengertian keagamaan pada masa modern, istilah dakwah menemukan pengertian keagamaan . max Muller 1873, memperkenalkan system klasifikasi agama ke dalam agama dakwah dan agama non dakwah. 59 Dengan klasifikasi ini, dakwah disamping bermakna penyiaran agama tabligh, istilah itu juga menunjuk pada pengalaman ajaran agama. Perkembangan ini mendorong kaum muslimin mendirikan lembaga pendidikan dakwah lintas negara. Pada tahun 1912 didirikan lembaga pendidikan dakwah di Kairo dengan nama “Dar al-Dakwat wa al-Irsyad”. 60 Perkembangan ini menunjukkan bahwa dakwah difahami sebagai wacana akademik yang tidak selalu diabdikan untuk kepentingan praktis, akan tetapi diarahkan pada upaya akademik dalam rangka pengembangan kehidupan beragama. Dalam pengertian keagamaan, dakwah memasukkan aktifitas tabligh penyiaran, tathbiq penerapanpengalaman dan tandzim pengelolaan. Dalam pengertian semacam ini dakwah tidak akan selasai jika hanya dilakukan secara individual, karena dakwah bukan hanya untuk mad’u non muslim saja, akan tetapi juga ditujukan kepada yang muslim. 58 Dilingkungan Sunni, seperti dimainkan oleh dinasti Abbasiyah dalam perebutan kekuasaan dengan dinasti Umayyah disebut sebagai gerakan dakwah dengan slogon “ridla min Ali Muhammad”. Di kalangan Syi’ah gerakan dakwah ditujukan untuk setia dan taat kepada pemimpin, gerakan dakwah syi’ah ini telah melahirkan kerajaan Qaramithah Ismailiyah 902-907 M yang berpuncak pada berdirinya dinasti Fathimiyah di Afrika Utara dan mencapai puncak keemasannnya di Mesir. 59 Larry Poston, Islamic Dakwah in The West, Muslim: Mission ary Activity and the Dynamics Conversion to Islam, New York: Oxford University Press, 1992, hal. 3-4. 60 M. Canard, “Dakwah” dalam B. Lewis, CH Pellat and J Schact, The Encyclopaedia of Islam, II, Leiden: EJ. Brill, 1965, hal. 170. Harun Nasution menyatakan bahwa nama lembaga ini adalah “madrasah al- Dakwah wa al-Irsyad” didirikanpada tahun 1912 namun segera ditutup karena perang dunia ke II. Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Risalah, 1984, hal. 39-40. Kepada orang muslim dakwah berfungsi sebagai proses peningkatan kualitas penerapan ajaran agama sedangkan untuk non muslim fungsi dakwah memperkenalkan dan mengajak mereka agar mau memeluk Islam secara sukarela. Penerimaan secara sukarela bagi mad’u non muslim ini menjadi syarat dalam gerakan dakwah, karena Rasulullah saw sendiri tetab membiarkan kaum Ahli Kitab yang tidak mau menerima dakwahnya untuk tetap pada agama mereka. Dakwah dilakukan bagaikan seminar akademik dalam skala luas, siapa saja yang mengetahui lebih baik bebas untuk menceritakan dan meyakinkan orang lain, sementara orang lain bebas mendengarkan dan meyakini. Perluasan pemaknaan dakwah adalah aktivitas yang berorientasi pada pengembangan masyarakat muslim, antara lain dalam bentuk peningkatan kesejahteraan sosial. Ide pengembangan masyarakat sebagai bagian dari cakupan dakwah pada dasarnya merupakan alternatif baru atas dominasi pemaknaan dakwah bagi kepentingan politik- keagamaan. Gagasan pengembangan pemaknaan dakwah dengan memasukkan unsure pengembangan masyarakat ditolak oleh sebagian intelektual Barat, Dele F. Eickelman dan James Piscatori, mereka berpandangan bahwa ide kesejahteraan sosial masuk dalam cakupan dakwah adalah penambahan ide lain ke dalam pengertian dakwah. Pandangan mereka tentang Redefinisi dakwah yang memasukkan ide-ide aktivitas kesejahteraan sosial adalah: Sekarang tradisi dakwah telah mulai direformulasi ulang dalam satu cara yang halus tetapi penting. Pendidikan masih berperan sentral dan bahkan pola-pola politisasi telah terulang kembali. Sebagia contoh kelompok Syi’ah di Irak yang beroposisi terhadap pemerintahan Saddam Hussein lahir 1973 memunculkan nama Hizb al-Da’wat al-Islamiyat Partai Dakwah Islam. Sementara salah satu sarana utama penyebaran agama dan ide-ide politik di libia adalah Jam’iyat al-Dakwat al-Islamiyat Organisasi Dakwah Islamiyah. Bahkan tradisi dakwah juga sedang didefinisikan ulang guna memasukkan ide-ide tentang aktivitas kesejahteraan sosial, klinik kesehatan gratis, bantuan orang makan miskin, subsidi perumahan dan bantuan modal usaha kecil yang seringkali menggantikan pelayanan pemerintah yang kurang efektif atau bahkan tidak ada. 61 Mereka memberikan contoh beberapa lembaga dakwah yang berorientasi pengembangan masyarakat Islam, di antaranya Hizbullah Partai Islam telah mengembangkan sistem kesejahteraan sosial secara luas di Libanon yang melibatkan dakwah, pendidikan, pertanian,. Medis, dan bantuan perumahan. Di distrik Bir al-‘Abid, Bairut Hizbullah telah menjalankan koperasi dan supermarket yang menjual produk dengan harag di bawah harga eceran, menyediakan beasiswa, mengelola klinik-klinik kesehatan dan memberi subsidi perumahan kepada orang yang membutuhkan. Di Amerika Serikat American Muslim Council 1992 menekankan perlunya lembaga pelayaan sosial. Jama’ah Nashr al-Islam Jama’ah untuk Kemenangan Islam di Negeria Utara mengoprasionalkan klinik-klinik kesehatan dan kelompok bantuan yang fungsinya mirip dengan Palang Merah. ABIM Angkatan Belia Islam Malaysia dan Darul Arqam di Malaysia telah membuka klinik kesehatan umum, peternakan dan pabrik untuk memproduksi makanan halal, pasta gigi dan sabun. Orientasi dakwah pada pengembangan masyarakat Islam dapat mengambil pola dakwah cultural dakwah politik dan dakwah ekonomi. Dakwah kultural adalah aktivitas dakwah yang menekankan pendekatan Islam cultural. Islam kultural adalah salah satu pendekatan yang berusaha meninjau kembali kaitan doktrinal antara Islam dan politik atau 61 Dele F. Eickelman dan James Piscatori, Ekspresi Politik Muslim, terj. Rofiq Suhud, Bandung: Mizan, 1998, hal: 48. Islam dengan negara. Negara sebagai instrumen pengalaman ajaran agama. Dakwah politik adalah gerakan dakwah yang ada dalam kekuasaan. Aktivitas dakwah politik bergerak mendakwahkan ajaran agama guna menjadikan Islam sebagai ideology negara, nilai-nilai Islam melekat pada kehidupan politik bangsa, negara dipandang sebagai alatsarana dakwah yang paling strategis. Identifikasi dakwah dalam kaitannya dengan peningkatan kesejahteraan sosial, dakwah ekonomi adalah upaya mewujudkan nilai-nilai ajaran Islam yang dapat berfungsi meningkatkan sosial ekonomi umat. Ajaran-ajaran Islam dalam kategori itu antara lain: jual beli, musaqah, muzara’ah, zakat, infaq, sadaqah, wakaf, qurban, aqiqah, dam, kafarat dan sebagainya. Ajaran-ajaran tersebut dapat ditemukan relevansinya dengan proses produksi, distribusi dan pemanfataan barang dan saja. Dengan demikian dakwah ekonomi berdasarkan isi pesan dan tujuannya dapat dirumuskan sebagai kegiatan dakwah yang berusaha mengimplesmentasikan ajaran Islam yang berhubungan dengan proses ekonomi guna meningkatkan taraf hidup masyarakat. 62

5. Dakwah Kultural, Struktural dan dakwah Integratif