di antara mereka yang menonjol. Keharusan adanya pemimpin dalam kehidupan manusia inilah yang dinamakan al-Mulk atau kedaulatan.
127
Konsep al-Mulk kedaulatan ini merupakan konsep tentang kenegaraan. Kekuasaan terdapat dalam keseluruhan hidup manusia terlepas apakah manusia itu
beragama atau tidak. Dinamika Negara dalam artian wilayah dan rakyatnya, baik atau buruk ditentukan oleh komponen Negara serta budaya yang dikembangkan.
Dalam sistem khalifah Negara dijadikan sebagai tempat untuk membentuk tatanan masyarakat Islam. Menurut Ibn Khaldun negara dan kedaulatan tidak dapat
dipisahkan dengan peradaban. Pengembangan masyarakat Islam dalam konteks Negara adalah menciptakan
suatu peradaban sesuai dengan nilai-nilai moral agama, sehingga elemen-elemen peradaban yang meliputi organisasi sosial, kekuasaan, usaha hidup, ilmu
pengetahuan dan keahlian diatur dan dikembangan secara komprehensif melalui komponen kenegaraan baik sistem pemerintahan, perundang-undangan, sistem
kebudayaan. Negara sebagai wadah menciptakan masyarakat yang memiliki peradaban yang tinggi berdasarkan syari’at agama.
e. Peradaban Al-‘Umran
Peradaban Al-‘Umran merupakan puncak dari eksistensi kehidupan manusia. Berbagai bentuk kemajuan pada hakekatnya merupakan hasil dari peradaban.
Pengembangan masyarakat Islam yang mengacu pada pemikiran sosiologi Ibn Khaldun pada dasarnya mengemas peradaban masyarakat dengan nilai-nilai moral
keagamaan. Agama merupakan faktor penting bagi peradaban, artinya peradaban ditegakkan atas dasar prinsip-prinsip keagamaan. Gabungan antara kekuatan
127
Ibnu Khaldun, Muqaddimah, Kairo: Dar al-Fikr, tt. Hal. 74
ashabiyat dan agama merupakan kekuatan dahsyat yang dapat membentuk suatu peradaban. Solidaritas tanpa dibarengi dengan nilai-nilai agama dan sebaliknya
gerakan keagamaan tanpa solidaritas tidak akan berhasil.
128
Pengembangan masyarakat Islam bermula dari pengembangan peradaban masyarakat secara Islami sehingga tujuan akhir terbentuknya masyarakat khairu
ummat dapat terwujud.
129
128
Yuyun S. Sumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Popular, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996, hal. 263
129
Karakteristik masyarkat khairu Umat adalah; 1 berjuang dalam kesalehan, 2 adanya keamanan untuk hidup yang lebih baik, 3 berlaku jujur dan adil dalam masyarakat pluralis. 4 ber Islam, Iman dan
Taqwa.
BAB IV DAKWAH RASULULAH SAW
A. Turunnya Wahyu Perintah Dakwah
Kitabbullah Al Qur’anul Karim adalah wahyu yang diterima Muhammad SAW dari Allah SWT dan diterima oleh kaum muslimin dari Rasulnya. Al Qur’an adalah kitab
agama bagi kaum muslimin. Didalam kitab ini berhimpun semua agama langit, menuntun kehidupan umat manusia, supaya mendapat keselamatan dunia akhirat. Al Qur’an merupakan
kitab samawi yang terakhir, yang bernilai mu’jizat guna menyempurnakan akida samawiyah umat muslim. Wahyu Allah SWT Al Qur’an merupakan tanda kebenaran rasul SAW,
disamping merupakan bukti yang jelas atas kenabian dan kerasulannya. Adapun mengenai turunnya Al Qur’an tersebut lewat perantara Aminus Sama’
Malaikat Jibril a.s dan turun kepada hati Nabi Muhammad secara berangsurangsur, supaya dapat dihafal. Nur menembus alam, cahaya menyinari semesta dan sampailah hidyah Allah
SWT, kepada makhluk-Nya Ibrahim, 1991: 29 Tiga tahun sebelum mendapat wahyu, Muhammad Saw mengasingkan diri dalam Gua Hira’ untuk beribadah selama Bulan
Ramadhan. Ketika usianya mencapai 40 tahun, beliau menerima wahyu pertama. Permulaan wahyu itu turun pada Bulan Ramadhan. Beliau belum pernah melihat di dalam mimpinya itu
di masa-masa sebelumnya seperti apa yang dilihatnya di waktu subuh Boisard, 1980: 49. Pertama kalinya wahyu; Al Qur’an dari Allah SWT turun adalah pada awal tanggal
17 Ramadhan, bertepatan dengan tanggal 6 Agustus tahun 610M, serta bertepatan pula dengan usia Nabi Muhammad Saw, yang ke 40 tahun. Firman Allah dalam Qur’an Surat Al
Anfal ayat 41 :