3. Pematuhan  dan  pelanggaran  kesantunan  berbahasa  dalam  naskah  drama
Umang-Umang karya Arifin C Noer dengan kajian pragmatik 4.
Impliksi  kesantunan  berbahasa  dalam  pembelajaran  bahasa  dan  sastra Indonesia.
C. Pembatasan Masalah
Banyaknya  permasalahan  yang  diidentifikasi,  maka  penulis  membatasi masalah  yang  akan  diteliti  pada  kesantunan  berbahasa  dalam  naskah  drama
Umang-Umang karya Arifin C Noer dan implikasinya dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Penelitian ini menggunakan prinsip kesantunan Leech yang
merupakan teori yang sesuai dengan kenyataan dan dianggap lengkap.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan  pembatasan  masalah  mengenai  kesantunan  berbahasa  yang dianalisis, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah  pematuhan  dan  pelanggaran  kesantunan  berbahasa  dalam
naskah drama Umang-Umang karya Arifin C Noer? 2.
Bagaimanakah  implikasi  kesantunan  berbahasa  terhadap  pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat dijelaskan tujuan dari analisis ini adalah:
1. Untuk  mendapatkan  data  yang  bersifat  deskriptif  tentang  kesantunan
berbahasa  yang  mematuhi  dan  melanggar  pada  naskah  drama  Umang- Umang karya Arifin C Noer.
2. Untuk  mendeskripsikan  implikasi  kesantunan  berbahasa  terhadap
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP.
F. Manfaat Pelitian
1. Manfaat secara teoretis
Manfaat  teoretis  yang  diperoleh  dari  hasil  penelitian  ini  adalah  memberikan sumbangan untuk perkembangan teori-teori pragmatik dan juga untuk membantu
penelitian-penelitian  selanjutnya yang  berhubungan  dengan  kesantunan
berbahasa. 2.
Manfaat secara praktis Penelitian  ini  dapat  digunakan  untuk  melatih  dan  mengembangkan
kesantunan  berbahasa  pembaca  maupun  para  peserta  didik  dalam  berkomunikasi baik terkait pembelajaran di sekolah atau penerapan dalam kehidupan sehari-hari
di masyarakat. Selain itu penelitian ini dapat membantu menanamkan pendidikan karakter pada peserta didik maupun pembaca.
7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pragmatik
1. Tokoh-Tokoh dan Teori Pragmatik
Pragmatik  tidak  lahir  begitu  saja.  Pragmatik  lahir  melalui  pemikiran  kritis  para ahli  yang  merasa  tidak  puas  dengan  ilmu  linguistik  yang  hanya  membahas  tentang
bahasa.  Maka  karena  rasa  ketidakpuasan  tersebut,  para  ahli  bahasa  terus mengembangkan  ilmu  linguistik  yang  mengkaji  tentang  makna,  sehingga  lahirlah
semantik  dan  pragmatik,  kedua  ilmu  tersebut  sama-sama  mengkaji  makna  tetapi semantik  mengkaji  makna  sesuai  arti  harfiahnya  sedangkan  pragmatik  mengkaji
makna sesuai konteksnya atau situasi pada saat tuturan itu diucapkan. Sekarang  pragmatik  menjadi  pembicaraan  yang  serius.  kajian  pragmatik  begitu
luas dan rumit, sehingga banyak para ahli mencoba mengkaji pragmatik dan akhirnya menghasilkan  defenisi  yang  berbeda-beda.  Berikut  ini  adalah  tokoh-tokoh    yang
mencetuskan atau memulai pengkajian tentang pragmatik. Moris  pada  tahun  1938,  berkontribusi  terhadap  penamaan  pragmatik.  Moris
mendefenisikan  pragmatik  sebagai  suatu  cabang  semiotik,  ilmu  tentang  tanda. ―Menurut  Moris  semiosis  adalah  sesuatu  yang  ditandai  penanda  definite.  Mediator
adalah  sarana  tanda;  penerima  yang  memperhatikan  tanda  adalah  interpretan; perantara  proses  adalah  interpreter;  apa  yang  diperhatikan  adalah  designata.”
1
Bagaimana  bahasa  itu  berhubungan  dengan  makna  yang  ingin  disampaikan  oleh penutur,  dan  makna  yang  terkadung  dalam  ucapan  sipenutur  tergantung  dari  situasi
yang terjadi pada saat tuturan tersebut terjadi.
1
Deborah Schiffrin, Ancangan Kajian Wacana, terj. dari  Approaches to Discourse, oleh Unang Dkk, Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2007, h. 269.
Pragmatik  merupakan  cabang  ilmu  bahasa  yang  semakin  dikenal  pada  masa sekarang ini, walaupun ilmu ini jarang atau tidak pernah disebut oleh para ahli bahasa
sebelumnya . M enurut Leech ―Hal ini dilandasi oleh semakin tertariknya para linguis
untuk menguak hakikat bahasa dan tidak akan membawa hasil yang diharapkan tanpa didasari  pemahaman  terhadap  pragmatik,  yakni  bagaimana  bahasa  itu  digunakan
dalam  komunikasi .”
2
Pragmatik  mengakibatkan  serasi  atau  tidaknya  penggunaan bahasa dalam komunikasi.
Leech menyatakan ―pada akhir tahun 1950-an Chomsky menemukan titik pusat sintaksis, namun, sebagai seorang strukturalis ia masih menganggap „makna’ terlalu
rumit  untuk  dipikirkan  secara  sungguh- sungguh.”
3
―Pada  awal  tahun  1960-an  Kazt bersama  kawan-kawannya  mulai,  menemukan  cara  mengintegrasikan  makna  dalam
teori  linguistik.    Lakoof  dan  Ross  pada  tahun  1971  menandaskan  bahwa  sintaksis tidak dapat dipisahkan dari kajian pemakaian bahasa.”
4
Kehadiran pragmatik  sebagai tahap  terakhir  dari  perkembangan  linguistik  yang  sangat  luas  bersangkutan  dengan
bentuk,  makna,  dan  konteks.  Pragmatik  dapat  diartikan  sebagai  ilmu  yang mempelajari bahasa secara eksternal, yang ditentukan oleh konteks dan situasi.
Pakar  pragmalinguistik  yang  mengemukakan  pengertian  pragmatik  yaitu  Jacob L.  Mey,  dikutip  oleh  Nuri  Nurhaidah
―memberikan  acuan  pragmatik  sebagai  ilmu bahasa  yang  mempelajari  pemakaian  dan  penggunaan  bahasa,  yang  ditentukan  oleh
konteks  situasi  tutur  di  dalam  masyarakat  dan  wahana  kebudayaan  yang  mewadahi dan  melatar-
belakanginya.”
5
―Levinson dikutip  Kunjana, mendefenisikan  pragmatik sebagai  studi bahasa  yang mempelajari  r
elasi bahasa dengan konteksnya.”
6
Menurut
2
Geoffrey Leech, Prinsip-Prinsip Pragmatik, terj. dari The Principles of  Pragmatics, oleh M.D.D Oka Jakarta:UI Press 1993, h. 1.
3
Leech, op. cit., h. 2
.
4
Ibid.
5
Nuri Nurhaidah, Wacana Poloitik Pemilihan Presiden di Indonesia, Yogyakarta: Smart Writing, 2014, h. 21.
6
Kunjana Rahardi, Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia, Jakarta: Erlangga,2005, h. 48.
Parker  yang  dikutip  oleh  Kunjana  bahwa  ―pragmatik  adalah  ilmu  bahasa  yang mempelajari  sturuktur  bahasa  secara  eksternal.”
7
George  Yule  mengemukakan ―Pragmatics is concerned with the study of meaning as communicated by a speaker
or  writer  and  interpreted  by  a  listeneror  reader. ”
8
Pragmatik  adalah  ilmu  yang mempelajari  tentang  komunikasi  antara  pembicara  dan  bagaimana  interpretasi  oleh
pendengar. Selanjutnya  dalam  buku  Gunarwan  juga  mengutip  beberapa  pendapat  ahli
mengenai  pragmatik  diantaranya, ―Yule mengatakan pragmatik itu mengkaji makna
kontekstual:  bagaimana  ada  lebih  banyak  yang  dikomunikasikan  daripada  yang sebenarnya diucapkan.
”
9
―Thomas mendefinisikan pragmatik sebagai kajian makna di  dalam  interaksi.
”
10
―Richards  mengatakan  pragmatik  adalah  kajian  tentang penggunaan  bahasa  di  dalam  komunikasi,  terutama  hubungan  di  antara  kalimat  dan
konteks  serta  situasi  penggunaan  kalimat  itu. ”
11
Ahli  lain  mengemukakan  batasan pragmatik  yakni  Tarigan.  Menurut
Tarigan  ―pragmatik  menelaah  ucapan-ucapan khusus  dalam  situasi-situasi  khusus  dan  memusatkan  perhatian  pada  aneka  ragam
cara  yang  merupakan  wadah  aneka  konteks  sosial.”
12
Pendapat  para  ahli  tersebut senada  bahwa  pragmatik  adalah  kajian  mengenai  makna  bahasa  yang  berdasarkan
kepada konteks saat interaksi berlangsung. Misalnya  cuaca  sedang  panas,  di  dalam  kelas  sedang  berlangsung  kegiatan
belajar  mengajar  yang  di  dalam  ruangannya  tidak  ada  pendingin  ruangan  dan pintunya tertutup. Kemu
dian guru berkata ―cuacanya panas sekali ya?” sambil kipas- kipas  dengan  tangannya.  Seorang  murid  kemudian  membuka  pintu  ruangan  kelas
7
Ibid.
8
George Yule, Pragmatics,New York: Oxford University Press 1996, h. 3.
9
Asim Gunarwan, Pragmatik Teori dan Kajian Nusantara, Jakarta: Universitas Atma Jaya 2007, h. 51.
10
Ibib, h. 51.
11
Ibid,  h. 218.
12
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pragmatik, Bandung: Angkasa, 2009, h. 31.