Temuan kesantunan berbahasa menurut Leech dalam naskah drama

ucapan Nabi. Hal tersebut menunjukkan Semar menambah pengorbanan bagi dirinya sendiri. 4 Konteks : Ujaran diucapkan oleh Embah putri kepada Ranggong. Ranggong datang meminta tolong kepada Embah putri, agar menolong pemimpinnya yang sedang sakit. Tujuan Embah putri untuk melayani tamunya. Percakapan ini terjadi di rumah Embah Putri. Ranggong : Tapi pemimpin kami tidak boleh mati. Embah Putri: Emangnya kenapa? Ranggong : Setidak-tidaknya kematiannya ditunda barang beberapa tahun sampai ia sempat mewujudkan impian spektakulernya. Embah Putri: Sebentar, Lebih baik kalian minum dulu. Borok : Kami tidak perlu minum, Mbah. Kami perlu minta jamu itu. 4 Ujaran yang ucapkan oleh Embah Putri di atas dikatakan mematuhi maksim kebijaksanaan, karena Embah Putri berusaha memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain Ranggong dan Borok. Pemaksimalan dilakukan Embah putri dengan menawarkan minum kepada tamunya sebelum dia memberikan obat. Pemaksimalan tersebut terlihat pada Lebih baik kalian minum dulu. Walaupun Embah terus didesak oleh Ranggong dan Borok namun Embah Putri dengan tenang dan sabar menawarkan minuman kepada Borok dan Ranggong. 5 Konteks : Ujaran diucapkan oleh Juru kunci kepada Ranggong. Ranggong meminta petunjuk kepada Jurukunci dimana kuburan bayi. Tujuan Juru kunci yaitu unutk memberikan kemudahan kepada ranggong dalam menemukan kuburan bayi. Percakapan ini terjadi di tempat perkuburan atau makam. Ranggong : Kami tidak memerlukan kain kafan. Malam ini kami hanya perlu pentunjuk dari bapak. Jurukunci : Petunjuk apa? Ranggong : Kami perlu limabelas kuburan bayi. Jurukunci : Baru? Lama? Sedeng? Ranggong : Baru. 5 Ujaran yang diucapkan oleh Jurukunci tersebut di atas dikatakan mematuhi maksim kebijaksanaan, karena memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain. Jurukunci bersedia memberikan petunjuk kepada orang lain. Pemaksimalan itu terlihat pada Petunjuk apa? Pertanyaan yang diajukan Jurukunci tersebut menyatakan kalau dia bersedia memberi petunjuk ditambah lagi dengan kata 4 Ibid, h. 171-172 5 Ibid, h. 181 berikut ...ikutlah.... hal tersebut menunjuk Jurukunci ingin memberikan kemudahan bagi Ranggong untuk mencari mayat bayi-bayi, berarti Jurukunci meminimalkan kerugian bagi Ranggong. 6 Konteks : Ujaran diucapan oleh Jonathan kepada Waska. Jonathan mengajak Waska untuk minum . Tujuannya agar Waska dapat mengenang masa-masa indah persahabatan mereka. Ujaran ini terjadi di gerbong tua. Jonathan : Aku masih punya beberapa hal…. Waska : Simpan saja atau nyanyikan buat orang lain. Jonathan : Sebelum aku meninggalkan tempat ini, bagaimana kalau kita minum-minum dulu di warung, setidak-tidaknya kita masih bisa mengenangkan tahun-tahun persahabatan kita. 6 Ujaran yang diucapkan oleh Jonathan di atas dikatakan mematuhi maksim kebijaksanaan, karena memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain Waska. Walaupun Waska telah menolaknya tetapi Jonathan tidak mau meninggalkan temannya begitu saja, dia malah mengajak temannya untuk minum. Pemaksimalan itu terlihat pada kalimat bagaimana kalau kita minum-minum dulu di warung.... pertanyaan Jonathan tersebut menyatakan kalau dia seorang yang santun tidak pendendam walau sudah ditolak temannya. 7 Konteks : Ujaran diucapan oleh Waska kepada Debleng. Ketika Waska dan Ranggong memancing di laut tiba-tiba terpancing arwah Debleng. Tujuannya untuk menyatakan kesediaannya menguburkan mayat Debleng. Percakapan ini terjadi di tepi laut. Debleng : Debleng. Waska : Kok dalam laut? Debleng : Gua arwah. Waska : Kok dalam laut? Debleng : Gua sendiri nggak tahu kenapa. Tolong, jangan diajak omong terus. Gua cape. Tolong. kuburkan lagi mayat gua. Waska : Ini kewajiban. akan saya kubur. Ayo, Ranggong, Borok. 7 Ujaran Waska di atas yang menyatakan akan menguburkan Debleng dikatakan mematuhi maksim kebijaksanaan. Karena tindakan Waska tersebut memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain Debleng. Pemaksimalan tersebut terlihat pada Ini kewajiban. akan saya kubur. Ayo, Ranggong, Borok. Karena 6 Ibid, h. 194 menguburkan seseorang adalah kewajiban Waska bersedia menguburkan Debleng dan mengajak temannya ikut menguburkan Debleng. Tindakan tersebut memberi keuntungan bagi Debleng.

2. Maksim Penerimaan PN

Pematuhan maksim penerimaan terjadi apabila ujaran memaksimalkan kerugian pada diri sendiri dan meminimalkan keuntungan pada diri sendiri. Maksim penerimaan ini megandung makna menambah pengorbanan bagi diri sendiri demi kuntungan orang lain. Berikut penggalan ujaran yang mematuhi maksim penerimaan : 8 konteks : Ujaran ini disampaikan oleh Bigayah kepada Waska. Karena waska sakit, Bigayah merasa Waska perlu ada yang mengurusnya, dan Bigayah bersedia melayani waska. Tujuannya agar Waska bersedia menerima Bigayah. Percakapan ini terjadi di gerbong tua. Bigayah : Bungkus ketupat suguhanku yang kau makan empat puluh lebaran yang lalu masih kusimpan sebagai kenang-kenangan, Waska. Juga puting rokok menakjinggo yang kamu hisap empat puluh tahun yang lalu masih ku simpan sebagai tanda bukti kasihku padamu, Waska. Bahkan tikar yang kita pergunakan pertama kali malam itu, empat puluh cap gomeh yang lalu masih tergantung sebagai hiasan dinding rumahku, Waska. Empat puluh, Waska, angka yang cukup banyak dan cukup baik, masihkah kau menolak lamaranku, kehadiranku, cintaku. Waska, pada usiamu yang hampir seratus tahun seperti sekarang ini kau memerlukan seorang teman dalam kekosonganmu, dalam kesunyianmu. Waska : Aku masih muda. Aku masih muda. Baru saja aku melewati masa akilbalikku. Dan sekali aku mohon, Gayah … 8 Ujaran yang diucakan oleh Bigayah mengandung maksim penerimaan, karena Bigayah memaksimalkan kerugian bagi dirinya sendiri dengan menambah pengorbanan pada dirinya sendiri. Pengorbanan tersebut terlihat pada ujaran ...Empat puluh, Waska, angka yang cukup banyak dan cukup baik, masihkah kau menolak lamaranku, kehadiranku, cintaku..Waska, pada usiamu yang hampir seratus tahun seperti sekarang ini kau memerlukan seorang teman dalam 8 Ibid, h. 147

Dokumen yang terkait

Perilaku Mayarakat Urban dalam Drama Mega,Mega Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya pada Pembelajaran Sastra di SMA

14 70 139

Pandangan Hidup Tokoh Waska dalam Naskah Drama Umang-umang atawa Orkes Madun II dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Sastra

11 138 109

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH DRAMA BILA MALAM BERTAMBAH MALAM KARYA PUTU WIJAYA DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

12 109 94

Orientasi Masa Depan Tokoh Remaja dalam Naskah Lakon AAIIUU Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kelas XII

0 20 163

ANALISIS PERCAKAPAN TERHADAP DRAMA KAPAI-KAPAI KARYA ARIFIN C. NOER

1 8 16

CITRAAN DALAM NASKAH DRAMA MATAHARI DI SEBUAH JALAN Citraan Dalam Naskah Drama Matahari Di Sebuah Jalan Kecil Karya Arifin C Noer : Kajian Stilistika Dan Makna Yang Terkandung Di Dalamnya Serta Implementasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Di SMA.

0 3 13

CITRAAN DALAM NASKAH DRAMA MATAHARI DI SEBUAH JALAN Citraan Dalam Naskah Drama Matahari Di Sebuah Jalan Kecil Karya Arifin C Noer : Kajian Stilistika Dan Makna Yang Terkandung Di Dalamnya Serta Implementasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Di SMA.

1 9 20

RESISTDALAM Resistensi Arifin C. Noer Terhadap Kondisi Sosial Dalam Naskah Drama Aa-Ii-Uu: Analisis Sosiologi Sastra.

0 2 11

PENDAHULUAN Resistensi Arifin C. Noer Terhadap Kondisi Sosial Dalam Naskah Drama Aa-Ii-Uu: Analisis Sosiologi Sastra.

2 14 13

RESISTENSI ARIFIN C. NOER TERHADAP KONDISI SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA Aa – Ii – Uu: ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA Resistensi Arifin C. Noer Terhadap Kondisi Sosial Dalam Naskah Drama Aa-Ii-Uu: Analisis Sosiologi Sastra.

0 4 18