Topologi Bus Topologi Ring Topologi Star

Gambar 2.7. Topologi Bus

B. Topologi Ring

Untuk membentuk topologi ring, setiap node harus dihubungkan secara seri satu dengan yang lainnya hingga membentuk loop tertutup. Dan setiap node harus dirancang agar dapat berinteraksi dengan node yang berdekatan maupun berjauhan. Pada topologi ring, salah satu komputer pada jaringan ini berfungsi sebagai penghasil token, yang bertugas membawa data melalui jalur transmisi hingga menemukan tujuannya. Pada umumnya topologi ini memanfaatkan fiber optic atau twisted pair sebagai sarana komunikasinya. Kelebihan topologi ini adalah dapat menghantarkan data yang padat dengan lebih cepat. Dan kemudahan dalam komunikasi antara terminal, tanpa adanya pelanggaran collision data. Sedangkan, kelemahannya adalah adanya kesulitan untuk mengecek puncak kerusakan. Dan jika kabel utama bermasalah, maka rangkaian tidak dapat berfungsi. File Server 18 Gambar 2.8. Topologi Ring

C. Topologi Star

Topologi jaringan ini mempunyai skema mirip dengan bintang. Setiap node workstation, server, dan perangkat lainnya terkoneksi ke jaringan melalui sebuah hub atau konsentrator. Kelebihan pada topologi ini, yakni jaringan lebih luas dan fleksibel karena setiap satu panjang kabel digunakan untuk satu workstation serta kemudahan untuk mendeteksi kerusakan jaringan yang ada membuat topologi ini banyak digunakan di berbagai tempat. Selain itu, permasalahan panjang kabel yang harus sesuai matching juga tidak menjadi suatu yang penting lagi. Yang penting asal ada hub yang masih berfungsi tentunya maka bisa terhubunglah beberapa komputer dan sumber daya jaringan secara mudah. Metode operasinya mirip dengan metode operasi topologi bus. Pada bagian pusat dari topologi ini terdapat sebuah hub atau switch. Dimana semua data akan ditransfer melalui hub atau switch tersebut. 19 Gambar 2.9. Topologi Star

2.22. Tipe Jaringan

Berdasarkan pada pengoperasian suatu jaringan, terdapat dua tipe jaringan, yaitu :

2.4.1 Peer To Peer

Jaringan lokal dengan konektivitas peer to peer ini dibentuk dengan cara menghubungkan setiap terminal agar dapat berbagi data, aplikasi dan peripheral lainnya. Pada konektivitas ini setiap terminal memiliki peran dan derajat yang sama, yakni dapat bertindak sebagai workstation atau server. Namun, dikarenakan data dan file aplikasi tersebar disemua komputer, model arsitektur ini memiliki kelemahan, yaitu proses pemeliharaan dan penggunaan data serta file aplikasi menjadi sulit dan rumit. Data dan file-pun sangat rentan dari ancaman virus atau orang-orang yang tidak berhak.

2.4.2 Client-Server

Model ini merupakan pengembangan dari model file server, karena pada model ini terdapat terminal khusus yang dapat melayani 20 sampai pelayanan komputasi. Server dapat membagikan data, aplikasi dan peripheral seperti harddisk, printer, modem dan lain- lain. Pada model arsitektur ini, komputer client tidak dapat berfungsi sebagai server. Sistem ini menggunakan protokol utama TCPIP Transmission Control ProtocoInternet Protocol..

2.23. Model Referensi OSI

Model referensi jaringan terbuka OSI atau OSI Reference Model for Open Networking adalah sebuah model arsitektural jaringan yang dikembangkan oleh badan International Standardization for Organization ISO di Eropa pada tahun 1977. OSI Reference Model dilihat sebagai sebuah model ideal dari koneksi logis yang harus terjadi agar komunikasi data dalam jaringan dapat berlangsung. Beberapa protokol yang digunakan dalam dunia nyata, semacam TCPIP, DECnet dan IBM Systems Network Architecture SNA memetakan tumpukan protokol protocol stack mereka ke OSI Reference Model. OSI Reference Model pun digunakan sebagai titik awal untuk mempelajari bagaimana beberapa protokol jaringan di dalam sebuah kumpulan protokol dapat berfungsi dan berinteraksi. OSI Reference Model memiliki tujuh lapis, yakni sebagai berikut : Lapisan Aplikasi Berfungsi sebagai antarmuka antara aplikasi dengan fungsionalitas jaringan, mengatur bagaimana aplikasi dapat mengakses jaringan, dan kemudian membuat pesan-pesan kesalahan. 21