Kekeluargaan ‘Ashabiyat DAKWAH 1. Pengertian Dakwah

3 Daya akal yang berfungsi untuk memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi. 4 Daya kalbu, yang memungkinkan mengembangkan moral, merasakan keindahan, kelazatan iman. Dari daya inilah yang melahirkan intuisi dan indra keenam. 115 Apabila keempat daya ini digunakan dan dikembangkan secara baik, maka kualitas pribadi akan mencapai puncaknya, yaitu pribadi yang beriman, berbudi pekerti luhur memiliki kecerdasan, ilmu pengetahuan dan keterampilan, keuletan serta wawasan masa depan yang baik. Al-Qur’an menanamkan kualitas hidup semacam ini dengan istilah “al-Hayat al-Thayyibat” dan cara untuk mencapainya ditunjukkan dengan “amal shaleh”. 116 Pengembangan daya pikir, fisik dan kalbu serta daya hidup yang merupakan potensi dasar manusia perlu dijelaskan dengan teori sosiologi dengan istilah pemberdayaan. 117 Yaitu pemberdayaan potensi manusiawi untuk mencapai tingkat manusia sebagai individu yang berkualitas tinggi menuju taraf kesempurnaan insan kamil.

b. Kekeluargaan ‘Ashabiyat

Di samping kelebihan yang dimiliki manusia, terdapat juga sifat kekurangan dan kelemahan, yait tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup serta mempertahankan diri dari serangan binatang buas ataupun dari serangan manusisa lain, untuk menutupi 115 M. Quraisy Shihab, Membumikan al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1994, hal. 281 116 Qs. An-Nahl: 97 ُﮫﱠﻨَﯿِﯿْﺤُﻨَﻠَﻓ ٌﻦِﻣْﺆُﻣ َﻮُھَو ﻰَﺜﻧُأ ْوَأ ٍﺮَﻛَذ ﻦﱢﻣ ﺎًﺤِﻟﺎَﺻ َﻞِﻤَﻋ ْﻦَﻣ َنﻮُﻠَﻤْﻌَﯾ اﻮُﻧﺎَﻛﺎَﻣ ِﻦَﺴْﺣَﺄِﺑ ْﻢُھَﺮْﺟَأ ْﻢُﮭﱠﻨَﯾِﺰْﺠَﻨَﻟَو ًﺔَﺒﱢﯿَﻃ ًةﺎَﯿَﺣ } 97 { Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. 117 Pemberdayaan adalah terjemahan dari empowerment yang dapat diartikan pengembangan. Lihat Nanich Machdrawati, Pengembangan Masyarakat Islam dari Ideologi, Strategi Sampai Tradisi, Bandung: Rosda Karya, 2001, hal. 42 kekurangan dan kelemahannya ini manusia bergabung dengan manusia lain untuk bergotong royang ta’awun, dengan sistem kerjasama ini kebutuhan manusia akan dapat terpenuhi. 118 Sikap saling membutuhkan, saling melengkapi, tolong menolong dan gotong royong inilah kemudian berkembang menjadi perasaan untuk saling melindungi dan membangkitkan ras persaudaraan dan kekeluargaan atau yang lebih dikenal dengan istilah ‘ashabiyat. 119 ‘ashabiyat pada dasarnya lahir dari hubungan darah dan ikatan yang menumbuhkan rasa. Ikatan darah menumbuhkan perasaan cinta terhadap saudara dan kewajiban untuk menolong dan melindungi mereka dari tindakan kekerasan. Menurut Ibn Khaldun, solidaritas hanya dapat dibangun berdasarkan golongan yang dihubungkan oleh pertalian darah atau pertalian lain yang memiliki arti sama. 120 Dengan demikian ‘ashabiyat memiliki banyak arti diantaranya; esprit de corps, partisuship, famille, parti, tribal loyality, citality, feling ofurity, group adhesion, groupdom, sens of solidarity, group mind collective conciouness,group feeling, feeling of solidarity and social solidarity. 121 Degan demikian ‘ashabiyat tidak hanya didasarkan pada hubungan kekeluargaan, akan tetapi meliputi perasaan kekeluargaan dan saling mengasihi yang berkembang dalam kalangan individu yang membentuk solidaritas sosial. Agama pada dasarnya memunculkan solidaritas, karena agama dapat menyingkirkan perasaan iri dan dengki dari anggota kelompok dan mampu 118 Ibnu Khaldun, Muqaddimah, Kairo: Dar al-Fikr, tt. Hal. 71 119 Eugene A. Myers, Zaman Keemasan Islam, Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2003, hal. 73 120 Ibnu Khaldun, Muqaddimah, Kairo: Dar al-Fikr, tt. Hal. 151 121 Fuad Ba’ali, Society State and Urbanism Ibn Khalduns Sociological Though, New York: State University of New York Press, 1988, hal. 43. mengarahkan kepada kebenaran. Keluarga dalam pemikiran Ibn Khaldun lebih didasarkan pada rasa kekeluargaan, hal ini menimbulkan adanya sikap saling membutuhkan dan saling tolong menolong. Dengan sikap solodaritas dan ikatan kekeluargaan ‘ashabiyat, maka diarahkan pada pembinaan dan orientasi kea rah pembinaan yang lebih baik yang berpijak pada ajaran agama, dan sebaliknya. Pembinaan agama tanpa adanya solidaritas sosial tidak akan berjalan dengan baik. 122 Sikap keagamaan dapat meredam pertentangan dan iri hati serta dengki. Pembinaan keagamaan yang diarahkan pada pembinaan sikap kekeluargaan akan dapat berlangsung dengan baik.

c. Masyarakat