1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Seiring berjalannya waktu, perkembangan zaman tidak dapat dihindari. Begitu pula dengan keberadaan maupun peran profesi akuntan dimasa
sekarang dan akan datang, serta perkembangan bisnis yang menuntut profesionalisme dari seorang akuntan karena profesi akuntan merupakan salah
satu profesi yang melekat pada masyarakat bisnis. Oleh karena itu kesiapan yang menyangkut profesionalisme seorang yang berprofesi sebagai akuntan
diperlukan, sebab sebagai seorang profesionalisme harus memiliki tiga hal utama oleh setiap anggota profesi tersebut yaitu keahlian, berpengetahuan dan
berkarakter. Hal ini bertujuan untuk memenuhi peran dan tanggung jawabnya kepada masyarakat para pemakai jasa profesionalisme profesi akuntan. Sikap
dan tindakan etis akuntan akan sangat menentukan posisinya di masyarakat, pemakai jasa profesionalnya dan akan menentukan keberadaannya dalam
persaingan diantara rekan profesi dari negara lainnya Yusup et al., 2007. Di Indonesia sedang berkembang issue seiring dengan terjadinya
beberapa pelanggaran etika yang terjadi, baik yang dilakukan oleh akuntan publik, akuntan intern, maupun akuntan pemerintah. Hal ini tidak akan terjadi
jika setiap akuntan dan calon akuntan mempunyai pengetahuan pemahaman dalam menerapkan etika secara memadai untuk melaksanakan tugasnya
sebagai seorang akuntan yang professional. Pekerjaan seorang akuntan harus
2 dikerjakan dengan sikap yang professional yang sepenuhnya berlandaskan
pada standar moral dan etika yang ada. Dalam menjalankan profesinya sebagai pemeriksa audit, seorang akuntan diatur oleh suatu kode etik profesi. Kode
etik profesi di Indonesia dikenal dengan nama Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia Renyowijoyo, 2005.
Pada Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia IAI pasal 1 ayat 2 mengamanatkan bahwa setiap anggota harus mempertahankan integritas dan
objektivitas, ia akan bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadinya. Dengan adanya kode etik,
masyarakat akan menilai sejauh mana seorang auditor telah bekerja sesuai dengan standar-standar etika yang telah ditetapkan oleh profesinya.
Menurut Hunt dan Vitel dalam Komsiyah dan Indriantoro 1998, kemampuan seorang professional untuk dapat mengerti dan peka akan adanya
masalah etika dalam profesinya sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya atau masyarakat dimana profesi itu berada, lingkungan profesinya, lingkungan
organisasi atau tempat ia bekerja serta pengalaman pribadinya. Sudibyo dalam Komsiyah dan Indriantoro 1998 menyatakan dunia pendidikan akuntansi
mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku etis akuntan. Oleh sebab itu pemahaman seorang calon akuntan mahasiswa akuntansi sangat
diperlukan dalam hal etika dan keberadaan pendidikan etika ini juga memiliki peranan penting dalam perkembangan profesi akuntansi di Indonesia. Mata
kuliah yang mengandung muatan etika tidak terlepas dari misi yang telah dimiliki oleh pendidikan tinggi akuntansi sebagai subsistem pendidikan tinggi,
3 tetapi pendidikan tinggi akuntansi yang bertanggung jawab pada pengajaran
ilmu pengetahuan yang menyangkut tentang etika yang harus dimiliki oleh mahasiswanya dan agar mahasiswanya mempunyai kepribadian personalitiy
yang utuh sebagai calon akuntan yang professional. Abdullah dan Halim 2002 menyatakan etika dalam profesi akuntansi mendapat sorotan karena
ternyata kurikulum pendidikan belum mencakup muatan etika yang cukup berarti Ludigdo dan Macfoedz, 1999 ; Engle dan smith, 1990, karena
akuntan pendidikbelum memiliki suatu kode etik dan adanya penolakan para akademisi untuk mengajarkan etika dalam perkuliahan akuntansi.
Seorang akuntan dalam melaksanakan profesinya diatur oleh suatu kode etik akuntan, berupa norma perilaku yang mengatur hubungan antara
akuntan dengan para klien, antara akuntan dengan sejawatnya, dan antara profesi dengan masyarakat Sihwajoeni dan Godono M, 2000.
Dalam hal etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi, yang biasanya dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi
pegangan bagi setiap orang yang mengemban profesi yang bersangkutan. Aturan ini merupakan aturan main dalam menjalankan atau mengemban
profesi tersebut yang biasanya disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi. Setiap profesi yang memberikan pelayanan
kepada masyarakat harus memiliki kode etik yang merupakan seperangkat prinsip-prinsip dan mengatur tentang prilaku profesionalisme Murtanto dan
marini 2003 dalam Prajitno Sugiarto 2006
4 Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas pelayanan bidang jabatan
dapat dicapai dengan mewajibkan standar pelaksanaan kerja dan perilaku yang tertinggi bagi pelaksanaannya, kode etik jabatan dimaksudkan untuk
menyediakan standar perilaku bagi mereka yang melaksanakan praktik pelayanan akuntan publik. Ikatan Akuntan Indonesia IAI sejak tahun 1973
telah mengesahkan ”Kode Etik Akuntan Indonesia” yang mengalami revisi tahun 1986, 1994 dan terakhir tahun 1998 dalam pasal 1 ayat 2 yang
mengamanatkan ”setiap anggota harus mempertahankan integritas dan obyektivitas dalam melaksanakan tugasnya guna menjaga hubungan dengan
klien”. Menurut Wiwik Utami et.al., 2009 Internal Federation of Accountans
IFAC pada tahun 2008 menerbitkan delapan standar pendidikan internasional international Education Standards IES. Dari delapan standar
tersebut, standar nomor 4 IES 4 menyebutkan bahwa program pendidikan akuntansi sebaiknya memberikan rangka nilai, etika, dan sikap professional
untuk melatih judgement professional calon akuntan sehingga dapat bertindak secara etis di tengah kepentingan profesi dan masyarakat.
Penelitian etika profesi akuntan ini dilakukan karena profesi akuntan dalam aktivitasnya tidak terpisahkan dengan prinsip-prinsip yang tercantum
dalam etika profesi. Selain itu, penelitian ini dilakukan kepada akuntan pendidik karena mereka adalah pendidik dari pada calon akuntan yang
bertanggung jawab mendidik mahasiswa agar mempunyai kepribadian yang utuh sebagai manusia setelah diberikan pengarahan ilmu pengetahuan bisnis
5 dan akuntansi transformasi ilmu. Penelitian ini juga dilakukan kepada
mahasiswa akuntansi karena mereka adalah calon akuntan yang seharusnya terlebih dahulu dibekali pengetahuan mengenai etika sehingga kelak bisa
bekerja secara professional berlandaskan etika profesi seorang akuntan serta dapat menerapkannya dengan baik didunia bisnis. Penelitian ini juga
dilakukan kepada akuntan publik dan karyawan bagian akuntansi karena akuntan publik dan karyawan bagian akuntansi adalah penyedia jasa informasi
keuangan yang akan dilaporkan sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen perusahaan kepada pemilik investor dan pihak lain. Selain itu
dalam penelitian ini hanya menguji etika profesi akuntan saja. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris perbedaan persepsi
terhadap etika profesi akuntan dengan menekankan pada prinsip-prinsip etika akuntan antara akuntan publik, akuntan pendidik, mahasiswa akuntansi, dan
karyawan bagian akuntansi. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Renyowijoyo 2005
mengenai profesi masyarakat dan akuntan terhadap etika profesi akuntan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah perbedaan
objek yang digunakan, penelitian sebelumnya menggunakan objek penelitian akuntan pemerintah sedangkan pada objek penelitian ini di ubah menjadi
akuntan pendidik, penelitian sebelumnya menggunakan objek penelitian akuntan intern sedangkan pada objek penelitian ini di ubah menjadi
mahasiswa akuntansi yang telah melewati mata kuliah audit, penelitian sebelumnya menggunakan objek penetilian akuntan publik sedangkan pada
6 objek penlitian ini tetap menggunakan objek yang sama yaitu akuntan publik,
penelitian sebelumnya menggunakan objek penelitian masyarakat sedangkan pada objek penelitian ini diubah menjadi karyawan bagian akuntansi.
Berdasarkan uraian diatas, maka dibuat suatu penelitian yang diberi
judul “PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, MAHASISWA
AKUNTANSI DAN
KARYAWAN BAGIAN
AKUNTANSI TERHADAP ETIKA PROFESI AKUNTAN” .
B. Perumusan Masalah