Perancangan dan implementasi sistem diskless pada laboratorium Sekolah Menengah Pertma Negeri 252 Jakarta

(1)

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

SISTEM DISKLESS PADA LABORATORIUM

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI

252 JAKARTA

LATIFAH

(100091020230)

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M / 1432 H


(2)

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

SISTEM DISKLESS PADA LABORATORIUM

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI

252 JAKARTA

Oleh :

LATIFAH

100091020230

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Komputer

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M / 1432 H


(3)

(4)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Juli 2011

Latifah 100091020230


(5)

ABSTRAK

LATIFAH (100091020230) Perancangan dan Implementasi Sistem Diskless pada Laboratorium Sekolah Menengah Pertama Negeri 252 Jakarta (Di bawah bimbingan HERLINO NANANG dan HARI SATRIA).

Perkembangan kebutuhan pelajar SMPN 252 Jakarta terhadap informasi menuntut mereka untuk mengikuti perkembangan teknologi informasi yang menyertainya. Pada sistem jaringan komputer sekolah, diskless masih menjadi alternatif terbaik bila dibandingkan jaringan Lokal Area Network (LAN) biasa yang cenderung memakan biaya jauh lebih besar. Dengan diskless maka dimungkinkan membangun suatu jaringan dengan mengurangi ketergantungan terhadap storage lokal dan juga menekan biaya pengadaan suatu jaringan besar.Dalam tugas akhir ini akan dirancang sebuah sistem jaringan yang menggunakan sistem diskless dengan sistem operasi Windows di jaringan komputer Laboratorium Komputer SMPN 252 Jakarta. Di dalam penelitian ini digunakan metode penelitian yang secara umum dimiliki oleh empat paradigma dalam Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), yaitu tahap definisi, perancangan, dan verifikasi. Dalam implementasi sistem diskless ini akan diterapkan teknologi citrix metaframe dan thinstation. Setelah implementasi sistem diskless pada Laboratorium Komputer SMPN 252 ini didapatkan hasil suatu jaringan komputer dengan terminal-terminal tanpa media storage berhubungan satu sama lain dan dengan kecepatan yang seolah-olah seragam. Hasil dari verifikasi menunjukkan bahwa implementasi jaringan komputer berbasis diskless dengan menggunakan teknologi citrix metaframe dan thinstation di Laboratorium Komputer SMPN 252 Jakarta dapat berjalan dengan baik dan menghemat pengeluaran untuk upgrade PC. Selain itu dengan adanya penerapan sistem diskless ini diharapkan akan memacu adanya penelitian - penelitian lebih lanjut tentang penerapan sistem

diskless ini.

Kata kunci : diskless, thinstation, citrix metaframe, RPL


(6)

KATA PENGANTAR

Asalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu tugas wajib mahasiswa sebagai persyaratan untuk mengambil gelar Strata 1 (S1) pada program studi Teknik Informatika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan Skripsi ini saya mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu perkenankanlah pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.

2. Yusuf Durrachman, MT, selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi

3. Herlino Nanang, MT dan Hari Satria, S.Si, CCNA, CCAI, selaku pembimbing I dan pembimbing II skripsi, yang memberikan nasihat dan saran-saran berharga secara bijak membantu membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.


(7)

4. Ayah, Ibu, kakak-kakak, serta suami tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayang, doa serta dukungannya baik moril maupun materil yang tidak terkira kepada penulis.

Saya menyadari banyak kekurangan dalam skripsi saya ini, karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk penulisan yang lebih baik. Akhir kata saya berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya. Amin..

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, Juli 2011

Latifah 100091020230


(8)

DAFTAR ISI

Lembar Judul ………. ...i

Lembar Persetujuan Pembimbing ………... ii

Lembar Pengesahan Ujian ………... iii

Lembar Pernyataan ………... iv

Abstrak ……….. v

Kata Pengantar ………... vi

Daftar Isi ……….... viii

Daftar Tabel ……….. xii

Daftar Gambar ……….. xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ………. 1

1.2 Rumusan Masalah ………... 2

1.3 Batasan Masalah ………... 3

1.4 Tujuan & Manafaat Penelitian………. 3

1.5 Metodologi Penelitian ………. 4

1.6 Sistematika Penulisan ………. 5

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Jaringan ... 7

2.2. Jenis-Jenis Jaringan ... 8

2.3. Lokal Area Network (LAN) ...8


(9)

2.3.1 Komponen Hardware (Perangkat Keras)... 8

2.3.2 Komponen Software (Perangkat Lunak) ... 14

2.3.3 Topologi Fisik Jaringan ... 17

2.4. Tipe Jaringan ... .. 19

2.4.1 Peer To Peer ... 20

2.4.2 Client-Server ... 20

2.5. Model Referensi OSI ……….. 21

2.6. TCP/IP ………... 23

2.6.1. Arsitektur TCP/IP ………... 24

2.7. Transmission Control Protocol (TCP) ……… 25

2.8. User Datagram Protocol (UDP ………... 28

2.9. IP Address ………... 29

2.10.Subnetting ………35

2.11.DHCP(Dynamic Host Configuration Protocol) ………... 37

2.12.Trivial File Transfer Protokol (TFTP)………... 40

2.13.User Account dan Groups ………... 41

2.14.Terminal Services ………... 41

2.15.Remote Desktop ……….. 42

2.16.Pengenalan Diskless ...42

2.16.1.Diskless dan Perbedaannya dengan Thin Client……….. 42

2.16.2.Keunggulan Diskless ... 43

2.16.3.Kelemahan Diskless ……… 45

2.17.Pengenalan Citrix Metaframe ………... 45

ix ix


(10)

2.17.1.Prinsip Kerja Citrix Metaframe ……….. 46

2.17.2.Komponen-Komponen Citrix Metaframe ………... 48

2.17.3.Keunggulan Citrix Metaframe Server dibandingkan Windows Terminal Server ……….. 49

2.18.Thin Station ... 50

BAB III Metodologi Penelitian 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 52

3.2 Objek Penelitian ... .. 52

3.3 Alat Penelitian ... .. 53

3.3.1. Lingkungan Perangkat Keras ... .. 53

3.3.2. Lingkungan Perangkat Lunak ... .. 54

3.4 Metode Pengumpulan Data ... .. 54

3.4.1. Studi Pustaka ... .. 55

3.4.2. Observasi ... 55

3.4.3. Wawancara ... .. 55

3.5 Metode Penelitian ... 56

3.5.1 Tahap Definisi ... .. 56

3.5.2 Tahap Perancangan ... 57

3.5.3 Tahap Verifikasi ... 59

3.6 Diagram Alir Penelitian ... 60

BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI 4.1 Profil SMPN 252 Jakarta ... 62


(11)

4.2 Tahap Definisi ... .. 63

4.2.1. Keadaan Sistem Saat Ini ... 63

4.2.2. Masalah Yang Dihadapi ... .. 64

4.2.3. Kebutuhan Sistem ... 65

4.3 Tahap Perancangan ... 67

4.3.1. Pembuatan Skema Jaringan ... 67

4.3.2. Pembangunan Sistem Jaringan ... 70

4.4 Tahap Verifikasi ...104

4.4.1 Testing Sistem Jaringan ... 104

4.4.2 Perawatan Jaringan ... 105

4.4.3 Pelatihan ... 106

4.4.4 Implementasi Sistem Baru ... 106

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Kesimpulan ………... 107

5.2. Saran ………108

DAFTAR PUSTAKA ... 109

LAMPIRAN ………...110


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Contoh IP Address………... 30

Tabel 2.2. Kelas IP Address……… 32

Tabel 2.3. Privat Address……….... 32

Tabel 2.4. Subnet Mask Default……….. 35


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Network Interface Card………... 9

Gambar 2.2. HUB………... 10

Gambar 2.3. Kabel UTP……….………... 11

Gambar 2.4. Metode Straight………...………….………... 12

Gambar 2.5. Metode Crossover………...………..………... 13

Gambar 2.6. Konektor RJ45………...………...………... 14

Gambar 2.7. Topologi Bus………...………...………...………... 18

Gambar 2.8. Topologi Ring………...………...………...…...…... 19

Gambar 2.9. Topologi Star………...………...………...…...…... 20

Gambar 2.10. Format Alamat IP……….…...………...…...…... 30

Gambar 2.11. Network ID dan Host ID……….…...………... 33

Gambar 2.12. Interaksi antara DHCP Client dan DHCP Server…... 38

Gambar 2.13. Hierarki DNS……….…...………... 40

Gambar 2.14. Proses Forward Lookup Query………....……... 41

Gambar 2.15 Konsep Kerja antara Server dan Client dengan Citrix Metaframe……….…...………... 47

Gambar 2.16. Komponen-komponen Citrix Metaframe Server...…... 49


(14)

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian……….…...………... 61

Gambar 4.1. Rancangan Jaringan Komputer Menggunakan Sistem Diskless Berbasis Citrix Metaframe XP.…...………... 69

Gambar 4.2. Tampilan Network and Dial-Up Connection…………... 71

Gambar 4.3. Setting IP pada Windows 2000 Server………..………... 72

Gambar 4.4. Setting IP Address dan DNS Server pada Windows 2000 Server………..………... 72

Gambar 4.5. Tampilan Awal Intalasi Terminal Service…………... 73

Gambar 4.6. Kotak Dialog Windows Component………..…... 74

Gambar 4.7. Mode Menjalankan Terminal Servis………..…... 74

Gambar 4.8. Izin Untuk Kompatibilitas Aplikasi………..…... 75

Gambar 4.9. Proses Instalasi Terminal Service………..…... 75

Gambar 4.10. Konfigurasi DNS Server………...…... 77

Gambar 4.11. Kotak Dialog Root Server………..…...…... 77

Gambar 4.12. Kotak Dialog Forward Lookup Zone………..…... 78

Gambar 4.13. Zone Type………..…... 78

Gambar 4.14. Zone File………..…... 79

Gambar 4.15. Membuat Reverse Lookup Zone……...……..…... 80


(15)

Gambar 4.16. Reverse Lookup Zone……...……..…... 80

Gambar 4.17. Reverse Lookup Zone……...……..…... 81

Gambar 4.18. Kotak Dialog DNS……...……..…... 81

Gambar 4.19. Instalasi DHCP……...……..…... 82

Gambar 4.20. Kotak Dialog Networking Services…...……..…... 83

Gambar 4.21. Konfigurasi DHCP…...……..…... 83

Gambar 4.22. Mengaktifkan New Scope…...……..…... 84

Gambar 4.23. Membuat Scope Name…...……..…... 84

Gambar 4.24. Membuat IP Address Range…...…..…...85

Gambar 4.25. Kotak Dialog DHCP…...……..…... 86

Gambar 4.26. Scope Option (Router) …...……..…... 86

Gambar 4.27. Scope Option (DNS Server) …...……..…... 87

Gambar 4.28. Scope Option (DNS Domain Name) …... 87

Gambar 4.29. Scope Option (Boot Server Host Name) …... 88

Gambar 4.30. Scope Option (Bootfile Name) …... 89

Gambar 4.31. Remote Installation Service…... 90 xv


(16)

Gambar 4.32. Kotak Dialog Service…... 90

Gambar 4.33. Trivial FTP Daemon Properties…... 91

Gambar 4.34. Thinstation.conf.network (1) …... 92

Gambar 4.35. Thinstation.conf.network (2) …... 93

Gambar 4.36. Thinstation.conf.network (3) …... 93

Gambar 4.37. Thinstation.conf.network (4) …... 94

Gambar 4.38. License Agreement…... 95

Gambar 4.39. Product Family Selection…...95

Gambar 4.40. Product Type Licensed…... 96

Gambar 4.41. Create a New Farm…... 96

Gambar 4.42. Create a Server Farm…... 97

Gambar 4.43. Assign Farm Administrator Credentials…... 97

Gambar 4.44. Configure Shadowing…...98

Gambar 4.45. Configure Citrix XML Service Port…...98

Gambar 4.46. Install From CD-ROM…...99

Gambar 4.47. Installation Type…...99


(17)

Gambar 4.48. Proses Instalasi…... 100

Gambar 4.49. Log-On to Citrix Metaframe XP Server Farm…... 101

Gambar 4.50. New Farm Name…... 101

Gambar 4.51. Memasukkan Lisence Number…... 102

Gambar 4.52. Menambahkan Lisensi…... 102

Gambar 4.53. Tampilan Lisensi yang Telah Aktif…... 103


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan kebutuhan pelajar terhadap informasi menuntut mereka untuk mengikuti perkembangan teknologi informasi yang menyertainya. Namun sayangnya, tidak semua instasi pendidikan menyediakan fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan teknologi informasi para pelajar. Keterbatasan dana ataupun anggaran pendidikan, menjadi salah satu kendala bagi instansi-instasi pendidikan dalam menyediakan fasilitas tersebut. Fasilitas yang dimaksud oleh penulis disini adalah seperangkat jaringan komputer yang cukup memadai bagi para pelajar untuk bisa mengikuti perkembangan teknologi informasi.

Diskless (jaringan tanpa disk) yang merupakan bagian dari teknologi

thin client adalah salah satu solusi bagi instansi pendidikan yang ingin mengembangkan jaringan komputer di sekolah. Dengan diskless maka dimungkinkan membangun suatu jaringan dengan mengurangi ketergantungan terhadap storage lokal dan juga menekan biaya pengadaan suatu jaringan besar. Apalagi jika pada diskless tersebut diterapkan Citrix Metaframe, maka sangat dimungkinkan untuk mengembangkan suatu jaringan dengan terminal-terminal tanpa media storage berhubungan satu sama lain dan dengan kecepatan yang seolah-olah seragam. Cara ini juga memungkinkan penghematan biaya "software upgrade", juga biaya


(19)

administrasi sistem seperti back-up, recovery, yang terpusat di satu komputer utama (server). Dengan demikian sistem ini dapat mengoptimalkan kinerja processor, memory, harddisk, dan sebagainya di kedua sisi, baik client ataupun server.

SMPN (Sekolah Menengah Pertama Negeri) 252 Jakarta adalah salah satu sekolah unggulan di tingkat provinsi DKI Jakarta yang berencana mengembangkan jaringan komputer yang berada di laboratorium komputernya dengan menambahkan beberapa jumlah komputer client, namun tetap memanfaatkan komputer lama. Untuk itulah penulis menerapkan sistem diskless, yang dianggap penulis dapat menjadi solusi yang terbaik dalam pengembangan jaringan yang berada di laboratorium komputer tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Dengan didasari oleh latar belakang diatas, maka dibutuhkan analisa yang fokus terhadap SMPN 252 ini. Adapun masalah yang akan dibahas dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana cara meningkatkan performance PC client sehingga setara dengan PC server?.

2. Bagaimana pemanfaatan hardware yang ada untuk proses instalasi?. 3. Bagaimana proses instalasi Windows 2000 Server, Citrix Metaframe XP

dan thinstation pada komputer yang menggunakan Microsoft sebagai

Operating System?.


(20)

1.3. Batasan Masalah

Pada penulisan skripsi ini penulis hanya membatasi pada perancangan dan implementasi diskless pada SMPN 252 (yang telah memiliki LAN) dengan menggunakan :

1. Citrix Metaframe XP dan thinstation pada jaringan laboratorium komputer SMPN 252.

2. Menggunakan Windows 2000 Server sebagai sistem operasi server.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan

Pada skripsi ini, penulis bertujuan melakukan perancangan dan implementasi diskless pada SMPN 252 (yang telah memiliki

local area network) dengan menggunakan Citrix Metaframe XP dan

thinstation.

1.4.2. Manfaat

A. Bagi Penulis

a. Penulis bisa menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah tentang jaringan.

b. Penulis dapat memahami tentang perancangan dan implementasi diskless pada SMPN 252 dengan menggunakan Citrix Metaframe XP dan thinstation.


(21)

c. Untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar S-1 pada jurusan Teknik Informatika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

B. Bagi Universitas

Memperkaya literatur jaringan, khususnya yang berkaitan dengan diskless, Citrix Metaframe dan thinstation.

C. Bagi SMPN 252 Jakarta.

Memiliki jaringan yang memadai dalam memenuhi kebutuhan proses belajar mengajar di SMPN 252 dengan memanfaatkan perangkat jaringan yang telah tersedia.

1.5. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian adalah ilmu tentang metode penelitian (Sukidin dan Mundir, 2005:13). Sedangkan metode penelitian merupakan keseluruhan langkah-langkah ilmiah dalam menyelesaikan atau memecahkan suatu masalah penelitian (Sukidin dan Mundir, 2005:167).

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis pada penelitian ini mencakup tiga tahap, yang secara umum dimiliki oleh empat paradigma dalam rekayasa perangkat lunak, yaitu 1) Tahap Definisi, 2) Tahap Perancangan, dan 3) Tahap Verifikasi. (Pressman, 1992).

Adapun teknik pengumpulan data dan informasi yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah:


(22)

1. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan melalui dokumen, buku-buku, majalah, Internet atau bahan tertulis lainnya, untuk memperoleh data yang dapat menunjang proses penelitian.

2. Observasi

Observasi dilakukan untuk mendapatkan data-data primer dari lapangan. Pengamatan dilakukan dengan cara melihat, membaca, mencatat dan merekam segala hal yang berkaitan dengan penelitian. 3. Wawancara (Interview).

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab langsung kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan data ataupun penjelasan secara langsung.

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang dibuat untuk menyusun laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan, meliputi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat, metodologi penelitian yang digunakan dan sistematika penulisan dari laporan skripsi.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini akan mengenalkan tentang jaringan, jenis-jenisnya, protokol dan topologi jaringan. Serta menjelaskan teori-teori


(23)

yang diperlukan dalam perancangan dan implementasi diskless

dengan menggunakan Citrix Metaframe XP dan thinstation. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan secara rinci tentang metodologi dan tahapan-tahapan yang digunakan oleh penulis dalam rangka mengimplementasikan diskless pada SMPN 252.

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai tinjauan SMPN 252, dan menguraikan tahap demi tahap dari perancangan dan implementasi diskless pada SMPN 252.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dari hasil implementasi

diskless yang dilakukan oeh penulis dan beberapa saran untuk pengguna.


(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.19.Definisi Jaringan

Menurut Tannenbaum (1981), jaringan komputer adalah an interconnected of autonomous komputers (suatu kumpulan interkoneksi dari komputer-komputer yang otonom). Jadi jaringan komputer adalah sekelompok komputer otonom yang saling dihubungkan satu dengan lainnya menggunakan protokol komunikasi melalui media transmisi, baik melalui media kabel maupun tanpa kabel (nirkabel), sehingga dapat saling berbagi menggunakan sumber daya yang ada dan berkomunikasi.

2.20.Jenis-Jenis Jaringan

Jenis jaringan ada tiga , yaitu antara lain :

1. Local Area Network (LAN) yang menghubungkan beberapa komputer dalam satu area atau lokasi tertentu, misalnya satu ruangan, satu gedung , atau antar gedung.

2. Metropolitan Area Network (MAN) yang menghubungkan beberapa jaringan LAN dalam satu area yang lebih luas, misal dalam satu kota. 3. Wide Area Network (WAN), yaitu jaringan komputer yang area

jangkauannya lebih luas dari MAN, yakni bisa antar kota, antar pulau, bahkan yang lebih luas lagi, antar negara.


(25)

2.21.Lokal Area Network (LAN)

LAN adalah sejumlah komputer yang saling dihubungkan bersama di dalam satu areal tertentu yang tidak begitu luas, seperti di dalam satu ruang, kantor atau gedung. LAN tersusun dari beberapa elemen dasar yang meliputi komponen hardware dan software, yaitu :

1. Komponen fisik, yaitu : Personal Computer (PC), Network Interface Card (NIC), hub, dan media transmisi (kabel atau radio).

2. Komponen software (perangkat lunak), yaitu : sistem operasi jaringan,

network adapter driver, dan protokol jaringan. 3. Topologi fisik jaringan

2.3.1 Komponen Hardware (Perangkat Keras) 1. Personal Computer (PC) Server atau Host

PC server atau host adalah komputer induk yang berfungsi sebagai penyedia layanan untuk seluruh pemakai dan bertugas menyimpan informasi dan membaginya secara cepat, serta mengontrol komunikasi dan informasi diantara node

komponen dalam suatu jaringan. 2. PC Workstation

Keseluruhan komputer yang terhubung ke server atau

host dalam jaringan disebut workstation atau client. Dimana setiap client dapat menggunakan aplikasi yang terdapat pada

server.


(26)

3. Network Interface Card (NIC)

NIC atau sering disebut juga LAN card adalah sebuah

computer circuit board atau kartu yang terpasang pada sebuah komputer, baik server maupun client. Komponen ini harus dipasang pada motherboard dan juga harus disesuaikan dengan tipe dan jenis konektornya.

Gambar 2.1. Network Interface Card

4. Hub

Hub adalah sebuah perangkat yang menyatukan kabel-kabel network dari tiap-tiap workstation, server atau perangkat lain. Hub berfungsi sebagai repeater yang akan menerima data dari semua port yang terhubung dan secara otomatis mentransmit data ke seluruh port lainnya. Jika akan dilakukan pengembangan

hub juga bisa dihubungkan ke hub berikutnya secara up-link, sehingga untuk menambah jaringan diperlukan hub tambahan. Perlu diketahui bahwa hub hanya memungkinkan pengguna atau

user untuk berbagi (share) jalur yang sama.


(27)

Gambar 2.2. HUB

5. Media Transmisi atau Komunikasi Jaringan

Media Transmisi merupakan perangkat yang digunakan untuk menghubungkan antara suatu komputer dengan komputer atau peripheral lainnya. Media ini juga berfungsi sebagai infrastruktur transmisi data dari client menuju ke server atau sebagai media distribusi informasi. Data itu sendiri ditransmisikan dalam bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan media transmisinya. Pada LAN berbasis kabel, sudah tentu menggunakan kabel sebagai media transmisinya. LAN berkabel bisa dibangun dengan menggunakan beberapa tipe pengkabelan tergantung topologinya.

Pada laporan tugas akhir ini penulis hanya menjelaskan tipe pengkabelan twisted pair yang umum digunakan untuk membangun LAN berkabel. Kabel twisted pair yang digunakan pada jaringan saat ini berisi 8 buah kabel kecil yang berlainan warna dan dililit berpasangan. Tujuan pelilitan tersebut adalah untuk mengurangi pelemahan kabel tersebut terhadap noise

elektris. Kabel twisted pair ini terbagi menjadi dua jenis yaitu :


(28)

a) Shielded Twisted Pair (STP) :

STP memiliki selubung pembungkus berupa alumunium foil dan impedansi 150 Ohm. Karena itu selain

noise-nya dapat diperkecil, interferensi elektriknya juga lebih rendah dari tipe twisted pair lainya, yaitu UTP. Kabel ini mempunyai panjang 100 m dengan kecepatan transmisi antara 16-155 Mbps. STP menggunakan konektor RJ-11. STP memiliki kekurangan dalam mengatasi penyadapan dan mahal harganya, sehingga kabel STP jarang ditemukan dalam jaringan.

b) Unshielded Twisted Pair (UTP)

UTP tidak mempunyai selubung pembungkus seperti STP. Kabel ini mempunyai impedansi 100 Ohm dan panjang 100 m, serta kecepatan transmisinya antara 4-100 Mbps. UTP menggunakan konektor RJ-45. Kabel UTP lebih banyak ditemukan dalam jaringan. Karena selain cukup reliable dan memiliki kompatiblitas tinggi, harganya pun lebih murah dibanding STP.

Gambar 2.3. Kabel UTP


(29)

Ada dua cara untuk memasang kabel UTP ke konektor RJ 45, yaitu :

a.) Metode Straight-Trough.

Metode ini digunakan untuk menghubungkan komputer ke

hub atau switch. Pada pemasangan metode ini hanya digunakan 4 kabel saja, yaitu kabel urutan 1 dan 2 untuk

transmit atau kirim (putih oranye, oranye) dan urutan 3 dan 6 untuk Receive (putih hijau, hijau). Walaupun demikian, kabel lainnya tetap ikut terpasang ke konektor RJ.45

Gambar 2.4. Metode Straight

b.) Metode Crossed-Over

Metode ini digunakan untuk menghubungkan dua buah komputer. Cara pemasangannya kita rentangkan kabel UTP

Keterangan Gambar :

O/ = putih oranye O = oranye ; H/ = putih hijau ; B = biru B/= putih biru ; H = hijau ; C/ = putih coklat ; C = coklat


(30)

dengan posisi kiri dan kanan (lihat gambar di bawah). Untuk kabel pada posisi kiri urutan kabelnya dari kiri ke kanan; putih oranye, oranye, putih hijau, biru, putih biru, hijau, putih coklat, coklat. Sedangkan pada ujung kabel lainnya (kabel UTP posisi kanan), dari kiri ke kanan: putih hijau, hijau, putih oranye, biru, putih biru, oranye, putih coklat, coklat.

Gambar 2.5. Metode Crossover

Agar kabel dapat berfungsi sebagai media transmisi jaringan, kabel tersebut harus dihubungkan dengan NIC atau LAN card. Untuk menghubungkan kabel dengan NIC digunakan

peripheral yang disebut dengan konektor. Dimana setiap konektor harus disesuaikan dengan tipe kabel. Berikut ini hanya akan dijelaskan tipe konektor RJ.45 yang digunakan untuk tipe kabel twisted pair.

Keterangan Gambar :

O/ = putih oranye O = oranye ; H/ = putih hijau ; B = biru B/= putih biru ; H = hijau ; C/ = putih coklat ; C = coklat


(31)

Konektor RJ45 adalah konektor yang digunakan untuk memasang kabel UTP dan memiliki 8 buah pin sebagai media transmisi. Dalam pemasangannya harus disusun dahulu delapan warna yang ada pada kabel tersebut, disesuaikan dengan keperluan, yaitu straight atau crossover. Dan diperlukan tang khusus yang disebut tang crimping.

Gambar 2.6. Konektor RJ45

2.3.2. Komponen Software (Perangkat Lunak) 1. Sistem Operasi Jaringan

Sistem operasi jaringan (network operating system) adalah sebuah jenis sistem operasi yang ditujukan untuk menangani jaringan. Umumnya, sistem operasi ini terdiri atas banyak layanan atau service yang ditujukan untuk melayani pengguna, seperti layanan berbagi berkas, layanan berbagi alat pencetak (printer), DNS Service, HTTP Service, dan lain


(32)

sebagainya. Beberapa sistem operasi jaringan yang umum dijumpai adalah sebagai berikut:

 Novell NetWare

 Microsoft Windows NT Server  GNU/Linux

 Beberapa varian UNIX, seperti SCO Open Server, Novell UnixWare, atau Solaris

A. Windows 2000 Server

Pada Windows 2000 Server (Codename: NT 5), semua modifikasi yang dibutuhkan pada level kernel untuk mengizinkan operasi multi-user pada Windows 2000 Server telah diintegrasikan ke dalam kernel dari awal. Selain itu, layanan Windows yang bersangkutan dan juga device driver

juga telah mendukung sistem ini, mengingat semua Windows 2000 dibuat berbasiskan kode yang sama. Tidak seperti pendahulunya, Windows NT 4.0, Windows 2000 Server tidak mengharuskan para penggunanya untuk membeli sistem operasi terpisah hanya untuk memperoleh fitur multi-user, karena Windows 2000 Server telah memilikinya, meski dimatikan pada saat instalasi. Pengguna hanya diharuskan untuk mengaktifkan komponen tersebut secara manual.

Dibandingkan dengan Windows NT 4.0 Server Terminal Server Edition, layanan Terminal Services dalam


(33)

Windows 2000 mencakup fitur penggunaan printer dan juga

clipboard milik client, yang disebut dengn printer redirection

dan clipboard redirection. Selain itu, Terminal Service dalam Windows 2000 juga dapat memantau sesi koneksi client, yaitu satu pengguna dapat melihat sesi pengguna lainnya dan dengan beberapa konfigurasi permisi, pengguna tersebut dapat berinteraksi dengannya.

Untuk meningkatkan integrasi client dengan server

berbasis Windows 2000 Server, Remote Desktop Protocol

(RDP) yang digunakannya telah dioptimalkan, dan diperkenalkan fitur-fitur baru, seperti bitmap-caching, dan akses terhadap perangkat yang terhubung dalam komputer

client.

2. Network Adapter Driver

Network card driver adalah program yang berfungsi untuk mengaktifkan dan mengkonfigurasi network adapter, disesuaikan dengan lingkungan dimana network card tersebut dipasang agar dapat digunakan untuk melakukan komunikasi data.

3. Protokol Jaringan

Protokol jaringan adalah software yang digunakan untuk menghubungkan komputer dalam jaringan supaya dapat berkomunikasi. Di samping itu protokol juga merupakan


(34)

sekumpulan aturan untuk memecahkan masalah-masalah khusus yang terjadi antar alat-alat komunikasi agar transmisi data dapat berjalan dengan baik.

2.3.3. Topologi Fisik Jaringan

Topologi fisik jaringan adalah konfigurasi yang digunakan untuk membentuk jaringan secara fisik. Pada LAN dikenal banyak model topologi fisik. Namun, disini penulis hanya akan menjelaskan tiga model saja yang umum digunakan dalam jaringan lokal. Model topologi fisik jaringan tersebut adalah :

A. Topologi Bus

Topologi ini umumya digunakan untuk jaringan komputer yang terhubung secara sederhana sehingga komputer-komputer yang terlibat di dalamnya bisa berkomunikasi satu sama lainnya. Media transmisi fisiknya berupa kabel coaxial RG-58, konektornya BNC. Kelebihan topologi ini adalah selain mudah diinstalasi pada komputer atau perangkat lain ke sebuah kabel utama, jenis topologi ini tidak terlalu banyak menggunakan kabel dibandingkan dengan topologi star. Namun, topologi ini memiliki sejumlah kekurangan, diantaranya sangat sulit mengidentifikasi permasalahan jika jaringan sedang mati. Sehingga, jika terjadi kesalahan pada salah satu komputer, semua komputer lainnya juga ikut terganggu dalam mengirim atau menerima data.


(35)

Gambar 2.7. Topologi Bus

B. Topologi Ring

Untuk membentuk topologi ring, setiap node harus dihubungkan secara seri satu dengan yang lainnya hingga membentuk loop tertutup. Dan setiap node harus dirancang agar dapat berinteraksi dengan node yang berdekatan maupun berjauhan. Pada topologi ring, salah satu komputer pada jaringan ini berfungsi sebagai penghasil token, yang bertugas membawa data melalui jalur transmisi hingga menemukan tujuannya. Pada umumnya topologi ini memanfaatkan fiber optic atau twisted pair

sebagai sarana komunikasinya. Kelebihan topologi ini adalah dapat menghantarkan data yang padat dengan lebih cepat. Dan kemudahan dalam komunikasi antara terminal, tanpa adanya pelanggaran (collision) data. Sedangkan, kelemahannya adalah adanya kesulitan untuk mengecek puncak kerusakan. Dan jika kabel utama bermasalah, maka rangkaian tidak dapat berfungsi.

File Server


(36)

Gambar 2.8. Topologi Ring

C. Topologi Star

Topologi jaringan ini mempunyai skema mirip dengan bintang. Setiap node (workstation, server, dan perangkat lainnya) terkoneksi ke jaringan melalui sebuah hub atau konsentrator. Kelebihan pada topologi ini, yakni jaringan lebih luas dan fleksibel karena setiap satu panjang kabel digunakan untuk satu

workstation serta kemudahan untuk mendeteksi kerusakan jaringan yang ada membuat topologi ini banyak digunakan di berbagai tempat. Selain itu, permasalahan panjang kabel yang harus sesuai (matching) juga tidak menjadi suatu yang penting lagi. Yang penting asal ada hub (yang masih berfungsi tentunya) maka bisa terhubunglah beberapa komputer dan sumber daya jaringan secara mudah. Metode operasinya mirip dengan metode operasi topologi bus. Pada bagian pusat dari topologi ini terdapat sebuah hub atau switch. Dimana semua data akan ditransfer melalui hub atau switch tersebut.


(37)

Gambar 2.9. Topologi Star

2.22.Tipe Jaringan

Berdasarkan pada pengoperasian suatu jaringan, terdapat dua tipe jaringan, yaitu :

2.4.1 Peer To Peer

Jaringan lokal dengan konektivitas peer to peer ini dibentuk dengan cara menghubungkan setiap terminal agar dapat berbagi data, aplikasi dan peripheral lainnya. Pada konektivitas ini setiap terminal memiliki peran dan derajat yang sama, yakni dapat bertindak sebagai workstation atau server. Namun, dikarenakan data dan file aplikasi tersebar disemua komputer, model arsitektur ini memiliki kelemahan, yaitu proses pemeliharaan dan penggunaan data serta file aplikasi menjadi sulit dan rumit. Data dan file-pun sangat rentan dari ancaman virus atau orang-orang yang tidak berhak.

2.4.2 Client-Server

Model ini merupakan pengembangan dari model file server, karena pada model ini terdapat terminal khusus yang dapat melayani


(38)

sampai pelayanan komputasi. Server dapat membagikan data, aplikasi dan peripheral seperti harddisk, printer, modem dan lain-lain. Pada model arsitektur ini, komputer client tidak dapat berfungsi sebagai server. Sistem ini menggunakan protokol utama TCP/IP

(Transmission Control Protoco/Internet Protocol)..

2.23.Model Referensi OSI

Model referensi jaringan terbuka OSI atau OSI Reference Model for Open Networking adalah sebuah model arsitektural jaringan yang dikembangkan oleh badan International Standardization for Organization

(ISO) di Eropa pada tahun 1977. OSI Reference Model dilihat sebagai sebuah model ideal dari koneksi logis yang harus terjadi agar komunikasi data dalam jaringan dapat berlangsung. Beberapa protokol yang digunakan dalam dunia nyata, semacam TCP/IP, DECnet dan IBM Systems Network Architecture (SNA) memetakan tumpukan protokol (protocol stack) mereka ke OSI Reference Model. OSI Reference Model pun digunakan sebagai titik awal untuk mempelajari bagaimana beberapa protokol jaringan di dalam sebuah kumpulan protokol dapat berfungsi dan berinteraksi. OSI Reference Model memiliki tujuh lapis, yakni sebagai berikut :

Lapisan Aplikasi

Berfungsi sebagai antarmuka antara aplikasi dengan fungsionalitas jaringan, mengatur bagaimana aplikasi dapat mengakses jaringan, dan kemudian membuat pesan-pesan kesalahan.


(39)

Lapisan Presentasi

Berfungsi untuk mentranslasikan data yang hendak ditransmisikan oleh aplikasi ke dalam format yang dapat ditransmisikan melalui jaringan. (VNC) atau Remote Desktop Protocol (RDP)).

Lapisan Sesi

Berfungsi untuk mendefinisikan bagaimana koneksi dapat dibuat, dipelihara, atau dihancurkan. Selain itu, di level ini juga dilakukan resolusi nama.

Lapisan Transport

Berfungsi untuk memecah data ke dalam paket-paket data serta memberikan nomor urut ke paket-paket tersebut sehingga dapat disusun kembali pada sisi tujuan setelah diterima. Selain itu, pada level ini juga membuat sebuah tanda bahwa paket diterima dengan sukses (acknowledgement), dan mentransmisikan ulang terhadap paket-paket yang hilang di tengah jalan.

Lapisan Jaringan

Berfungsi untuk mendefinisikan alamat-alamat IP, membuat header

untuk paket-paket, dan kemudian melakukan routing melalui

internetworking dengan menggunakan router dan switch layer-3. Lapisan Data-Link

Befungsi untuk menentukan bagaimana bit-bit data dikelompokkan menjadi format yang disebut sebagai frame. Selain itu, pada level ini terjadi koreksi kesalahan, flow control, pengalamatan perangkat keras


(40)

(seperti halnya Media Access Control Address (MAC Address)), dan menetukan bagaimana perangkat-perangkat jaringan seperti hub, bridge,

repeater, dan switch layer 2 beroperasi. Spesifikasi IEEE 802, membagi

level ini menjadi dua level anak, yaitu lapisan Logical Link Control

(LLC) dan lapisan Media Access Control (MAC). Lapisan Fisik

Berfungsi untuk mendefinisikan media transmisi jaringan, metode pensinyalan, sinkronisasi bit, arsitektur jaringan (seperti halnya Ethernet

atau Token Ring), topologi jaringan dan pengabelan. Selain itu, level ini juga mendefinisikan bagaimana Network Interface Card (NIC) dapat berinteraksi dengan media kabel atau radio.

2.24.TCP/IP

TCP/IP (Transmission Control Protocol / Internet Protocol) adalah standar komunikasi data yang digunakan oleh komunitas internet dalam proses tukar-menukar data dari satu komputer ke komputer lain di dalam jaringan internet. TCP/IP menghubungkan berbagai struktur dan arsitektur jaringan berbeda-beda dari bermacam vendor, untuk dapat saling berhubungan dalam suatu jaringan yang luas.

Keunggulan TCP/IP adalah ;

Open protocol standar, yaitu tersedia bebas dan dikembangkan

independent terhadap perangkat keras komputer atau sistem operasi.


(41)

Independent dari perangkat keras jaringan fisik (physical network hardware), menyebabkan TCP/IP mengintegrasikan bermacam jaringan, baik melalui ethernet, token, dan media transmisi fisik lainnya.

Skema pengalamatan yang umum, menyebabkan device yang menggunakan TCP/IP dapat menghubungi device- device lain diseluruh

network bahkan internet sekalipun.

High Level Protocol Standar, yang dapat melayani user secara luas. 2.24.1.Arsitektur TCP/IP

TCP/IP mengimplementasikan arsitektur berlapis yang terdiri atas empat lapis. Setiap lapisan yang dimiliki oleh kumpulan protokol (protocol suite) TCP/IP diasosiasikan dengan protokolnya masing-masing. Protokol utama dalam protokol TCP/IP adalah sebagai berikut :

Protokol lapisan aplikasi: bertanggung jawab untuk menyediakan akses kepada aplikasi terhadap layanan jaringan TCP/IP. Protokol ini mencakup protokol Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP), Domain Name System (DNS), File Transfer Protocol (FTP), dan masih banyak protokol lainnya.

Protokol lapisan antar-host: berguna untuk membuat komunikasi menggunakan sesi koneksi yang bersifat connection-oriented

atau broadcast yang bersifat connectionless. Protokol dalam lapisan ini adalah TCP dan UDP(User Datagram Protocol).


(42)

Protokol lapisan internetwork : bertanggung jawab untuk melakukan pemetaan (routing) dan enkapsulasi paket-paket data jaringan menjadi paket-paket IP (Internet Protocol). IP adalah salah satu protokol yang bekerja dalam lapisan ini.

Protokol lapisan antarmuka jaringan : bertanggung jawab untuk meletakkan frame jaringan di atas media jaringan yang digunakan. TCP/IP dapat bekerja dengan banyak teknologi transport, seperti teknologi transport dalam LAN (seperti halnya

ethernet dan tokenring).

2.25.Transmission Control Protocol (TCP)

Transmission Control Protocol (TCP) adalah suatu protokol yang berada di lapisan transport yang berorientasi sambungan ( connection-oriented) dan dapat diandalkan (reliable). TCP umumnya digunakan ketika protokol lapisan aplikasi membutuhkan layanan transfer data yang bersifat andal, yang layanan tersebut tidak dimiliki oleh protokol lapisan aplikasi tersebut. Contoh dari protokol yang menggunakan TCP adalah HTTP (Hyper Text Transfer Protocol) dan FTP. TCP memiliki karakteristik sebagai berikut :

 Berorientasi sambungan (connection-oriented): Sebelum data dapat ditransmisikan antara dua host, dua proses yang berjalan pada lapisan aplikasi harus melakukan negosiasi untuk membuat sesi koneksi terlebih


(43)

dahulu. Koneksi TCP ditutup dengan menggunakan proses terminasi koneksi TCP (TCP connection termination).

Full-duplex: Untuk setiap host TCP, koneksi yang terjadi antara dua host terdiri atas dua buah jalur, yakni jalur keluar dan jalur masuk. Dengan menggunakan teknologi lapisan yang lebih rendah yang mendukung

full-duplex, maka data pun dapat secara simultan diterima dan dikirim.

Header TCP berisi nomor urut (TCP sequence number) dari data yang ditransmisikan dan sebuah acknowledgment dari data yang masuk.  Dapat diandalkan (reliable): Data yang dikirimkan ke sebuah koneksi

TCP akan diurutkan dengan sebuah nomor urut paket dan akan mengharapkan paket positive acknowledgment dari penerima. Jika tidak ada paket acknowledgment dari penerima, maka segmen TCP (protokol data unit dalam protokol TCP) akan ditransmisikan ulang. Pada pihak penerima, segmen-segmen duplikat akan diabaikan dan segmen-segmen yang datang tidak sesuai dengan urutannya akan diletakkan di belakang untuk mengurutkan segmen-segmen TCP. Untuk menjamin integritas setiap segmen TCP, TCP mengimplementasikan penghitungan TCP

checksum.

Byte stream: TCP melihat data yang dikirimkan dan diterima melalui dua jalur masuk dan jalur keluar TCP sebagai sebuah byte stream yang berdekatan (kontigu). Nomor urut TCP dan nomor acknowlegment dalam setiap header TCP didefinisikan juga dalam bentuk byte. Meski demikian, TCP tidak mengetahui batasan pesan-pesan di dalam byte


(44)

stream TCP tersebut. Untuk melakukannya, hal ini diserahkan kepada protokol lapisan aplikasi, yang harus menerjemahkan byte stream TCP ke dalam "bahasa" yang ia pahami.

 Memiliki layanan flow control: Untuk mencegah data terlalu banyak dikirimkan pada satu waktu, yang akhirnya membuat "macet" jaringan

internetwork IP, TCP mengimplementasikan layanan flow control yang dimiliki oleh pihak pengirim yang secara terus menerus memantau dan membatasi jumlah data yang dikirimkan pada satu waktu. Untuk mencegah pihak penerima untuk memperoleh data yang tidak dapat disangganya (buffer), TCP juga mengimplementasikan flow control

dalam pihak penerima, yang mengindikasikan jumlah buffer yang masih tersedia dalam pihak penerima.

 Melakukan segmentasi terhadap data yang datang dari lapisan aplikasi.  Mengirimkan paket secara "one-to-one": hal ini karena memang TCP

harus membuat sebuah sirkuit logis antara dua buah protokol lapisan aplikasi agar saling dapat berkomunikasi. TCP tidak menyediakan layanan pengiriman data secara one-to-many.

2.26.User Datagram Protocol (UDP)

UDP adalah salah satu protokol lapisan transport TCP/IP yang mendukung komunikasi yang tidak andal (unreliable), dan tanpa koneksi (connectionless) antara host ke host dalam jaringan yang menggunakan TCP/IP. UDP memiliki karakteristik-karakteristik berikut :


(45)

Connectionless (tanpa koneksi) : Pesan-pesan UDP akan dikirimkan tanpa harus dilakukan proses negosiasi koneksi antara dua host yang hendak bertukar informasi.

Unreliable (tidak andal): Pesan-pesan UDP akan dikirimkan sebagai datagram tanpa adanya nomor urut atau pesan acknowledgment. Protokol lapisan aplikasi yang berjalan di atas UDP harus melakukan pemulihan terhadap pesan-pesan yang hilang selama transmisi. Umumnya, protokol lapisan aplikasi yang berjalan di atas UDP mengimplementasikan layanan keandalan mereka masing-masing, atau mengirim pesan secara periodik atau dengan menggunakan waktu yang telah didefinisikan.  UDP menyediakan mekanisme untuk mengirim pesan-pesan ke sebuah

protokol lapisan aplikasi atau proses tertentu di dalam sebuah host dalam jaringan yang menggunakan TCP/IP. Header UDP berisi field Source Process Identification dan Destination Process Identification.

 UDP menyediakan penghitungan checksum berukuran 16-bit terhadap keseluruhan pesan UDP.

UDP sering digunakan dalam beberapa tugas berikut:

Sebagai protokol aplikasi yang "ringan" (lightweight) yang dapat melakukan fungsi-fungsi spesifik dengan saling bertukar pesan, sehingga dapat menghemat sumber daya memori dan prosesor. Contoh dari protokol yang ringan adalah fungsi query nama dalam protokol lapisan aplikasi Domain Name System.


(46)

Sebagai protokol lapisan aplikasi yang mengimplementasikan layanan keandalan. Contoh dari protokol seperti ini adalah Trivial File Transfer Protocol (TFTP) dan NetworkFile Sistem (NFS)

Sebagai protokol yang tidak membutuhkan keandalan. Contoh protokol ini adalah Routing Information Protocol (RIP).

Sebagai transmisi broadcast : Karena UDP merupakan protokol yang tidak perlu membuat koneksi terlebih dahulu dengan sebuah host

tertentu, maka transmisi broadcast pun dimungkinkan. Sehingga sebuah protokol lapisan aplikasi dapat mengirimkan paket data ke beberapa tujuan dengan menggunakan alamat multicast atau broadcast. Hal ini kontras dengan protokol TCP yang hanya dapat mengirimkan transmisi

one-to-one.

2.27.IP Address

IP address atau alamat IP adalah deretan angka biner antar 32-bit

sampai 128-bit yang dipakai sebagai alamat identifikasi untuk tiap komputer

host dalam jaringan internet. Panjang dari angka ini adalah 32-bit (untuk IPv4 atau IP versi 4), dan 128-bit (untuk IPv6 atau IP versi 6) yang menunjukkan alamat dari komputer tersebut pada jaringan internet berbasis TCP/IP. IP address terdiri dari dua bagian yaitu network ID (IDentifier) dan

host ID. Dimana network ID menentukan alamat jaringan komputer sedangkan host ID menentukan alamat host (komputer, switch, dsb). Oleh sebab itu IP address memberikan alamat lengkap suatu host beserta alamat jaringan dimana host itu berada.


(47)

Tabel 2.1. Contoh IP Address

Network ID Host ID

192 168 0 1

Untuk dapat memahami alamat IP, kita harus paham mengenai format alamat IP dan bisa melakukan konversi antara desimal dan binary. Sebagai contoh, format alamat IP adalah W.X.Y.Z, dimana masing-masing huruf terdiri atas 8 bit, sehingga nilai yang mungkin untuk setiap huruf adalah antara 0 sampai 255. Maka, jika diketahui sebuah alamat IP 131.107.16.200. Alamat IP tersebut jika ditulis dalam bentuk binary adalah 10000011.01101011.00010000.11001000.

Gambar 2.10. Format Alamat IP

Dalam pembuatan alamat IP banyak hal-hal yang harus diperhatikan dan dipahami dengan benar, hal-hal tersebut antara lain:

32 Bits

W . X . Y . Z 130 . 23 . 58 . 1


(48)

1. Kelas-Kelas IP Addres

IP Address yang umumnya digunakan ada tiga kelas, yaitu :

IP address Kelas A, diberikan untuk jaringan dalam jumlah host

yang sangat besar. Range IP 1.XXX.XXX.XXX. – 126.XXX.XXX.XXX, terdapat 16.777.214 (16 juta) IP address pada tiap kelas A. Pada IP address kelas A network ID adalah 8 bit

pertama, sedangkan host IDadalah 24 bit berikutnya.

IP address Kelas B, biasanya dialokasikan untuk jaringan berukuran sedang dan besar. Pada IP address kelas B, network ID adalah 16 bit

pertama sedangkan host ID adalah 16 bit berikutnya. network dengan IP kelas B dapat menampung sekitar 65.000 host dan range IP 128.0.XXX.XXX. – 191.555.XXX.XXX.

IP address Kelas C, awalnya digunakan untuk jaringan berukuran kecil (LAN). Pada IP address kelas C, network ID adalah 24 bit

pertama sedangkan host IDadalah8 bit terakhir. Dengan konfigurasi ini bisa dibentuk sekitar 2 juta network dan masing-masing network

memiliki 256 IP address. Range IP.192.0.0.XXX. – 223.255.255.XXX.

Sedangkan dua kelas lagi, yakni kelas D hanya digunakan untuk alamat

multicast, sedangkan kelas E digunakan untuk percobaan.


(49)

Tabel 2.2. Kelas IP Address

Class Range Network ID

Host ID

Number of Networks

Number of Host per Networks

A 1-127 W x.y.z 127 16.777.214

B 128-191 w.x y.z 16.384 65.534

C 192-223 w.x.y z 2.097.152 254

D 224-239 Reversed N/A N/A N/A

E 240-254 Reversed N/A N/A N/A

2. Network ID dan Host ID

Dalam mendesain network dengan IP, maka dibutuhkan pemahaman tentang mana network ID dan mana host ID. Sebab, komputer di jaringan hanya bisa saling berhubungan jika mempunyai

network ID yang sama dengan host ID yang berbeda. Pemilihan network

ID dan host ID mana yang akan digunakan, sangat bergantung pada berapa banyak jaringan atau komputer yang dibutuhkan. Pengalokasian IP address pada dasarnya adalah proses memilih network ID dan host ID yang tepat untuk sebuah jaringan Tepat atau tidaknya konfigurasi ini tergantung dari tujuan yang hendak dicapai yaitu mengalokasikan IP

address seefisien mungkin.


(50)

Gambar 2.11. Network ID dan Host ID

3. Network dan Broadcast

Dalam menggunakan alamat IP juga tidak di perbolehkan penggunaan semua nilai 0 atau 1 dalam bentuk binary, baik untuk

network ID maupun untuk Host ID. Misal, untuk alamat IP 130.23.58.1, karena berada pada kelas B, maka diketahui bahwa alamat IP tersebut memiliki network ID 130.23 (w.x) dan Host ID 58.1 (y.z). Dan itu berarti dalam jaringan 130.23 tidak diperbolehkan adanya komputer dengan alamat IP 130.23.0.0 (Host ID dalam binary angka 0 semua) dan 130.23.255.255 (Host ID dalam binary angka 1 semua). Sebab, angka 0 semua dalam binary seperti ditunjukkan dalam 130.23.0.0 digunakan untuk menunjukkan network, sehingga 130.23.0.0 bisa dikatakan untuk menunjukkan network 130.23. Sedangkan angka 1 semua dalam binary

digunakan untuk broadcast atau semua host dalam network. Jadi, penulisan 130.23.255.255 artinya semua komputer yang termasuk dalam

Network ID Host ID

32 Bits

W . X . Y . Z 130 . 23 . 58 . 1


(51)

jaringan 130.23, yaitu komputer dengan alamat IP 130.23.0.1 sampai dengan 130.23.255.254.

4. Privat Address

Privat address, yaitu address yang digunakan pada jaringan yang tidak berhubungan dengan internet. Privat address hanya bisa digunakan untuk lalu lintas komunikasi pada intranet, tidak bisa pada internet. Penggunaan IP address ini tidak memerlukan izin dari interNIC (Internet Network Information Center).

Tabel 2.3. Privat Address

Kelas Range of IP Address

A 10.0.0.1 sampai dengan 10.255.255.254 B 172.16.0.1 sampai dengan 172.31.255.254 C 192.168.0.1 sampai dengan 192.168.255.254

5. Subnet Mask

Subnet mask adalah nomor yang dikombinasikan dengan address

untuk menunjukkan identitas jaringan dimana komputer anda berada, apakah berada di jaringan lokal atau di jaringan global. Subnet mask juga digunakan untuk membedakan network ID dan host ID. Subnet mask

terdiri dari 32 bit bilangan biner yang penulisannya terdiri dari 4 kelompok, dimana setiap kelompok dipisahkan oleh tanda titik (.). nomor yang digunakan dimulai dari 0 sampai dengan 255. Pemakaian


(52)

subnet mask dibagi menjadi tiga kelas, yaitu A, B, dan C seperti pada tabel berikut.

Tabel 2.4. Subnet Mask Default

Kls Network ID Host ID Default Subnet

Mask

A XXX.0.0.1 XXX.255.255.254 255.0.0.0

B XXX.XXX.0.1 XXX.XXX.255.254 255.255.0.0 C XXX.XXX.XXX.1 XXX.XXX.XXX.254 255.255.255.0

2.28.Subnetting

Subnetting adalah sebuah teknik yang mengizinkan para administrator jaringan untuk memanfaatkan 32 bit IP address yang tersedia dengan lebih efisien. Teknik Subnetting membuat skala jaringan lebih luas dan tidak dibatasi oleh kelas-kelas IP A, B, dan C yang sudah diatur. Dengan

subnetting, kita bisa membuat network dengan batasan host yang lebih tepat sesuai kebutuhan. Subnetting menyediakan cara yang lebih fleksibel untuk menentukan bagian mana dari sebuah 32 bit IP adddress yang mewakili

network ID dan bagian mana yang mewakili host ID. Dengan kelas-kelas IP

address standar, hanya 3 kemungkinan network ID yang tersedia; 8 bit untuk kelas A, 16 bit untuk kelas B, dan 24 bit untuk kelas C. Subnetting

mengizinkan anda memilih angka bit acak (arbitrary number) untuk digunakan sebagai network ID. Dua alasan utama melakukan subnetting:


(53)

1. Mengalokasikan IP address yang terbatas supaya lebih efisien. Jika internet terbatas oleh alamat-alamat di kelas A, B, dan C, tiap network

akan memliki 254, 65.000, atau 16 juta IP address untuk hostdevicenya. Walaupun terdapat banyak network dengan jumlah host lebih dari 254, namun hanya sedikit network (kalau tidak mau dibilang ada) yang memiliki host sebanyak 65.000 atau 16 juta. Dan network yang memiliki lebih dari 254 device akan membutuhkan alokasi kelas B dan mungkin akan menghamburkan percuma sekitar 10 ribuan IP address.

2. Alasan kedua adalah, walaupun sebuah organisasi memiliki ribuan host device, mengoperasikan semua device tersebut di dalam network ID yang sama akan memperlambat network. Cara TCP/IP bekerja mengatur agar semua komputer dengan network ID yang sama harus berada di physical network yang sama juga. Physical network memiliki domain broadcast

yang sama, yang berarti sebuah medium network harus membawa semua traffic untuk network. Karena alasan kinerja, network biasanya disegmentasikan ke dalam domain broadcast yang lebih kecil – bahkan lebih kecil – dari Class C address. Subnets adalah network yang berada di dalam sebuah network lain (kelas A, B, dan C). Subnets dibuat menggunakan satu atau lebih bit-bit di dalam host kelas A, B, atau C untuk memperlebar network ID.


(54)

2.29.DHCP(Dynamic Host Configuration Protocol)

DHCP adalah protokol yang dipakai untuk memudahkan pengalokasian alamat IP dalam satu jaringan. Sebuah jaringan lokal yang tidak menggunakan DHCP harus memberikan alamat IP kepada semua komputer secara manual. Jika DHCP dipasang di jaringan lokal, maka semua komputer yang tersambung di jaringan akan mendapatkan alamat IP

server DHCP.

A. Cara Kerja DHCP

Karena DHCP merupakan sebuah protokol yang menggunakan arsitektur client-server, maka dalam DHCP terdapat dua pihak yang terlibat, yakni DHCP Server dan DHCP Client. DHCP server umumnya memiliki sekumpulan alamat yang diizinkan untuk didistribusikan kepada client, yang disebut sebagai DHCP Pool. Setiap client kemudian akan menyewa alamat IP dari DHCP Pool ini untuk waktu yang ditentukan oleh DHCP, biasanya hingga beberapa hari. Manakala waktu penyewaan alamat IP tersebut habis masanya, client akan meminta kepada server untuk memberikan alamat IP yang baru atau memperpanjangnya.

DHCP melakukan transaksi dengan melihat pada jenis pesan yang dikirimkan. Pesan-pesan tersebut antara lain :

 DHCPDISCOVER : broadcast oleh client untuk menemukan server.

 DHCPOFFER : respon dari server karena menerima.

 DHCPDISCOVER dan menawarkan IP address kepada client.


(55)

 DHCPREQUEST : pesan dari client untuk mendapatkan informasi jaringan.

 DHCPACK : acknowledge dari server.

 DHCPNACK : negative acknowledge dari server yang menyatakan waktu sewa dari client sudah kadaluarsa.

 DHCPDECLINE : pesan dari client yang menyatakan bahwa dia sedang menggunakan informasi dari server.

 DHCPRELEASE : pesan dari client bahwa client sudah tidak menggunakan lagi informasi dari server.

 DHCPINFORM : pesan dari client bahwa dia sudah menggunakan informasi jaringan secara manual.

Berikut ini adalah bagan interaksi antara client dan server, dimana client tidak mengetahui alamat IP-nya. Dan diasumsikan DHCP

server memiliki 1 blok alamat jaringan yang dapat digunakan pada jaringan tersebut :

1. Client melakukan broadcast DHCPDISCOVER pada jaringan lokal. 2. Server merespon dengan pesan DHCPOFFER, dimana informasi ini

juga memberikan informasi tentang IP address.

3. DHCP client menerima 1 atau lebih pesan DHCPOFFER dari 1 atau lebih DHCP server. Client memilih salah satu informasi itu dan mengirimkan pesan DHCPREQUEST dan informasi jaringan mana yang dipilih.


(56)

4. Server menerima pesan DHCPREQUEST tersebut dan membalas dengan mengirimkan pesan DHCPACK dengan mengirimkan informasi lengkap.

5. Client menerima DHCPACK dan melakukan konfigurasi terhadap

interface jaringannya.

6. Apabila client sudah tidak menginginkan lagi alamat IP tersebut,

client akan mengirimkan pesan DHCPRELEASE.

1 2 Server 3 4 Verify 5

6 Relinguish Lease (DHCPRELEASE) Address

Released DHCP

Client

DHCP Server Broadcast and Ask for IP

Address

(DHCPDISCOVER )

Offering an IP Address (DHCPOFFER )

Receive Offers

Select Process

Ask Selected IP Address (DHCPREQUEST)

Ok? No? Use Previous

Configuration

Ack and Additional Configuration Information

Verify (arp) (DHCPACK)

Ok?

Decline an Offer No

(DHCPDECLINE) Yes

Client

Configured Initiate the Entire Process Again


(57)

Gambar 2.12. Interaksi antara DHCP Client dan DHCP Server

Selain dapat menyediakan alamat dinamis kepada client, DHCP Server juga dapat menetapkan sebuah alamat statik kepada client, sehingga alamat client akan tetap dari waktu ke waktu. Namun, DHCP pada server harus memiliki alamat IP yang statis.

2.30.Trivial File Transfer Protokol (TFTP)

TFTP (Trivial File Tranfer Protokol) adalah sebuah protokol yang mirip dengan FTP (File Tranfer Protokol), tetapi TFTP lebih kecil dan lebih sederhana dari FTP sehingga TFTP ikut masuk ke dalam ROM (Random Access Memory). Perbedaan antara kedua protokol tersebut adalah TFTP menggunakan User Data Program (UDP) yang bekerja blok per blok tanpa autentikasi, sedangkan FTP menggunakan Transmission Control Protokol

(TCP) yang bekerja secara stream serta lebih rumit. . TFTP client melakukan inisialisasi dengan mengirim permintaan untuk read and write, kemudian

server dan client melakukan negosiasi tentang port yang akan digunakan untuk melakukan transfer file. Transfer TFTP adalah transfer file antar disk

(disk-to-disk).


(58)

2.31.User Account dan Groups

User account adalah daftar nama pemakai yang bertugas untuk mengatur dan mengelola komputer pada jaringan maupun pada komputer lokal. Dengan adanya daftar nama pemakai pada server, client dapat mengakses sumber daya yang ada pada komputer server yang telah diatur oleh administrator.

Sedangkan groups adalah kumpulan dari kelompok para pemakai (user account) yang mempunyai izin khusus untuk mengelola komputer, sesuai dengan keanggotaan user tersebut pada sebuah group. Jika dua user

atau lebih menjadi anggota group yang sama, maka para user tersebut mempunyai izin yang sama.

2.32.Terminal Services

Terminal services merupakan sebuah layanan yang dapat digunakan untuk mengakses aplikasi atau data yang disimpan dalam komputer jarak jauh melalui sebuah koneksi jaringan. Dengan menggunakan terminal service, client yang memiliki hardware terbatas, dapat menampilkan desktop server dan menggunakan fasilitasnya. Terminal services terdiri atas tiga komponen utama, yaitu :

1. Terminal Services Server (terminal server), yaitu komputer yang menjalankan terminal services pada mode application server dan menyediakan akses aplikasi berbasis Windows yang dijalankan sepenuhnya di server serta mendukung layanan beberapa sesi user yang dijalankan pada saat bersamaan di server.


(59)

2. Terminal Service Client, untuk dapat mengakses sebuah server yang menjalankan terminal services

3. Remote desktop protocol (RDP), yaitu protokol utama yang memungkinkan terminal service client (komputer clent) dapat berhubungan dengan terminal server.

2.33.Remote Dekstop

Remote Desktop adalah salah satu fitur yang terdapat di dalam sistem operasi Microsoft Windows XP, Windows Server 2003, Windows Vista, dan Windows Server 2008, yang mengizinkan penggunanya untuk terkoneksi ke sebuah mesin jarak jauh seolah-olah mereka duduk di depan mesin yang bersangkutan. Remote desktop menggunakan protokol Remote Desktop Protocol (RDP).

2.34.Pengenalan Diskless

2.34.1.Diskless dan Perbedaannya dengan Thin Client

Diskless atau jaringan tanpa disk merupakan teknologi thin client yang memampukan client untuk menjalankan sistem operasi tanpa dilengkapi media penyimpan seperti harddisk, disket atau CD-ROM. Namun perbedaannya, pada teknologi thin client, di sisi client

kita masih mempunyai sistem operasi yang berdiri sendiri atau stand alone, disertai aplikasi yang akan digunakan di sisi client. Barulah selanjutnya dilakukan akses pada aplikasi yang ada di server. Sebagai contoh, pada teknologi terminal service yang dimiliki oleh


(60)

Windows, diperlukan sistem operasi minimal yang sudah di instalasi di sisi komputer client untuk dapat mengakses fasilitas terminal service yang ada di sisi server. Contoh berbagai solusi thin client

misalnya Windows Terminal Server, Citrix Metaframe, NX dan LTSP.

Teknologi diskless mempunyai konsep yang sama dengan PC

clonning system. Yaitu, menerapkan suatu sistem pada jaringan, yang dapat digunakan untuk mentransfer kemampuan hardware server ke seluruh client yang terkoneksi, sehingga seluruh proses kerja dalam jaringan ditangani sepenuhnya oleh server. Sedangkan client hanya berperan sebagai dumb terminal yang menjadi media bagi pengguna dalam menjalankan server. Jadi sistem jaringan yang dibangun bukan merupakan sistem jaringan murni, dimana server melayani sejumlah

client yang terkoneksi, akan tetapi pengguna dapat mengoperasikan

server secara optimal melalui komputer client. 2.34.2.Keunggulan Diskless

Ada banyak kelebihan dari jaringan berbasis diskless jika dibandingkan dengan desktop konvensional :

Investasi hardware jauh lebih murah : Dimana biasanya untuk setiap penambahan siswa baru kita perlu membelikan sebuah komputer Pentium IV dengan memory minimal 256 MB, dengan

thinclient maka kita cukup membelikan komputer bekas Pentium


(61)

II dengan memory 32 MB — namun performanya tetap dapat menyamai Pentium IV

Maintenance : Jauh lebih mudah, tidak mengganggu user, dan tidak memakan waktu. Dimana biasanya jika ada komputer rusak maka kita perlu waktu minimal satu hari (backup data user, install ulang komputer, restore data user). Maka, dengan thin client kita cukup mengganti komputer user dengan komputer Pentium II lainnya; dan user dapat kembali bekerja dalam waktu hitungan menit.

Manajemen desktop : juga menjadi jauh lebih mudah - contoh: jika ada 100 desktop, maka kita perlu melakukan 100 kali instalasi seluruh softtware yang ada. Namun dengan solusi thin client, maka kita hanya perlu instalasi satu kali, dan 100 desktop

otomatis akan mendapatkannya juga. Kita juga bisa mudah

―mengunci‖ desktop client, sehingga mereka tidak bisa

memasang softtware-softtware tanpa sepengetahuan kita - dimana ini adalah salah satu penyebab utama masuknya virus,

spyware, atau trojan, dengan dampak susulan yang bisa sangat fatal bagi perusahaan.

Upgrade mudah & murah : untuk meningkatkan kinerja seluruh

desktop, seringkali dapat dilakukan cukup dengan upgrade memory di server dan atau upgrade switch. Dibandingkan dengan

desktop biasa, dimana jika ada 100 desktop maka total biaya


(62)

upgrade dikalikan dengan 100 buah komputer, sangat mahal & tidak efisien.

Keamanan data : karena semua data tersimpan di server, maka bisa lebih mudah kita amankan dari oknum user (corporate espionage, internal hacker, dsb). Desktop thin client juga bisa kita ―kunci‖ sehingga semua fasilitas akses datanya (disket, USB, dll) tidak berfungsi .

2.16.3 Kelemahan Diskless

Membutuhkan resource komputer yang cukup handal, dikarenakan semua proses dilakukan oleh server.

Pemakaian dalam jangka waktu lama dapat memperpendek usia

hardware server, apalagi jika jumlah client yang terkoneksi berjumlah relatif banyak.

Kinerja client akan menurun jika ada penambahan komputer

client.

2.35.Pengenalan Citrix Metaframe

Karena pada diskless tidak dimiliki media penyimpan pada sisi

client, dibutuhkan suatu utilitas atau software yang berfungsi mengatur penggunaan sumber daya komputer, sehingga client dapat menggunakan aplikasi server secara optimal. Citrix Metaframe adalah software ciptaan Citrix Sistem Inc yang memiliki kemampuan tersebut. Citrix Metaframe

software merupakan produk tambahan (add-on product) yang memanfaatkan


(63)

Windows Terminal Server dalam mode aplikasi (application mode) dan menjadi dasar dari semua produk server-based computing yang diciptakan oleh perusahaan Citrix. Pada awalnya Citrix dinamakan Citrix Winframe, kemudian berubah menjadi Citrix Metaframe. Dan dengan diperkenalkannya sistem operasi Windows 2000 Server, disusul Windows Server 2003, Citrix memperkenalkan Citrix Metaframe XP yang dikembangkan dengan memanfaatkan terminal server baru yang terdapat pada sistem operasi server

tersebut.

2.35.1.Prinsip Kerja Citrix Metaframe

Apabila suatu Windows Server hanya memiliki satu dekstop

lewat keyboard, mouse dan monitor, maka terminal server untuk Windows memungkinkan sejumlah pemakai untuk masing-masing memiliki Windows dekstop-nya sendiri pada Windows Server yang diakses dari komputer masing-masing pemakai. Konsep ini dikenal sebagai metode remote control, dimana suatu workstation

mendapatkan akses ke dekstop suatu server. Setiap pemakai yang mengadakan koneksi ke terminal server diberikan ‖sessionID‖ yang

diatur oleh ‖session manager‖. Session ini memungkinkan terminal server mengatur agar setiap pemakai memiliki proses dan memory

yang terpisah. Untuk memungkinkan komputer pemakai mengadakan koneksi ke terminal server digunakan RDP.

Pada prinsipnya, cara kerja Citrix Metaframe sama dengan Windows Terminal Services. Metaframe menggunakan


(64)

komonen utama terminal server untuk dapat berfungsi. Metaframe memiliki fasilitas untuk membantu pemakai menemukan dan mengadakan koneksi ke server dengan menggunakan protokol miliknya sendiri tanpa menggunakan protokol RDP. Berikut ini adalah skema konsep kerja antara server dan client pada sistem diskless yang menggunakan Citrix Metaframe.

Gambar 2.15 Konsep Kerja antara Server dan Client dengan Citrix Metaframe

1. User mencoba untuk terhubung ke aplikasi yang telah disiapkan oleh Metaframe Server.

2. Pusat penyimpanan database client mendeteksi untuk menyesuaikan permintaan client dengan data yang ada pada pusat database.

Client Devices Citrix

Metaframe XP Serever

1

2

3

Central Client Update Database Citrix Server Farm


(65)

3. Jika data ada yang sesuai, maka data akan dikirimkan oleh pusat database di server dan diterima oleh client dan disimpan pada database yang ada pada client tersebut.

2.35.2.Komponen-Komponen Citrix Metaframe

Pada dasarnya, Citrix Metaframe menyediakan dua fungsi utama, yaitu :

1. Menyediakan sarana supaya pemakai dapat menemukan dan berhubungan ke Metaframe Server.

2. Dan menyediakan protokol agar pemakai dapat menjalankan

remote sessions.

Karena itu, terdapat komponen-komponen yang membentuk Citrix Metaframe Server, antara lain :

ICA (Independent Computing Architecture) Protokol, yaitu protokol yang dipakai untuk menjalankan remote application sessions antara pemakai dan Citrix Metaframe Server.

IMA (Independent Management Architecture) Service, yaitu layanan yang mengatur semua fungsi-fungsi Citrix Metaframe Server, tracking user, sessions, application, dan license.

XML service, yaitu layanan yang berkomunikasi dengan dunia luar yang ingin mendapatkan informasi mengenai layanan dan aplikasi yang tersedia.

Connection Listener, yaitu komponen yang memungkinkan pemakai mengakses Metaframe Server.


(66)

Gambar 2.16. Komponen-komponen Citrix Metaframe Server

2.35.3.Keunggulan Citrix Metaframe Server dibandingkan Windows Terminal Server

Walaupun pada sistem operasi Windows Server telah terdapat Windows Terminal Server, namun jauh lebih baik jika digunakan Citrix Metaframe, hal ini disebabkan Citrix Metaframe memiliki sejumlah keunggulan dibanding Windows Terminal Server, yaitu antara lain :

Windows Terminal Server hanya mendukung sistem berbasis Windows dan koneksi berbasis protokol IP, sedangkan Citrix Metaframe mendukung sistem operasi, baik berbasis Windows maupun tidak, seperti DOS, LINUX, OS/2, Apple Mac, dan Java.

Connection Listener

XML service

ICA Client

IMA Data Store

IMA Service

Komunikasi dengan Protokol ICA Metaframe Server Lainnya T er m in al S er v er Citrix Management Console Komunikasi ke Dunia Luar


(67)

Citrix Metaframe menyediakan fasilitas untuk mempublikasikan aplikasi (publish application) yang tidak tersedia pada Windows Terminal Server.

Protokol ICA yang dipakai Citrix lebih cepat dan lebih efisien dibanding RDP yang digunakan Windows Terminal Server. Citrix Metaframe menyediakan management tool yang mempermudah administrasi aplikasi software dan pemakai. Citrix Metaframe mendukung akses lewat web browser yang tidak didukung oleh Terminal Service.

Citrix Metaframe menyediakan fasilitas ‖load balancing‖ yang

memperbaiki kinerja Metaframe Server ganda.

Citrix Metaframe mudah untuk memperbanyak pengguna dan Metaframe Server untuk mempermudah pengembangan jaringan (scalability).

2.36.Thin Station

Thinstation adalah open sourcethin clientoperating system dan beberapa program yang memungkinkan komputer client terhubung ke server

melalui jaringan. Thinstation dibuat berdasarkan Linux, tapi user mungkin tidak akan melihat Linux sama sekali jika dihubungkan secara langsung dengan Microsoft Windows Server, Citrix Server atau Unix Server. User

akan merasa terhubung langsung dengan server. Thinstation juga mendukung Microsoft Windows-only enviroment dan tidak membutuhkan pengetahuan Unix atau Linux. Thinstation tidak memerlukan memory


(68)

internal ( harddisk dan CD-ROM, floppy drive hanya dibutuhkan saat

booting, tapi dapat digantikan dengan ROM yang terdapat pada kartu jaringan), karena semua yang dibutuhkan (boot image) akan di ambil dari jaringan dan disimpan di RAM.


(69)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penulis melakukan penelitian dari bulan November 2007 sampai dengan bulan Maret 2008 pada jaringan di Laboratorium Komputer SMPN 252 yang terletak di Jl. Haji Naman Pondok Kelapa Jakarta Timur.

3.2. Objek Penelitian

Objek penelitian dari tugas akhir ini adalah merancang dan mengimplementasikan sistem diskless pada jaringan Laboratorium Komputer (Laboratorium komputer) SMPN 252 Jakarta. Dimana saat ini model jaringan yang digunakan adalah model LAN berkabel dengan dekstop konvensional. Namun, dikarenakan sering banyaknya keluhan dalam menggunakan sistem dekstop konvensional tersebut, baik dalam hal keamanan dan kenyamanan serta dibutuhkannya penambahan jumlah komputer, maka penulis ingin mengimplementasikan sistem diskless yang menawarkan banyak keuntungan bagi pengguna maupun administrator

jaringan pada jaringan Laboratorium komputer ini.

Sistem diskless yang akan diimplementasikan pada Laboratorium komputer SMPN 252 ini berbasis Windows dengan menggunakan Windows 2000 Server sebagai sistem operasi jaringan dan software Citrix Metaframe XP serta thinstation. Pada jaringan ini, server telah terkoneksi dengan


(1)

dapat mengakses sumber daya yang ada pada komputer server, tentunya dengan batas-batas yang sudah diatur oleh administrator.

B. Setting Client

Salah satu kelebihan system diskless yang diimplementasikan oleh penulis ini, selain murah dari sisi biaya juga mudah dalam penerapannya. Apalagi dengan digunakannya kartu jaringan type 3com 3C905CX-TX-M dan file Thinstation. Sehingga sudah tidak diperlukan lagi setting pada sisi clientnya. Ketika Client dinyalakan, client akan langsung booting secara otomatis. Setelah keluar tampilan login, isilah username sesuai dengan nama yang dimasukkan dalam user account pada server. Maka user bisa langsung menggunakan komputer client yang memiliki spesifikasi rendah namun dengan performance komputer server.

4.4 Tahap Verifikasi

4.4.1. Testing Sistem Jaringan

Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap penggunaan Citrix Metaframe XP yang diimplementasikan pada jaringan di Laboratorium komputer SMPN 252 Jakarta, dengan pengujian sebagai berikut :


(2)

C. Apakah aplikasi-aplikasi dapat berjalan dengan baik menggunakan Citrix Metaframe XP ?

D. Apakah komputer client dapat berkomunikasi dengan komputer server dan mengakses aplikasi yang berada di komputer server?

Sebelum melakukan pengujian, penulis memastikan semua DHCP Service dan TFTP Server dalam keadaan ―Started‖. Menyiapkan komputer client, dan setting BIOS nya untuk booting dari LAN card. Terlihat proses pencarian IP address dan download file Thinstation.nbi. Setelah itu, dialog login Windows 2000 Server tampil di computer client.

Pada pengujian tersebut didapatkan bahwa :

1. Seluruh aplikasi dapat berjalan baik, bahkan dengan diinstallya Citrix Metaframe XP dapat mendukung aplikasi-aplikasi grafis yang kurang didukung oleh MS.2000 server.

2. Seluruh aplikasi yang di install pada server juga bisa dijalankan dengan baik di client. Disini penulis mencobanya dengan menggunakan aplikasi MS.Office 2000.

4.4.2. Perawatan Jaringan

Setelah perancangan sistem diskless pada jaringan telah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perawatan-pearwatan terhadap jaringan baik itu terhadap software maupun hardwarenya. Perawatan tersebut bisa dengan melakukan proteksi terhadap komputer server terutama dengan adanya username dan


(3)

password untuk mengakses komputer server, instalasi antivirus, dan perawatan terhadap perangkat jaringan seperti kabel, switch dan lain sebagainya.

4.4.3. Pelatihan

Setelah sistem diskless dapat berjalan baik dalam jaringan komputer ini, maka perlu dilakukan pelatihan terhadap administrator jaringan. Pelatihan ini bisa berupa cara penambahan komputer client, cara mengintalasi active directory dan cara memaintenance jaringan secara menyeluruh.

4.4.4. Implementasi Sistem Baru

Setelah perancangan selesai dilakukan dan telah dilakukan testing bahwa system diskless ini telah berjalan dengan baik, maka tahap selanjutnya adalah implementasi sistem diskless berbasis Citrix Metaframe XP ini pada jaringan komputer yang berada di Laboratorium Komputer SMPN 252 Jakarta.


(4)

BAB V PEMBAHASAN

Bab ini berisi kesimpulan tugas akhir beserta saran untuk penelitian dan pengembangan lebih lanjut.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan dari penulisan tugas akhir ini sebagai berikut :

1. Dengan diterapkan sistem diskless, kini PC Client pada laboratorim komputer SMPN 252 memiliki performance yang setara dengan PC server. PC Client dapat menggunakan semua aplikasi yang di install di server, seklaipun PC Client memiliki spesifikasi yang rendah.

2. Dengan diterapkannya sistem diskless. Laboratorium SMPN 252 dapat dikembangkan dengan memanfaatkan hardware yang tersedia, tanpa harus ada penambahan media storage lagi. .

3. Proses intalasi Windows 2000 Server, File Thinstation dan Citrix Metaframe XP pada computer yang menggunakan Microsoft sebagai operating System juga sangat mudah. Apalagi, dengan adanya thinstation sebagai opensource yang bisa diterapkan di windows environment.


(5)

4. Banyaknya jumlah PC Client yang bergantung pada PC Server pada jaringan komputer di SMPN 252 ini,membuat kinerja PC menjadi agak lambat ketika semua komputer dinyalakan dalam waktu yang bersamaan.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis menyarankan ada pengembangan lebih lanjut sebagai berikut :

1. Menimbang jumlah host yang terdapat dalam jaringan SMPN 252 Jakarta, penulisan menyarankan agar dalam pengembangan implementasi sistem diskless ini selanjutnya diharapkan menggunakan kelas IP Addres yang sesuai dengan kebutuhan dan jumlah host yang terdapat pada jaringan agar kinerja jaringan menjadi lebih baik dan tidak terjadi pemborosan.

2. Dalam pengembangan implementasi sistem diskless ini selanjutnya, diharapkan tidak hanya diimplementasikan di laboratorium komputer saja, tapi juga menyeluruh di jaringan komputer yang berada di SMPN 252 Jakarta.

3. Adanya penelitian tentang implementasi sistem diskless yang lebih menekan biaya dan menggunakan sistem operasi yang lebih handal, seperti LINUX.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Febrian, Jack, 2004. Pengetahuan Komputer dan Teknologi Informasi, Bandung: Informatika.

Mansfield, Niall, 2004. Practical TCP/IP: Mendesain, Menggunakan, dan Trobleshooting Jaringan TCP/IP di Linux dan Windows (Jilid 1), Yogyakarta: Andi

Mansfield, Niall, 2004. Practical TCP/IP: Mendesain, Menggunakan, dan Trobleshooting Jaringan TCP/IP di Linux dan Windows (Jilid 2), Yogyakarta: Andi

Noble, Stephen, 1999. Thin Client: User Guide, Bigfoot.com: Stephen7

Salvan, Paolo (Ed.) 2005. Creating a Thin Clien for The Windows Environment Using Thinstation, Italy: Xvision.

S, Pressman, Roger, 2002. Rekayasa Perangkat Lunak: Pendekatan Praktisi, Yogyakarta: Andi.

Subyantara, Didik, 2004. Instalasi dan Konfigurasi Jaringan Microsoft Windows, Jakarta: Elex Media Komputindo.

Sukidin & Mundir, 2005. Membimbing dan Mengantar Kesuksesan Anda dalam Dunia Penelitian, Surabaya: Insan Cendekia.

Sulhan, Mohammad, 2003. Membangun Jaringan Murah Menggunakan Citrix Metaframe XP, Yogyakarta: Andi.

Wahana Komputer, 2005. Pintar Menjadi Administrator Jaringan, Yogyakarta: Andi.