Perancangan Jaringan Diskless Berbasis LTSP pada sistem Operasi Linux Fedora 10

(1)

PERANCANGAN JARINGAN DISKLESS BERBASIS LTSP PADA SISTEM OPERASI LINUX FEDORA 10

TUGAS AKHIR

SYARLY AFRIANI LINGGA 092406005

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK INFORMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULATAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

PERANCANGAN JARINGAN DISKLESS BERBASIS LTSP PADA SISTEM OPERASI LINUX FEDORA 10

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

SYARLY AFRIANI LINGGA 092406005

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK INFORMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULATAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

ABSTRAK

LTSP (Linux Terminal Server Project) adalah sebuah teknologi yang memungkinkan kita membuat suatu jaringan komputer dengan harga terjangkau. Kita dapat merasakan kecepatan komputer tua, misalnya Pentium I/II serta dengan komputer server kita. Bila komputer server kita mempunyai spek yang tinggi, misalnya pentium IV/DualCore/Core2Duo/QuadCore maka komputer pentium II kita bisa kita buat seperti spesifikasi tersebut. Melihat ini, maka LTSP adalah solusi yang cocok bagi berbagai instuisi/perusahaan di Indonesia. Razia software,walaupun kini semakin jarang di beritakan di media massa,juga masih terus berjalan. Dari pada membayar denda/mebyar harga lisensi yang sangat mahal,mereka lebih memilih untuk ke solusi open source. LTSP, karena biayanya yang sanagat ekonomis dan kemudahan pemakaian & perawatannya, menjadikanya sebagai salah satu solusi yang pantas untuk kita pertimbangkan.


(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Jaringan Komputer Sederhana 7

Gambar 2.2 Jaringan Client Server 10

Gambar 2.3 Bentuk Jaringan dengan Topologi Star 11

Gambar 2.4 Cara Kerja LTSP 18

Gambar 2.5 Layer TCP/IP 22

Gambar 2.6 Format IP Address 24

Gambar 2.7 Kelas-kelas Alamat IP 25

Gambar 3.1 Arsitektu LTSP Sederhana 30

Gambar 3.2 Cara Kerja LTSP 34

Gambar 3.3 Pilih Settingan Keyboard 40

Gambar 3.4 Pemberian Nama Komputer 40

Gambar 3.5 Pilih Zona Waktu 41

Gambar 3.6 Masukan Password untuk Boot User 41

Gambar 3.7 Pembagian Partisi 42

Gambar 3.8 Pengaturan Partisi Baru 42

Gambar 3.9 Pembagian Partisi berhasil 43

Gambar 3.10 Pembagian Hardisk telah selesai 43

Gambar 3.11 Konfirmasi Pembagian Hardisk yang telah ditentukan 44

Gambar 3.12 Pemilihan Proses Booting 44

Gambar 3.13 Instalasi dimulai 45

Gambar 3.14 Instalasi telah selesai 45

Gambar 3.15 Lisensi Informasi 46

Gambar 3.16 Create User Admin 46

Gambar 3.17 Pengaturan waktu 47

Gambar 3.18 Informasi Hardware 47

Gambar 3.19 Desktop 48

Gambar 3.20 Sistem Administrasi Network 48

Gambar 3.21 Konfigurasi Network 49

Gambar 3.22 Select Device Type 49

Gambar 3.23 Select Ethernet Card 50

Gambar 3.24 Configure Network Setting 50

Gambar 3.25 Create Ethernet Device 51

Gambar 3.26 Network Configuration 51

Gambar 3.27 Ethernet Device 52

Gambar 3.28 Network File save 52

Gambar 3.29 Change and Save 53

Gambar 3.30 Aplication System Tools Terminal 53

Gambar 3.31 Su to Root 54

Gambar 3.32 Save Document 54


(5)

Gambar 3.34 Ifcfg-etho 55

Gambar 3.35 Root 56

Gambar 3.36 System Administrator User and Group 56

Gambar 3.37 User Manager 57

Gambar 3.38 Create New User 57

Gambar 4.1 Arsitektur Sistem LTSP 61


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak vi

Daftar Isi vii

Daftar Gambar ix

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 2

1.3 Rumusan Masalah 2

1.4 Batasan Masalah 3

1.5 Manfaat Penelitian 3

1.6 Metode Penelitian 4

1.7 Sistematika Penulisan 5

Bab 2 Tinjauan Teoritis

2.1 Jaringan Komputer 7

2.1.1 Tipe Jaringan Komputer 9

2.1.2 Komponen Jaringan Komputer 11

2.2 Linux 15

2.3 Linux Terminal Server Project (LTSP) 17

2.4 Konsep Dasar TCP/IP 21

2.4.1 Network Acces Layer 23

2.4.2 Internet Layer 23

2.4.3 Transport Layer 27

2.4.4 Aplication Layer 28

Bab 3 Analisis Dan Perancangan Sistem

3.1 Analisis Sistem Secara Umum 30

3.2 Alat-alat yang akan digunakan 34

3.2.1 Alat-alat yang tersedia di Pusat Sistem Informasi 35 3.2.2 Alat-alat yang perlu di tambahkan dalam Perancangan 36 Sistem

3.3 Perancangan Sistem 39


(7)

Bab 4 Implementasi dan Pembahasan

4.1 Komponen-komponen Arsitektur Sistem 58

4.1.1 Client 58

4.1.2 Switch 59

4.1.3 Komputer Server 59

4.2 Arsitektur Sistem 60

4.3 Proses Booting pada Client 61

4.3.1 Booting menggunakan Etherboot 61

4.3.2 Booting dengan PXE 63

4.4 Uji Coba Sistem 63

4.4.1 Uji Coba terhadap komputer Server 64 4.4.2 Uji Coba Terhadap Komputer Client 66

4.4.3 Konfigurasi DHCP 67

4.4.4 Konfiguarasi Host 73

4.4.5 Konfigurasi Lts.conf 84

4.4.6 Pembuatan Login User 89

4.4.7 Penomoran IP Pada Sistem 90

4.5 Pengelolaan Sistem Dilihat dari Segi Efisiensi dan Efektifitas 91

4.5.1 Segi Efisiensi 91

4.5.2 Segi Efeksifitas 92

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 93

5.2 Saran 94


(8)

ABSTRAK

LTSP (Linux Terminal Server Project) adalah sebuah teknologi yang memungkinkan kita membuat suatu jaringan komputer dengan harga terjangkau. Kita dapat merasakan kecepatan komputer tua, misalnya Pentium I/II serta dengan komputer server kita. Bila komputer server kita mempunyai spek yang tinggi, misalnya pentium IV/DualCore/Core2Duo/QuadCore maka komputer pentium II kita bisa kita buat seperti spesifikasi tersebut. Melihat ini, maka LTSP adalah solusi yang cocok bagi berbagai instuisi/perusahaan di Indonesia. Razia software,walaupun kini semakin jarang di beritakan di media massa,juga masih terus berjalan. Dari pada membayar denda/mebyar harga lisensi yang sangat mahal,mereka lebih memilih untuk ke solusi open source. LTSP, karena biayanya yang sanagat ekonomis dan kemudahan pemakaian & perawatannya, menjadikanya sebagai salah satu solusi yang pantas untuk kita pertimbangkan.


(9)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan internet di Indonesia, kebutuhan akan informasi yang akurat dan tepat waktu untuk menyajikan data yang lengkap sangatlah diperlukan oleh suatu instansi, organisasi, dan perusahaan. Pengaksesan internetpun dapat dilakukan dengan banyak cara seperti menggunakan jaringan LAN (Local Area Network) dengan menggunakan kabel atau wireless. Saat ini banyak sekali carayang mulai berkembang dalam proses pengiriman data seperti menggunakan kabel UTP, Bluetooth, wireless, dan lainnya.

Komputer sekelas 486 dan Pentium I dengan RAM 16 MB keatas, tanpa harddisk, dapat digunakan untuk menjalankan distro linux terbaru lengkap dengan berbagai aplikasinya.Dengan cara ini kita dapat menghemat biaya untuk hardware ini.. Administrator jaringan tidak perlu menginstal linux dan aplikasinya satu per satu di tiap client. Aplikasi cukup dipasang di server saja, dan client menjalankan aplikasi tersebut. Semua processing terjadi di server, sehingga kecepatan proses akan mengikuti spesifikasi server. Manfaat lainnya adalah troubleshooting dan backup data menjadi lebih mudah, karena aplikasi dan data terpusat di server.


(10)

1.2Identifikasi Masalah

Dalam perancangan sistem ini digunakan PC (Personal Computer) sekelas pentium D sebagai workstation, tanpa dilengkapi media penyimpanan dan PC sekelas pentium core 2 duo sebagai server. LTSP (Linux Terminal Server Project) akan diintegrasikan pada sistem operasi linux fedora 10 . Untuk dapat mengimplementasikan jaringan tanpa hardisk dengan baik perlu disesuaikan kemampuan server dengan jumlah client. Dalam penelitian proyek akhir ini telah diuji performasi CPU (Cental Prosesor Unit) server dan penggunaan memory server ketika client menggunakan aplikasi seperti Open Office, Gimp dan Firefox..

1.3Perumusan Masalah

Permasalahan yang diangkat dalam merancang jaringan diskless berbasis LTSP ini antara lain:

1. Bagaimana merancang jaringan diskless berbasis LTSP? 2. Bagaimana performasi CPU Server?

3. Bagaimana penggunaan memory yang digunakan dalam jaringan diskless?


(11)

Untuk mempermudah dan membatasi cakupan pembahasan masalah pada proyek akhir ini maka diberikan batasan-batasan sebagai berikut:

1. Sistem operasi yang digunakan adalah Linux Fedora 10.

2. Pada perancangan akan digunakan 1 server dengan 4 s/d 8 buah client.

3. Pada perancangan digunakan peralatan jaringan standar yaitu media transmisi kabel UTP cat 5e, konsentrator switch/hub dan NIC 10/100Mbps untuk menghubungkan PC yang ada pada sistem jaringan diskless.

4. Aplikasi yang dijalankan dalam sistem jaringan diskless untuk melakukan pengujian adalah OpenOffice , Gimp dan Firefox.

5. Tidak membahas tentang Keamanan Jariangan dan Sistem operasi.

6. Metode Booting pada client terbatas menggunakan metode PXE (Pre-boot Execution Environment).

7. Tidak membahas arsitektur komputer, organisasi komputer dan linux kernel secara mendetail.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Penulis dapat lebih mengenal dan megnerti tentang Jaringan Diskless

2. Penulis dapat lebih mengenal tentang apa itu LTSP dan Sistem Operasi Linux Fedora 10.

3. Kita juga tidak perlu membeli lisensi OS dan aplikasinya karena Linux, LTSP, dan berbagai aplikasinya dapat diperoleh tanpa membayar lisensi


(12)

1.6Metode Penelitian

Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian, karena menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data dan pengambilan kesimpulan hasil penelitian. Adapun metode peneltian yang penulis gunakan untuk menyelesaikan berbagai permasalah yang terjadi adalah:

1. Observasi

Yaitu pencarian data/informasi dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti.

2. Wawancara

Yaitu memperoleh data dengan mengadakan Tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang mengetahui konfigurasi Jaringan Diskless berbasi LTSP 3. Metode Penelitian Kepustakaan (Library Research Method)

Merupakan jenis penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data yang berhubungan dengan topik permasalahan dari judul yang penulis buat. Hal ini dilakukan dengan cara membaca buku-buku, makalah, bahan kuliah maupun artikel-artikel untuk mendapatkan landasan teoritis yang mencukupi.

4. Metode Penelitian Lapangan

Yaitu metode dengan melakukan browsing melalui internet dengan melihat website-website yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.


(13)

1.7Sistematika Penulisan

Adapun Sistematika Penulisan dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

Bab 1: PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab 2: TINJAUAN TEORITIS

Dalam bab ini diuraikan tentang Jaringan Komputer Diskless dan Linux Terminal Server Project.Tipe-tipe jaringan Komputer dan IP Addres

Bab 3: ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Dalam bab ini diuraikan mengenai alur perancangan sistem dalam Jaringan Disklass dan beberapa faktor yang harus di perhatikan yaitu, spesifikasi server, thin client,dan boot method

Bab 4: IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN SISTEM

Dalam bab ini penulis akan melakukan pengujian dan analisa cpu utilization, kemudian pengujian dan analisa penggunaan memori LTSP server

Bab 5: KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan penulis tuliskan kesimpulan dan saran dari tugas akhir yang penulis buat.


(14)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 JARINGAN KOMPUTER

Jaringan komputer merupakan sekumpulan komputer yang terpisah baik dengan jarak yang berdekatan maupun berjauhan, tetapi saling berhubungan untuk melakukan tugasnya.

Secara sederhana jaringan komputer dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Jaringan Komputer Sederhana

Dengan adanya jaringan komputer maka informasi yang ingin disampaikan antara satu komputer dengan komputer lainnya atau dari sisi pengirim (transmitter) ke sisi penerima (receiver) dapat sampai secara tepat.


(15)

Adapun beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan jaringan komputer adalah sebagai berikut:

1. Resource Sharing

Resource sharing, yaitu kemampuan berbagi pakai sumber daya yang terdapat dan terhubung dalam jaringan komputer tersebut. Sumber daya tersebut dapat berupa perangkat keras maupun perangkat lunak.

2. Efisiensi dan produktivitas pengguna

Dengan adanya kemampuan untuk berbagi pakai perangkat lunak terutama data, maka memungkinkan pengguna komputer untuk menggunakan perangkat komputer lain untuk mengakses data yang terdapat pada sebuah komputer pada saat komputer tersebut dipergunakan orang lain. Sehingga tidak ada keharusan bagi seseorang untuk bekerja pada satu komputer. Dengan demikian dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas para pengguna komputer tersebut. 3. Keamanan data

Dengan kemampuan resource sharing untuk perangkat lunak, dalam hal ini data, maka memungkinkan dilakukan pemusatan data sehingga akan meningkatkan faktor keamanan data, terutama karena data tidak akan dapat diakses oleh orang yang tidak berhak.

4. Komunikasi Dengan adanya jaringan komputer

Komunikasi lebih mudah dan cepat untuk dilakukan. Contoh yang paling populer di masyarakat pada saat ini ialah Internet. Internet membuka komunikasi yang sangat luas, karena dapat berhubungan dengan setiap orang dimana saja yang juga terkoneksi ke internet. Misalnya surat elektronik, chatting, dan banyak media komunikasi yang saat ini terus dikembangkan


(16)

2.1.1 Tipe Jaringan Komputer

Agar dapat membangun sebuah jaringan komputer, harus dipahami tipe dari jaringan komputer. Penggolongan tipe-tipe jaringan didasarkan pada jangkauan area, fungsi jaringan dan topologi jaringan.

Penggolongan tipe-tipe jaringan komputer yang di dasarkan pada jangkauan area adalah Local Area Network (LAN), Metropolitan Area Network (MAN), dan Wide Area Network (WAN). Tipe-tipe jaringan berdasarkan fungsinya, terbagi atas Jaringan Peer to peer dan Jaringan Client Server. Kemudian berdasarkan topologi jaringan terbagi atas Topologi Bus, Topologi Ring, dan Topologi Star. Dalam pengerjaan tugas akhir ini, tipe-tipe jaringan yang digunakan ialah LAN berdasarkan jangkauan areanya, kemudian berdasarkan fungsi dan topologinya ialah Client Server dan Star. Tipe ini digunakan karena jaringan dibangun di satu ruangan dengan jangkauan kecil. LAN merupakan jaringan yang jangkauannya kecil, seperti di dalam sebuah gedung atau kampus yang berukuran sampai beberapa kilometer. LAN mempunyai ukuran yang terbatas, yang berarti bahwa waktu transmisi pada keadaan terburuknya terbatas dan dapat diketahui sebelumnya. Berdasarkan fungsinya digunakan Jaringan Client Server, karena pada jaringan ini terdapat dua elemen komputer, yaitu komputer yang berfungsi sebagai client dan yang berfungsi sebagai server. Komputer server berfungsi melayani seluruh komputer yang terdapat dalam jaringan tersebut, sehingga pusat kegiatan sepenuhnya tergantung pada komputer server. Sedangkan komputer client berfungsi untuk menerima dan memanfaatkan pelayanan dari komputer server. Dimungkinkan juga dalam jaringan terdapat lebih dari satu komputer server, sesuai


(17)

dengan jaringan yang ingin dibangun. Berikut adalah gambar contoh jaringan client server.

Gambar 2.2 Jaringan client server

Agar dapat merancang jaringan komputer baik secara fisik maupun logik dengan baik, maka topologi jaringan harus diperhatikan. Jaringan ini menggunakan topologi star, karena pada topologi ini masing-masing komputer terhubung ke pusat dengan jalur yang berbeda menggunakan media kabel, biasanya digunakan kabel UTP. Susunan fisik dari topologi star ini menyerupai sebuah bintang dan komunikasi pada jaringan diatur di sentral jaringan. Dengan digunakan jalur yang berbeda untuk masing-masing komputer, maka jika terjadi gangguan pada salah satu titik dalam jaringan tidak akan mempengaruhi bagian jaringan yang lain. Topologi ini juga memiliki kelemahan yang terletak pada kemampuan sentral jaringan tersebut, dimana jika sentral jaringan rusak, maka seluruh sistem yang ada juga mengalami kerusakan.


(18)

Gambar 2.3 Bentuk jaringan dengan topologi Star

2.1.2 Komponen Jaringan Komputer

Untuk membangun jaringan komputer dibutuhkan komponen-komponen penunjang yang memungkinkan komputer-komputer tersebut dapat berkomunikasi. Komponen-komponen tersebut antara lain:

1. Perangkat Komputer

Sebuah komputer diterjemahkan sebagai sekumpulan alat elektronik yang saling bekerja sama, dapat menerima data, mengolah data, dan memberi informasi serta terkoordinasi di bawah kontrol program yang tersimpan di memorinya. Dalam jaringan komputer harus ada komputer beserta perangkat-perangkat yang ada di dalamnya. Secara umum perangkat-perangkat-perangkat-perangkat tersebut antara lain:

a. input device adalah perangkat-perangkat keras yang berfungsi untuk memasukkan data ke dalam memori komputer, misalnya keyboard, mouse, dan lain-lain.


(19)

b. Prosesor adalah perangkat utama komputer yang mengelola seluruh aktifitas komputer itu sendiri.

c. Memori adalah media penyimpanan data pada komputer. Memori terbagi atas dua bagian yaitu Read Only Memori (ROM), yaitu memori yang hanya dapat dibaca. ROM ini sendiri sudah mengalami perkembangan yaitu PROM (Programable ROM), RPROM (Re-Programable ROM), EPROM (Erasable Programable ROM), dan EEPROM (Electrically Erasable Programable ROM). Yang kedua ialah Random Acces Memory (RAM), yaitu memori yang dapat diakses secara random. Output device adalah perangkat komputer yang berguna untuk menghasilkan keluaran, misalnya monitor, printer, speaker, dan lain-lain.

2. Kartu Jaringan

Kartu jaringan atau yang lebih dikenal dengan Network Interface Card (NIC) merupakan komponen kunci pada terminal jaringan. Fungsi utamanya adalah mengirim data ke jaringan dan menerima data yang dikirim ke terminal kerja. Selain itu NIC juga mengontrol data flow antar sistem komputer dengan sistem kabel yang terpasang dan menerima data yang dikirim dari komputer lain lewat kabel dan menterjemahkannya ke dalam bit yang dimengerti oleh komputer.

Meskipun NIC diproduksi oleh beberapa manufaktur, namun semuanya dapat digunakan untuk saling berhubungan dalam sistem jaringan yang umum digunakan. NIC juga dapat dibeli sesuai dengan kebutuhan, jika menggunakan kabel UTP maka diperlukan NIC dengan interface UTP, begitu pula jika menggunakan kabel BNC maka NIC yang digunakan adalah NIC dengan interface BNC. Tersedia juga NIC dengan interface kabel UTP dan


(20)

BNC yang dikenal dengan network card combo. Selain dua variabel di atas sebuah NIC juga mempunyai kode tersendiri yang unik terdiri atas 12 digit kode. Kode ini disebut dengan MAC (Media Access Control) address.

1. Media Transmisi

Media transmisi merupakan suatu jalur fisik antara transmitter (pengirim) dan receiver (penerima) dalam sistem transmisi data. Media transmisi dapat diklasifikasikan sebagai guided (terpandu) atau unguided (tidak terpandu). Dengan media yang terpandu, gelombang dipandu melalui sebuah media padat seperti kabel. Atmosfir dan udara adalah contoh dari unguided media, bentuk transmisi dalam media ini disebut sebagai wireless transmision.

a. Kabel

Dalam membangun jaringan komputer, apabila sumber data dan jarak penerima tidak terlalu jauh dan dalam area lokal, maka dapat digunakan kabel sebagai media trasnmisinya. Tiga media yang biasa digunakan untuk transmisi data adalah coaxial, twisted pair dan fiber optic. Yang digunakan pada tugas akhir ini ialah twisted pair. Twisted pair dapat digunakan untuk komunikasi analog maupun digital. Untuk komunikasi analog, twisted pair biasa digunakan untuk komunikasi suara atau telepon. Twisted pair sering digunakan untuk komunikasi data dalam sebuah jaringan lokal (LAN). Data rate yang dapat ditangani oleh twisted pair dalam komunikasi data adalah sekitar 10 Mbps, tetapi dalam pengembangannya saat ini twisted pair telah sanggup menangani data rate sebesar 100 Mbps. Kabel twisted pair terbagi atas dua jenis, yaitu Unshielded Twisted pair (UTP) dan Shielded Twisted pair (STP).


(21)

Perbedaan kedua jenis kabel ini terletak pada shield atau bungkusnya. Pada kabel STP di dalamnya terdapat satu lapisan pelindung kabel internal sehingga melindungi data yang ditransmisikan dari interferensi atau gangguan. Contoh penggunaan kabel UTP untuk sehari-hari adalah kabel telepon, dimana kabel ini dapat mentrasnmisikan data dan juga suara sehingga menjadi pilihan untuk membangun jaringan komputer. Pada komputer digunakan RJ-45 yang dapat menampung 8 koneksi kabel sedangkan pada telepon digunakan RJ-11, dapat menampung 4 koneksi kabel dan ukurannya lebih kecil.

b. Wireless Transmision Wireless transmision menggunakan udara sebagai media transmisi. Jaringan ini menggunakan gelombang radio (Radio

Frequency/RF) atau gelombang mikro untuk melangsungkan komunikasi

antar perangkat jaringan komputer. Jaringan wireless merupakan alternatif yang baik untuk melakukan interkoneksi selain menggunakan jaringan kabel. 2. Switch

Fungsi dasar sebuah switch adalah menerima sinyal dari satu komputer dan mentransmisikannya ke komputer yang lain., atau lebih sering disebut sebagai sentral jaringan. Selain itu alat ini juga berfungsi untuk mengontrol terjadinya gangguan fisik dalam jaringan sehingga jika terjadi kerusakan atau gangguan pada salah satu bagian dalam jaringan maka tidak akan mempengaruhi bagian jaringan yang lain.Sistem pengiriman paket berupa data pada switching hub diawali dengan pemeriksaan jaringan apakah terdapat pengiriman data dari host lain dalam jaringan. Jika pada saat itu terdapat pengiriman paket maka pengiriman tersebut akan ditunda. Karena jika terjadi dua host yang mengirimkan paket pada satu jaringan, maka akan terjadi collision (tabrakan).


(22)

Selain itu switch juga mampu menentukan tujuan MAC address dari paket. Daripada melewatkan paket ke semua port, switch meneruskannya ke port dimana ia dialamatkan. Jadi, switch dapat secara drastis mengurangi traffic network. Switch memelihara daftar MAC address yang dihubungkan ke port-por yang ia gunakan untuk menentukan kemana harus mengirimkan paketnya. Ukuran switch ditentukan oleh jumlah port yang tersedia. Ada 4 port, 8 port, 12 port, 16 port dan seterusnya. Penggunaan jumlah port ini tergantung pada besar kecilnya jaringan yang ingin dibangun.

3. Sistem Operasi

Jaringan sama seperti perangkat komputer yang dapat beroperasi setelah ada sistem operasi, maka sebuah jaringan pun dapat bekerja setelah ada sistem operasi yang mengatur jaringan tersebut. Sistem operasi ini bertanggung jawab untuk memproses request, mengatur jaringan dan mengendalikan layanan dan device ke semua perangkat komputer yang terdapat pada jaringan.

2.2 Linux

Linux merupakan salah satu sistem operasi alternatif yang efisien. Sistem operasi yang dapat diperbanyak tanpa harus mengeluarkan biaya pembelian software, karena bersifat open source. Pada saat ini linux sudah memenuhi sebagai suatu sistem operasi yang tidak hanya untuk keperluan server, tetapi juga dapat dipakai untuk keperluan kantor (office). Linux juga merupakan sistem operasi yang customable (dapat digunakan dan bekerja) pada hampir semua jenis/tipe komputer yang ada saat ini. Beberapa alasan menggunakan linux adalah sebagai berikut:


(23)

1. Free Software, artinya source program Linux dapat digunakan tanpa harus membayar biaya. Selain itu legalitas dari perangkat lunak ini terjamin, karena Linux menggunakan GNU Public Lisence (GPL) sehingga setiap orang berhak untuk menggunakannya.

2. Open Source, artinya semua listing program dari source code OS tersebut dapat dilihat dan dimodifikasi secara bebas sesuai kebutuhan, tanpa adanya larangan dari siapa pun juga.

3. Tidak memerlukan perangkat keras yang terbaru dalam penggunaannya, karena sistem operasi ini dapat digunakan pada komputer-komputer lama. Namun Linux juga dapat dipakai pada komputer baru dengan spesifikasi yang cukup tinggi.

4. Kestabilan dari program–program Linux, yaitu saat menggunakan aplikasi-aplikasi pada waktu bersamaan. Kemungkinan untuk crash rendah pada saat menjalankan program aplikasi, karena cukup dengan menutup program tanpa perlu merestart komputer.

5. Mulltiuser yaitu pada saat yang bersamaan, Linux mampu menangani lebih dari satu user sekaligus, baik untuk aplikasi yang sama maupun yang berbeda.

Karena itu Linux sering digunakan sebagai sistem operasi pada jaringan. Saat ini banyak beredar distribusi linux yang namanya relatif sudah banyak dikenal bagi pengguna komputer. Redhat, SuSE, Mandrake, Slackware, Debian, Ubuntu adalah beberapa dari distribusi besar yang digunakan di Indonesia, di samping banyaknya muncul distro-distro linux di Indonesia. Pada prinsipnya Linux itu satu, yakni kernel, yang membedakan antar distribusi berkisar tentang instalasi karena menggunakan


(24)

metode dan antar muka tersendiri, paket-paket aplikasi yang terdapat di dalam distribusi tersebut, dan program bantu dari masing-masing distribusi.

2.3 Linux Terminal Server Project (LTSP)

LTSP merupakan sebuah proyek untuk membuat terminal server di Linux. Dengan aplikasi LTSP tersebut maka client (tidak menggunakan hard disk/diskless) dapat mengakses server Linux dan menjalankan berbagai aplikasi di atasnya. Pengertian diskless adalah memungkinkan client yang tidak dilengkapi dengan media penyimpanan, seperti harddisk, CDROM, dan sebagainya untuk dapat digunakan layaknya sebuah terminal dengan menggunakan semua resource yang dimiliki oleh server. Karena client yang digunakan adalah diskless, maka dapat dimanfaatkan komputer-komputer seperti 486, Pentium I dan II sebagai clientnya dan menambahkan LAN card yang dapat di-boot.

Jika dilihat dari segi ekonomis dan efisiensi, tentu saja LTSP memenuhinya. Karena tidak diperlukannya pembelian lisensi OS (Operating System) dan aplikasinya karena Linux, LTSP, dan berbagai aplikasinya dapat diperoleh tanpa membayar lisensi. Administrator jaringan tidak perlu menginstal Linux dan aplikasinya satu per satu di tiap client. Aplikasi cukup dipasang di server saja, dan client menjalankan aplikasi tersebut. Semua processing power terjadi di server, sehingga kecepatan proses akan mengikuti spesifikasi server. Manfaat lainnya adalah troubleshooting dan backup data menjadi lebih mudah, karena aplikasi dan data terpusat di server. Sampai saat ini ada beberapa metode untuk melakukan proses booting pada jaringan ini, antara lain etherboot, PXE (Pre-boot Execution Environment), RPL, kernel cmdline options,


(25)

Custom LTSP kernels, Wireless LTSP. Namun pada tugas akhir ini dibahas proses booting menggunakan etherboot dan PXE saja. Proses kerja menggunakan etherboot dan PXE hampir sama, perbedaannya terletak dari alat yang digunakan untuk proses booting. Jika etherboot menggunakan bootROM (read only memory yang berisi software untuk booting) yaitu berupa EPROM yang dipasang pada ethernecard ataupun disket, PXE menggunakan proses booting from network yang memang sudah tersedia pada BIOS PC.

Pada awalnya booting dengan PXE dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan besar yang bergerak dalam bidang teknologi informasi seperti Compaq, Dell, HP, Intel dan Microsoft. Perusahaan ini bekerja sama untuk membuat sebuah sistem komputer yang dapat bekerja dalam jaringan, atau dikenal dengan Net PC Systems. Sistem itu memiliki metoda dalam meload sistem operasinya yaitu mengambil sistem operasi dari server jaringan, yang kemudian metoda ini dikenal dengan Preboot Execution Environment (PXE). Sekarang PXE banyak diimplementasikan pada sistem jaringan, dan juga berkembang dengan munculnya bootROM yang ditanam pda kartu jairngan. Juga pada motherboard PC sudah dimasukkan PXE sehingga melalui BIOS pengguna dapat membuat pilihan agar PC tersebut dapat booting from network


(26)

Pada gambar 2.4 diperlihatkan flowchart dari cara kerja LTSP, yang kemudian dijelaskan tahap demi tahapnya. Selain LTSP juga diperlukan beberapa tambahan software di dalam sistem operasi agar sistem dapat berjalan baik. Software-software tambahan tersebut antara lain DHCP (Dynamic Host Control Protocol), TFTP (Trivial File Transfer Protocol), NFS (Network File System), dan XDMCP (X Display Manager Control Protocol). Pada saat WS (workstation) diaktifkan, maka terjadi proses Power On Self Test (POST), yaitu proses booting dimana BIOS akan mencari ROM yang sudah terprogram kode etherboot, yang terpasang pada network card. Jika proses ini failed maka ada beberapa kemungkinan penyebabnya, misalnya kode pada ROM tidak sesuai, atau ethernet card mengalami kerusakan, atau kabel juga mengalami kerusakan. Jika POST selesai, maka kode etherboot yang terdapat pada ROM akan dieksekusi. Kode tersebut akan mencari network card yang terpasang dan kemudian menginisialisasinya. Dan kemudian dilanjutkan dengan DHCP request ke server.

DHCP request adalah proses dari WS untuk meminta tanda pengenal bagi dirinya, atau disebut juga IP address. Permintaan tersebut akan disertai dengan MAC address dari network card yang digunakan. Jika berhasil maka DHCP daemon yang aktif di server akan memperoleh sinyal tersebut dan kemudian akan mencari data pada file konfigurasi yang ada. Kemudian oleh DHCP daemon, request dari WS akan dibalas dengan memberi IP address, konfigurasi NETMASK, lokasi file kernel yang akan didownload, paramenter tambahan untuk dikirimkan ke kernel kepada WS yang melakukan request. Kemudian kode etherboot dari WS yang telah meneriman balasan dari server melakukan konfigurasi TCP/IP pada network card dengan parameter yang diterima. Namun jika request dari WS tersebut tidak mendapat balasan dari server, maka perlu dilakukan pemeriksaan ulang pada server, mungkin ada konfigurasi yang


(27)

masih belum sesuai. Kode etherboot kemudian berusaha melakukan download file kernel dari server dengan menggunakan TFTP. Setelah selesai maka kernel tersebut akan diletakkan di lokasi memori yang tepat. Setelah itu kontrol diambil alih oleh kernel. Kernel inilah yang melakukan inisialisasi seluruh sistem dan peralatan yang terpasang (yang dapat dikenali). Pada bagian akhir kernel terdapat image filesystem yang kemudian akan diletakkan di memori sebagai sebuah ramdisk, dan untuk sementara di-mount sebagai root filesystem, dengan memberi perintah root=/dev/ram0, yang kemudian akan memberitahu kernel untuk melakukan proses mount pada image tersebut sebagai root directory. Pada LTSP ini dilakukan perubahan pada kernel, jika pada umumnya setelah selesai melakukan booting maka program init akan diesekusi, maka dengan memberikan parameter init=/linuxrc pada baris perintah kernel, script tersebut akan memeriksa PCI bus untuk mencari network card. Setiap perangkat PCI yang ditemukan akan dilakukan pemeriksaan pada file /etc/niclist. Apakah perangkat tersebut terdaftar pada file itu. Jika ia maka modul dari network card tersebut akan diambil kemudian dieksekusi. Setelah network card berhasil dikenali, maka script /linuxrc akan mengambil modul kernel yang mendukung network card tersebut. Dhclient kemudian dijalankan untuk melakukan permintaan informasi ke DHCP server. Permintaan tersebut dilakukan untuk kedua kalinya agar mendapatkan konfigurasi NFS server yang disertakan sebagai parameter tambahan root-path. Ketika dhclient memperoleh jawaban dari server maka file /etc/dhclient-script dieksekusi, yang mana kemudian akan berusaha membaca konfigurasi untuk kemudian melakukan setup pada interface eth0.

Sampai pada proses ini filesystem root berada di ramdisk.. Selanjutnya, script /linuxrc akan melakukan proses mount ulang pada filesystem melalui NFS. Direktori yang di-export pada server umumnya adalah /opt/ltsp/i386. Proses tersebut tidak bisa


(28)

langsung melakukan proses mount filesystem yang baru sebagai /. Proses mount akan terlebih dahulu dilakukan pada /mnt. Kemudian, dilakukan pivot_root. pivot_root kemudian akan melakukan pertukaran filesystem root yang aktif dengan filesystem baru. Setelah proses tersebut, filesystem NFS akan di-mount pada /, dan filesystem root terdahulu akan di-mount pada /oldroot. Jika proses ini tidak berhasil, maka dapat dilakukan pemeriksaan konfigurasi pada server, mungkin ada yang tidak sesuai. Setelah proses mount dan pivot pada filesystem root yang baru selesai, shell script /linuxrc telah selesai melakukan perintah yang ada, program init yang sebenarnya, yaitu sbin/init dapat dijalankan. Setelah program init selesai, proses selanjutnya adalah melakukan konfigurasi pada system X Windows. Pada file lts.conf, terdapat parameter yaitu XSERVER. Jika parameter tersebut tidak diketemukan, atau ditentukan menjadi "auto", maka akan dilakukan proses deteksi. Standard runlevel untuk LTSP adalah tiga bagian, yaitu shell, berguna untuk debugging WS. Kemudian telnet pada mode karakter atau text base, yang dapat diaplikasikan untuk menggantikan serial terminal Dan yang terakhir GUI mode. Ini akan menjalankan X windows, dan mengirimkan query XDCMP ke server, yang akan menampilkan kotak dialog login untuk akses ke server. Dibutuhkan display manager yang aktif di server, seperti XDM, GDM atau KDM. Namun jika tidak berhasil menampilkan kotak dialog login pada WS, perlu dilakukan pemeriksaan pada server, khususnya pada file lts.conf.

2.4 Konsep Dasar TCP/IP

Di dalam jaringan, komputer saling berkomunikasi dengan cara mentransfer data, dimana data tersebut harus dikirimkan ke komputer yang tepat. Namun dalam pentransferan dapat terjadi masalah, misalnya jika data tersebut hilang atau rusak saaat pentransferan, atau tidak sampai ke tujuan. Maka untuk mengatasi masalah-masalah


(29)

tersebut dalam komunikasi data, diciptakanlah aturan-aturan. Sekumpulan aturan untuk mengatur proses pengiriman data ini disebut sebagai protokol komunikasi data Protokol ini diimplementasikan dalam bentuk program komputer (software) yang terdapat pada komputer dan peralatan komunikasi lainnya. TCP/IP (Transmision Control Protocol/Internet Protocol) merupakan sekumpulan protokol yang masing-masing bertanggung jawab atas bagian-bagian tertentu dari komunikasi data. Protokol yang satu tidak perlu mengetahui cara kerja protokol yang lain, sepanjang protokol-protokol tersebut dapat saling mengirim dan menerima data. TCP/IP independen terhadap perangkat keras komputer dan sistem operasi. Selain itu TCP/IP menggunakan pengalamatan bersama, yaitu ip (internet protocol) address, sehingga memungkinkan perangkat TCP/IP untuk mengidentifikasikan perangkat lain secara unik dalam seluruh jaringan. TCP/IP terdiri atas empat lapis/layer kumpulan protokol yang bertingkat. Keempat lapis tersebut antara lain network accesse layer, internet layer, transport layer, aplication layer, seperti yang terlihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2.5 Layer TCP/IP

2.4.1 Network Access Layer

Layer ini berada di lapisan paling bawah layer TCP/IP. Tugas utama layer ini adalah bertanggung jawab dalam pengiriman dan penerimaan data dari media fisik. Pada jaringan LAN digunakan interface ethernet atau yang lebih dikenal dengan nama


(30)

ethernet card. Interface ini merupakan suatu card yang terhubung ke card yang lain melalui ethernet hub dan kabel UTP, sehingga dapat terjadi komunikasi antar komputer. Sebelum satu card ethernet memancarkan datanya pada kabel, card tersebut harus mendeteksi terlebih dahulu ada tidaknya card lain yang sedang memancar. Jika tidak ada, maka ia akan memancar, namun jika ada maka card ethernet yang bersangkutan akan menunggu kabel dalam keadaan kosong. Metode kontrol dalam pemancaran data ini bekerja seperti indra dan dikenal dengan Carrier Sensing Multiple Access (CSMA).

2.4.2 Internet Layer

Internet layer bertanggungjawab dalam pengiriman data antar jaringan. Protokol lapisan internet yang paling utama ialah Internet Protocol (IP), yang bertanggung jawab untuk lapisan ini, dibantu dengan protokol-protokol tambahan seperti ICMP (Internet Control Message Protocol), BOOTP (Bootstrap Protocol), ARP (Address Resolution Protocol), dan RARP (Reserve Address Resolution Protocol).

1. Internet Protocol (IP)

Fungsi paling utama pada protokol ini pengalamatan (addressing) data yang ingin dikirim. Dengan penentuan IP address, maka setiap interface komputer mendapatkan identitasnya. Setiap komputer yang tersambung ke internet setidaknya harus memiliki sebuah IP address pada setiap interface-nya. Jadi sebuah IP address sesungguhnya tidak merujuk ke sebuah komputer, tetapi ke sebuah interface.


(31)

a. Format IP address IP address merupakan bilangan biner 32 bit yang dipisahkan oleh tanda pemisah berupa tanda titik setiap 8 bitnya, dimana tiap 8 bit ini disebut sebagai oktet. IP address sering ditulis sebagai 4 bilangan desimal yang masing-masing dipisahkan oleh sebuah titik. Setiap bilangan desimal tersebut merupakan nilai dari suatu oktet (delapan bit).

Gambar 2.6 Format IP Addres

b. Network ID dan host ID Pembagian kelas-kelas IP address didasarkan pada dua hal network ID dan host ID dari suatu IP address. Setiap IP address selalu merupakan sebuah pasangan dari network ID (identitas jaringan) dan host ID (identitas host dalam jaringan tersebut). Network ID ialah bagian dari IP address yang digunakan untuk menunjukkan jaringan tempat komputer ini berada. Sedangkan host ID bagian dari IP address yang digunakan untuk menunjukkan workstation, server, router, dan semua host TCP/IP lainnya dalam jaringan tersebut. Dalam satu jaringan, host ID ini harus unik (tidak boleh ada yang sama).

c. Pembagian kelas IP address

Pengalamatan IP disusun dengan menggunakan bilangan-bilangan biner. Dengan adanya pengalamatan tersebut, maka proses routing


(32)

dapat disederhanakan karena informasi alamat jaringan dikodekan pada alamat IP. Sehingga jika terjadi perubahan pada perangkat keras jaringan, atau bahkan jaringan diganti ke teknologi yang baru maka alamat IP yang digunakan protokol lapisan atas masih tetap sama, selama perubahan tersebut pada jaringan yang sama. Pengalamatan IP ini dibagi ke dalam lima kelas, dan untuk mendefenisikan kelas alamat IP yang disesuaikan dengan masing-masing situasi jaringan. Maka setiap kelas diberi jumlah bit yang berbeda pada network id untuk kelas yang berbeda.

Gambar 2.7 Kelas-kelas Alamat IP

2. Internet Control Message Protocol (ICMP) Dalam melakukan fungsinya, IP dibantu protokol lain pada layer yang sama, yaitu ICMP. ICMP adalah protokol standar yang bertugas mengirimkan pesan-pesan, seperti pesan kesalahan dan kondisi lain yang memerlukan perhatian khusus. ICMP merupakan bagian integral dari protokol internet, dan pesan ICMP dikirimkan dalam bentuk data pada datagram IP. Ada dua tipe pesan yang dapat dihasilkan oleh ICMP, yaitu ICMP Error Message, dihasilkan jika terjadi kesalahan pada jaringan, dan ICMP Query Message yang dihasilkan jika pengirim paket menginginkan informasi tertentu yang berkaitan dengan kondisi jaringan.


(33)

3. Bootstrap Protocol (BOOTP)

Protokol bootstrap digunakan dalam proses booting pada workstation yang tidak memiliki disk (diskless) untuk mounting root filesystemi dan pemberian IP address. BOOTP dapat digunakan pada jaringan jika komputer workstation maupun server berada pada satu jaringan LAN. Cara kerja dari protokol ini adalah dengan memeriksa hardware address pada workstation kemudian dikirim ke server dalam UDP datagram untuk mengetahui IP address dari workstation tersebut. Kemudian server memberitahu IP address ke workstation melalui UDP.

4. Address Resolution Protocol (ARP)

ARP berfungsi untuk memetakan IP address dengan ethernet address dalam pengiriman data. Dalam jaringan paket IP dikirim melalui media, seperti card ethernet dimana setiap card ethernet memiliki ethernet address yang berbeda-beda. Pada saat hendak mengirimkan data ke komputer dengan IP address tertentu, suatu host pada jaringan perlu mengetahui di atas ethernet address yang mana tempat IP tersebut terletak. ARP bekerja dengan mengirimkan paket ke alamat broadcast berisi IP address yang ingin diketahui alamat ethernetnya. Karena dikirim ke alamat broadcast, semua card ethernet mendengar paket ini. Lalu host yang merasa memiliki IP address ini akan membalas paket tersebut dengan mengirimkan paket yang berisi pasangan IP address dan ethernet address. Untuk menghindari seringnya permintaan jawaban seperti ini, maka jawaban ini disimpan di memori (ARP cache) untuk sementara waktu.


(34)

RARP merupakan protokol yang berfungsi untuk mengkonversi hardware address (MAC) menjadi protocol address. Setiap MAC tersebut harus dikonfigurasi secara manual pada komputer server dengan memanfaatkan IP address yang diterima.

2.4.3 Transport Layer

Transport layer memiliki dua fungsi utama, yaitu menjadi interface antara proses-proses dan aplikasi lapisan atas ke jaringan dan mengirimkan pesan lapisan atas antara host. Pada lapisan ini terdapat dua protokol yang bekerja, yaitu Transmission Control Protocol (TCP) dan User Datagram Protocol (UDP).

1. Transmission Control Protocol (TCP) TCP adalah protokol yang berfungsi untuk mengirimkan data ke tujuan, memeriksa kesalahan, mengirimkan data ulang bila diperlukan dan mengirimkan error ke lapisan atas bila TCP tidak berhasi mengadakan komunikasi. Protokol ini memiliki beberapa sifat, yaitu connection oriented, reliable, dan byte stream service. Connection oriented berarti sebelum melakukan pertukaran data, dua aplikasi pengguna TCP terlebih dahulu melakukan pembentukan hubungan, dikenal dengan handshake. Reliable berarti protokol ini menerapkan proses deteksi kesalahan paket dan retransmisi. Byte stream service berarti paket dikirimkan dan sampai ke tujuan secara berurutan.

2. User Datagram Protocol (UDP) UDP merupakan protokol transport yang sederhana karena sifatnya yang berbeda dengan TCP, yaitu connectionless,


(35)

acknowledgement terhadap paket yang datang, atau retransmisi jika paket mengalami masalah di tengah jalan. Namun cara kerjanya menyerupai TCP, yaitu dalam penggunaan port number, untuk membedakan pengiriman datagram ke beberapa aplikasi berbeda yang terletak pada komputer yang sama. Karena bersifat connectionless dan unreliable, maka protokol ini digunakan pada aplikasi yang secara periodik melakukan aktivitas tertentu (misalnya query routing table pada jaringan lokal), selain itu juga digunakan dalam pengiriman datagram ke banyak workstation pada saat yang bersamaan. Pendeknya jarak tempuh datagram akan mengurangi resiko kerusakan data.

2.4.4 Aplication Layer

Aplication layer merupakan lapisan dimana proses-proses dari program aplikasi jaringan bekerja. Di lapisan ini ditemukan program aplikasi jaringan seperti mail server, file transfer server, remot e terminal, system management server, telnet, dan lain sebagainya. User berhubungan langsung dengan lapisan aplikasi, sehingga proses-proses yang terdapat pada lapisan ini harus bersifat user friendly. Karena tidak memungkinkan untuk menggunakan alamat IP untuk jaringan seluas internet, selain karena keterbatasan kemampuan manusia dalam mengingat juga memperlambat proses kerja dari user itu sendiri. Karena itu pada lapisan ini digunakanlah nama host untuk proses-proses yang tersedia.

1. Dynamic Host Control Protocol (DHCP). DHCP merupakan protokol pada jaringan TCP/IP yang bertugas untuk memberikan alamat IP secara


(36)

dinamis kepada host, sehingga tidak lagi diperlukan pengkonfigurasian alamat IP secara manual. Hanya sedikit host yang membutuhkan alamat IP yang tetap. Router dan DNS (Domain Name System) adalah contoh host yang harus diberi alamat IP yang tetap. Dengan adanya DHCP pemberian alamat IP yang tetap kepada host yang memang tidak memerlukannya, dapat dihindari. Cara kerja dari DHCP ini ialah saat sebuah host dikonfigurasikan untuk memperoleh alamat IP dari DHCP, maka secara otomatis ia akan diberi alamat dari scope DHCP yang ada. DHCP juga mengijinkan jaringan untuk mendukung lebih banyak host dari jumlah alamat yang tersedia. Bila user tidak rutin menggunakan TCP/IP, maka user dapat meminta alamat IP hanya pada saat membutuhkan saja. Bila host tidak lagi membutuhkan alamat tersebut, maka alamat yang bersangkutan akan dikembalikan ke kumpulan alamat yang boleh digunakan lagi.

2. Trivial File Transfer Protocol (TFTP)

TFTP merupakan protokol yang didesain sederhana (trivial) dan berfungsi untuk mentransfer file antar host. Protokol ini memiliki jumlah memori yang sedikit untuk menjalankan kodenya, sehingga dapat dengan mudah dipasang pada boot ROM (Read Only Memory) komputer. TFTP menggunakan protokol UDP sebagai transport karena tidak membutuhkan terciptanya koneksi sebelum permintaan trasnfer file dapat terlaksana. Karena menggunakan protokol UDP yang tidak membentuk koneksi sebelum berhubungan, maka keamanan dalam pengiriman data tidak dapat dijamin.


(37)

NFS merupakan servis yang berfungsi dalam file sharing, dan beroperasi di atas UDP agar lebih efisien. Servis ini terletak pada server, sehingga dapat menjadi jembatan bagi akses file data antar komputer yang terhubung pada server utama. Dengan adanya NFS maka user dapat me-mount directory, data, ataupun file dari komputer lain (remote) dan dapat diakses pada komputer user tersebut. Secara sederhana cara kerja dari aplikasi ini ialah server NFS dapat mengekspor bagain dari direktori tree-nya untuk digunakan pada NFS client. Client dapat melakukan mount pada direktori yang diekspor tersebut seolah-olah direktori itu adalah bagian dari file sistem client sendiri.


(38)

BAB 3

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Analisis Sistem Secara Umum

Sistem yang dimaksud pada tugas akhir ini terbagi atas tiga bagian, yaitu jaringan komputer, LTSP (Linux Terminal Server Project), dan komputer-komputer tanpa hardisk. Dalam hal ini LTSP adalah metoda yang digunakan agar dapat memanfaatkan komputer-komputer tersebut. Sedangkan jaringan komputer yang merupakan gabungan perangkat keras dan perangkat lunak, merupakan suatu teknik agar sistem dapat berjalan dengan baik dengan menghubungkan client dan server. Berikut adalah gambar arsitektur LTSP secara sederhana yang dihubungkan ke jaringan Client

Gamabar 3.1 Arsitektur LTSP Sederhana

Client yang digunakan pada sistem ini sama seperti ‘dump terminal’, yang tidak dapat digunakan sebagai stand alone PC, karena tidak menggunakan disk (diskless). Jadi di dalamnya tidak terdapat hard disk, floppy dan CD-ROM drive. Agar


(39)

komputer-komputer ini dapat berjalan digunakanlah LTSP yang diinstal pada komputer-komputer server, komputer-komputer tersebut berjalan dengan interface grafis maupun karakter dan mampu menjalankan aplikasi-aplikasi yang terdapat di server pada masing-masing mesin. Didalam jaringan pada saat LTSP bekerja terdapat empat utiliti tambahan berupa protokol yang berfungsi pada saat proses booting, yaitu DHCP, TFTP, NFSdan XDMCP.

Agar sistem dapat berjalan dengan baik, dimana workstation dapat menjalankan aplikasi-aplikasi yang terdapat pada server maka utiliti-utiliti tersebut juga harus berfungsi dengan baik. Pada tugas akhir ini semua utiliti tambahan yang telah disebutkan tersebut sudah termasuk di dalam paket sistem operasi yang digunakan, tetapi juga memungkinkan utiliti-utiliti tersebut harus diaktifkan terlebih dahulu baru kemudian dapat digunakan. DHCP (Dynamic Host Control Protocol) merupakan protokol pertama yang digunakan, yaitu pada saat workstation melakukan proses booting. Fungsi protokol ini adalah agar komputer workstation mendapatkan identitas atau lebih dikenal dengan IP address. Pengkonfigurasian untuk settingan DCHP dilakukan di komputer server, yaitu pada file dhcpd.conf. Nomor IP yang diberikan kepada workstation dilakukan secara dinamis, sehingga setiap workstation diaktifkan kembali maka ia akan menerima nomor IP yang baru.

Sedangkan untuk komputer server diberikan nomor IP yang tetap dengan melakukan konfigurasi pada dhcpd.conf. Pemberian nomor IP yang tetap juga dapat dilakukan untuk workstation dengan melakukan konfigurasi pada dhcpd.conf. Hal ini tentu mudah dilakukan jika workstation yang dilakukan jumlahnya sedikit, namun jika dalam jumlah besar tentunya ini memakan waktu. Jadi pemberian nomor IP yang tetap ini tergantung dari administrator, apakah memang kebutuhan untuk memberi nomor IP yang tetap untuk setiap workstation. Pada saat workstation pertama kali diaktifkan,


(40)

maka ia akan meminta identitas kepada komputer server. Apabila DHCP tidak berfungsi dengan baik maka workstation akan menyampaikan pesan bahwa sistem tidak dapat berjalan karena tidak memiliki identitas (No IP Address). TFTP (Trivial File Transfer Protocol) merupakan protokol yang digunakan oleh workstation untuk mendownload kernel dan initrd selama proses booting berlangsung, dimana DHCP-lah yang memberitahu workstation bahwa file tersebut yang harus di-download. Secara default konfigurasi TFTP sudah terdapat pada file inetd.conf dalam sistem, namun jika diperlukan pengkonfigurasian dapat dilakukan.

Agar sistem dapat berjalan dengan baik, dimana workstation dapat menjalankan aplikasi-aplikasi yang terdapat pada server maka utiliti-utiliti tersebut juga harus berfungsi dengan baik. Pada tugas akhir ini semua utiliti tambahan yang telah disebutkan tersebut sudah termasuk di dalam paket sistem operasi yang digunakan, tetapi juga memungkinkan utiliti-utiliti tersebut harus diaktifkan terlebih dahulu baru kemudian dapat digunakan. DHCP (Dynamic Host Control Protocol) merupakan protokol pertama yang digunakan, yaitu pada saat workstation melakukan proses booting. Fungsi protokol ini adalah agar komputer workstation mendapatkan identitas atau lebih dikenal dengan IP address. Pengkonfigurasian untuk settingan DCHP dilakukan di komputer server, yaitu pada file dhcpd.conf. Nomor IP yang diberikan kepada workstation dilakukan secara dinamis, sehingga setiap workstation diaktifkan kembali maka ia akan menerima nomor IP yang baru. Sedangkan untuk komputer server diberikan nomor IP yang tetap dengan melakukan konfigurasi pada dhcpd.conf. Pemberian nomor IP yang tetap juga dapat dilakukan untuk workstation dengan melakukan konfigurasi pada dhcpd.conf. Hal ini tentu mudah dilakukan jika workstation yang dilakukan jumlahnya sedikit, namun jika dalam jumlah besar tentunya ini memakan waktu. Jadi pemberian nomor IP yang tetap ini tergantung dari


(41)

administrator, apakah memang kebutuhan untuk memberi nomor IP yang tetap untuk setiap workstation. Pada saat workstation pertama kali diaktifkan, maka ia akan meminta identitas kepada komputer server. Apabila DHCP tidak berfungsi dengan baik maka workstation akan menyampaikan pesan bahwa sistem tidak dapat berjalan karena tidak memiliki identitas (No IP Address). TFTP (Trivial File Transfer Protocol) merupakan protokol yang digunakan oleh workstation untuk mendownload kernel dan initrd selama proses booting berlangsung, dimana DHCP-lah yang memberitahu workstation bahwa file tersebut yang harus di-download. Secara default konfigurasi TFTP sudah terdapat pada file inetd.conf dalam sistem, namun jika diperlukan pengkonfigurasian dapat dilakukan. Jika TFTP tidak berfungsi dengan baik maka workstation juga tidak dapat berfungsi. Saat workstation pertama kali diaktifkan, ia akan meminta identitas berupa nomor IP, dan jika hal tersebut sudah dipenuhi maka dilanjutkan dengan mendownload file yang telah ditunjukkan oleh DHCP, menggunakan TFTP. Maka jika TFTP tidak berfungsi proses booting akan berhenti dengan menyampaikan pesan seperti “kernel panic”. NFS (Network File System) merupakan protokol yang berfungsi agar workstation dapat me-mount file sistem LTSP yang ada di server, sehingga seolah-olah file sistem tersebut berada di workstation. Apabila protokol ini tidak berfungsi dengan baik, maka proses booting pada workstation juga terhenti dengan menyampaikan pesan “server not responding”. XDMCP merupakan protokol yang berfungsi untuk memberikan tampilan grafis pada workstation. Selama proses booting protokol inilah yang paling akhir digunakan setelah protokol- protokol sebelumnya berjalan dengan baik, sehingga setelah semua proses berjalan lancar workstation akan memberikan tampilan yang sama seperti server. Apabila protokol ini tidak berfungsi dengan baik, maka pada saat workstation


(42)

selesai melakukan proses booting pada layar tidak muncul tampilan grafis, melainkan hanya layar kosong (gray screen).

Gambar 3.2 Cara Kerja LTSP

3.2 Alat-alat Yang Akan Digunakan

Di dalam membangun jaringan diperlukan hardware dan software, dimana software yang dimaksud dalam hal ini ialah sistem operasi, Linux dan program aplikasi tambahan LTSP. Pada subbab dibawah ini akan dibahas mengenai hardware yang digunakan didalam sistem.


(43)

Salah satu perangkat yang penting dalam membangun sistem LTSP ialah komputer-komputer client. Dalam pembangunan sistem ini, komputer-komputer tersebut merupakan barang-barang yang sudah digudangkan Pusat Sistem Informasi, namun masih dapat berfungsi dengan baik. Dengan menggunakan LTSP maka komputer-komputer tanpa hardisk dapat dimanfaatkan sebagai komputer-komputer client .

Komputer-komputer ini dapat dijadikan client apabila berfungsi dengan baik, yaitu dapat melakukan proses booting. Pengertian booting itu sendiri mengacu pada proses awal saat menyalakan komputer, dimana BIOS (Basic Input Output System) mencek semua error dalam memori, device-device yang terpasang/tersambung pada komputer, seperti port-port serial, dan lain-lain. Setelah selesai melakukan cek pada sistem, BIOS akan mencari sistem operasi, memuatnya di memori dan mengesekusinya. Dengan melakukan perubahan dalam setup BIOS dapat ditentukan agar BIOS mencari sistem operasi ke dalam floppy disk, harddisk, CD-ROM, USB dan lain-lain, dengan urutan yang diinginkan. Selain itu untuk komputer client ada dua hal yang harus diperhatikan agar komputer tersebut dapat berjalan dengan baik. Kedua hal tersebut antara lain RAM dan fasilitas untuk booting dari network yang tersedia pada BIOS beserta slot untuk network card. Walaupun demikian kebutuhan memori pada komputer client harus diperhatikan, yaitu spesifikasi minimal agar komputer tersebut dapat berjalan dengan baik. Agar komputer-komputer client dapat berjalan dengan baik maka diperlukan tambahan perangkat pada masing-masing komputer, dimana perangkat tersebut berfungsi sebagai penghubung ke jaringan dan untuk proses booting sehingga mendapat sistem operasi. Perangkat-perangkat tersebut adalah EPROM (Erasable Programmable Read Only Memory) dan ethernet card. Namun proses untuk membuat komputer client tidak berhenti sampai disini, dimana


(44)

EPROM akan diprogram dengan software kecil yang dikenala dengan bootROM kemudian dipasang pada ethernet card. Kemudian ethernet card dipasangkan ke komputer, sehingga komputer tersebut dapat dijadikan client.

3.2.2 Alat-alat Yang Perlu Ditambahkan Dalam Pembangunan Sistem

Maka alat-alat lain yang perlu ditambahkan adalah komputer server, ethernet card, EPROM, kabel dan switch.

1. Komputer Server Untuk dapat memenuhi kebutuhan sistem LTSP secara keseluruhan, maka server sizing merupakan aspek yang harus diperhatikan karena semua kegiatan systemakan berlangsung di server. Agar server sizing yang baik dapat diperoleh maka ada beberapa hal lagi yang harus dipertimbangkan di dalam sistem, seperti jumlah workstation yang digunakan, arsitektur dari sistem LTSP, dan kecepatan network yang digunakan pada sistem. Dalam menentukan server sizing, jumlah RAM yang digunakan merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan. Maka untuk menentukan spesifikasi untuk RAM dapat menggunakan formula yang telah diuji coba dan terdapat secara resmi di www.ltsp.org berikut : Total Ram = 256MB + ( 50MB * jumlah terminal ) Dengan menggunakan formula tersebut, maka size RAM minimal yang digunakan untuk satu unit komputer server adalah :

Total RAM = 256MB + (50MB*26) = 1556MB

Formula ini dapat dijadikan patokan dasar, sehingga dalam menentukan jumlah memori dapat lebih dari hasil yang didapat melalui formula ini. Namun semakin tinggi spesifikasi server maka semakin baik sistem tersebut dapat berjalan.


(45)

2. Ethernet Card Selain spesifikasi server yang tinggi, agar sistem dapat berjalan dengan baik maka kecepatan transfer data dalam jaringan juga harus diperhatikan, pada saat ini data rate yang ditawarkan untuk ethernet card adalah 10/100Mbps. Pada jaringan ini, setiap client akan terhubung ke jaringan melalui sebuah interface yaitu ethernet card. Secara umum alat ini berfungsi untuk mengirim dan menerima data, baik dari server maupun sesama client. Selain itu juga mengontrol data flow antar sistem komputer dengan sistem kabel yang terpasang dan menerima data yang dikirim dari komputer lain lewat kabel dan menterjemahkannya ke dalam bit yang dimengerti oleh komputer. Kriteria ethenet card yang dapat digunakan pada jaringan ini adalah ethernet card yang memiliki soket untuk EPROM. Ethernet card seperti ini masih dapat dijumpai di pasaran dengan harga yang standar, sesuai dengan harga ethernet card lain yang tidak memiliki soket. Pada sistem ini ethernet card juga digunakan sebagai alat untuk proses booting. Karena setiap client tidak memiliki hard disk, maka diatur agar client dapat melakukan proses booting dari jaringan, dengan menambahkan sottware yang dapat mengontrol card tersebut untuk melakukan proses booting dan mengambil sistem operasi yang dibutuhkan server. Software tersebut diprogram pada sebuah EPROM, yang kemudian dipasang pada soket ethernet card.

3. EPROM : Agar setiap client dapat beroperasi dengan melakukan booting dari jaringan, maka komputer-komputer tersebut perlu diberi perangkat tambahan, yaitu EPROM. EPROM (Erasable Programable Read Only Memory) merupakan sebuah memori atau media penyimpanan data yang dapat dihapus kemudian diprogram kembali. Pada EPROM diprogram sebuah software yang


(46)

berukuran kecil sehingga dapat mengontrol ethernet card agar dapat booting dari jaringan dan mengambil sistem operasi yang dibutuhkan dari server. Software ini lebih sering dikenal dengan bootROM, karena memang dirancang untuk diprogram ke EPROM lalu dipasang langsung di ethernet card. Jenis EPROM yang digunakan disesuaikan dengan soket ethernet card, dengan melihat jumlah kaki yang tersedia pada soket. EPROM yang dibeli dapat barang baru atau bekas pakai. Jika yang didapat barang baru, maka EPROM tersebut dapat langsung diprogram. Namun jika tidak, EPROM tersebut dapat dihapus menggunakan sinar ultraviolet.

4. Pengkabelan Setelah semua komputer baik client maupun server telah dapat berfungsi dengan baik, maka dapat dilanjutkan dengan pengkabelan. Pekerjaan ini sebaiknya dilakukan dengan teliti, karena dalam perawatan nantinya, jika ada kerusakan dalam jaringan hal pertama yang akan diperiksa adalah kabel. Penyusunan kabel juga diharapkan rapi, sehingga tidak merusak pandangan pada saat pengunjung ingin menggunakan jaringan ini. Kabel yang digunakan pada jaringan ini juga disesuaikan dengan ethernet card, dimana interface pada ethernet card ialah kabel UTP (Unshielded Twisted Pair). Contoh penggunaan kabel UTP untuk sehari-hari adalah kabel telepon, dimana kabel ini ddfapat mentrasnmisikan data dan juga suara. Sedangkan yang digunakan adalah kabel untuk komputer. Yang membedakan antara telepon dengan komputer dalam hal penggunaan kabel UTP ini terletak pada jack atau konektornya. Pada komputer digunakan RJ-45 yang dapat menampung 8 koneksi kabel sedangkan pada telepon digunakan RJ-11, dapat menampung 4 koneksi kabel dan ukurannya lebih kecil.


(47)

5. Switch Setelah pengkabelan selesai, maka seluruh komputer client dengan komputer server dapat dihubungkan dengan perangkat tambahan yaitu switch. Kecepata switch yang digunakan harus kompatibel dengan jaringan, yaitu 10/100 Mbps, agar sistem dapat berjalan dengan baik. Demikian juga dengan jumlah port pada switch harus disesuaikan dengan jumlah komputer yang tersedia.

3.3 Perancangan Sistem

Dalam merancang sistem diperlukan beberapa proses, dimulai dari pengerjaan komputer untuk dijadikan client kemudian komputer yang akan dijadikan server. Setelah kedua proses itu selesai, komputer-komputer tersebut kemudian dihubungkan ke jaringan. Sehingga pada akhirnya menjadi kesatuan sistem. Secara sederhana proses-proses tersebut dapat di lihat sebagai berikut:

Pertama kita atur dahulu settingan keyboard sesuai dengan jenis keyboard yang ada pada komputer.


(48)

Berikutnya kita berikan nama pada komputer yang akan di install Sistem Operasi Fedora.

Gambar 3.4 Pemberian Nama Komputer

Berikutnya pilih zona waktu sesuai dengan zona waktu tempat komputer berada.

Gambar 3.5 Pilih Zona Waktu


(49)

Gambar 3.6 Masukan Password untuk Root User

Setelah memasukkan password root kita lakukan pembagian partisi pada komputer

Gambar 3.7 Pembagian Partisi


(50)

Gambar 3.8 Pengaturan Partisi Baru

Jika pembagian partisi berhasil maka akan muncul kotak dialog sebagai berikut.

Gambar 3.9 Pembagian Partisi Berhasil


(51)

Gambar 3.10 Pembagian Hardisk telah selesai

Setelah itu kita lakukan konfirmasi pembagian harddisk yang baru saja kita lakukan

Gambar 3.11 Konfirmasi Pembagian Hardisk yang telah ditentukan


(52)

Gambar 3.12 Pemilihan Proses Booting

Selanjutnya kita komputer akan melakukan proses instalasi sistem operasi fedora

Gambar 3.13 Instalasi dimulai


(53)

Gambar 3.14 Instalasi telah Selesai

Setelah proses instalasi selesai kita akan di bawa ke halaman Licence Information sistem operasi fedora. Kemudiaan pilih Forward.

Gambar 3.15 Lisensi Informasi

Kemudian kita akan di suruh membuat sebuah akun user untuk menggunakan sistem komputer yang baru saja kita instalasi OS fedora.


(54)

Gambar 3.16 Create User Admin

Kemudian isikan informasi tanggal dan waktu komputer, sesuai dengan tanggal dan waktu saat ini.

Gambar 3.17 Pengaturan Waktu

Selanjutnya kita akan diberikan informasi mengenai perangkat keras (Hardware) apa saja yang ada pada sistem komputer yang kita instalasikan OS Fedora.


(55)

Gambar 3.18 Informasi Hardware

3.4 Network Configuration

Berikut ini di tampilkan langkah-langkah dalam konfigurasi jaringan lstp di fedora 10. Untuk membuat sebuah server lstp pada OS fedora kita harus memiliki dua buah ethernet card yang di konfigurasi. Pertama–tama klik ikon network manager yan gada pada taskbar.


(56)

Gambar 3.19 Desktop Kemudian klik menu System > Administration > Network

Gambar 3.20 System Administrasi Network Kemudian klik ikon New pada jendela Network Configuration


(57)

Gambar 3.21 Konfigurasi Network

Kemudian pilih jenis device yang akan di konfigurasi. Pada contoh kali pilih Ethernet connection. Kemudian klik button Forward.

Gambar 3.22 Select Device Type


(58)

Gamabar 3.23 Select Ethernet Card

Kemudian pada jendela configure network settings pilih statically set IP adresses. Kemudian biarkan konfigurasi ip address dan subnet mask kosong.

Gambar 3. 24 Configure Network Setting

Berikutnya kita akan di direct ke jendela persetujuan konfigurasi yang baru saja kita lakukan. Klik Apply


(59)

Gambar 3.25 Create Etrhenet Device

Kemudian untuk melakukan konfigurasi Ethernet card berikutnya klik edit dan pilih ethernet card yang baru di tambahkan

Gambar 3.26 Network Configuration

Kemudian pada window Ethernet Device pilih tab General, dan hilangkan tanda centang pada Controlled by Network Manager.


(60)

Gambar 3.27 Ethernet Device

Kemudian simpan konfigurasi yang baru kita lakukan. Klik Menu File > Save

Gambar 3.28 Network File Save

Kemudian kita akan muncul dialog system-config- network. Pilih menu ok. Kemudian komputer akan di restart untuk mengkonfigurasi settingan yang baru saja kita lakukan.


(61)

Gambar 3.29 Change and Save

Berikutnya untuk melakukan konfigurasi user maka buka command line yang ada pada fedora klik Menu Application > System Tools > Terminal.

Gambar 3.30 Aplications Systemtools Terminal Kemudian ketikkan perintah su- untuk mengakses direktori root. dan gedit


(62)

Gambar 3.31 Su to Root Kemudian akan muncul jendela gedit. Pilih Menu > Save.

Gambar 3.32 Save Document

Kemudian Masuk ke direktori File System > etc > sysconfig > network-scripts. Double klik di file ifcg-eth0.

Gambar 3.33 Open Office


(63)

Gambar 3.34 Ifcfg-etho

Kemudian buka kembali Terminal dan jalankan perintah ifdown eth0, ifup eth0 brcti show. Sehingga muncul tampilan seperti berikut ini.

Gambar 3.35 Root

Kemudian kembali ke taskbar pilih Menu System > Administration > Users and Groups.


(64)

Gambar 3.36 System Administrator Usersandgroup

Kemudian akan muncul tampilan user manager seperti berikut. Pilih Add user untuk menambahkan user baru.

Gambar 3.37 User Manager


(65)

(66)

BAB 4

IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN SISTEM

4.1 Komponen-komponen Arsitektur Sistem

Dalam bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa dalam merancang arsitektur sistem terdapat tiga komponen yang harus diperhatikan, yaitu client, switch, dan linux server yang didalamnya terdapat LTSP. Dengan arsitektur yang baik, maka akan memudahkan pengelolaan sistem.

4.1.1 Client

Dalam perancangan sistem, komputer-komputer yang dimanfaatkan sebagai client merupakan komputer-komputer yang sudah tidak digunakan lagi. Agar dapat menjadi komputer client ada syarat yang harus dipenuhi, yaitu komputer tersebut dapat melakukan proses booting. Kemudian setiap komputer diperiksa kelengkapannya, khususnya jumlah memori yang akan digunakan, sedangkan harddisk tidak digunakan (diskless). Dalam sistem ini komputer client sebenarnya hanya digunakan

sebagai interface, agar user dapat melakukan aktifitasnya pada komputer tersebut.


(67)

4.1.2 Switch

Hal yang harus diperhatikan dalam menentukan switch untuk sistem adalah jumlah client

dan kecepatan yang digunakan dalam jaringan, dimana pada saat ini rata-rata pengguna

jaringan mempergunakan switch dengan data rate 10/100Mbps. Dalam implementasinya

switch yang digunakan sebanyak 2 unit, dengan data rate masing-masing 10/100Mbps,

dan jumlah port 8. Satu unit digunakan untuk menghubungkan komputer client dan

servernya. Sedangkan satu unit lagi digunakan untuk menghubungkan sistem ke internet.

4.1.3 Komputer Server

Jika pada perancangan sistem, server sizing yang ditetapkan adalah menggunakan RAM

1556 MB, dengan jumlah client sebanyak 26 unit. Namun dalam implementasinya

ternyata server yang digunakan sebanyak 2 unit, dimana komputer client Pentium I dan II

dipisahkan. Jadi server untuk client Pentium I yang berjumlah 16 unit memiliki RAM

minimal 1056MB, sedangkan untuk client Pentium II yang berjumlah 10 unit digunakan

RAM dengan ukuran minimal 756MB.

Dalam implementasinya ukuran RAM dilebihkan agar memudahkan dalam pengelolaan jaringan. Adapun spesifikasi untuk kedua komputer server yang digunakan pada sistem ini ialah Intel dual core 2,666GHz, 80GB harddisk, 2 GB Ram. Pada kedua server tersebut diinstal K12LTSP versi 5.0.0 dimana project ini menggunakan Linux RedHat Fedora sebagai sistem operasinya dan paket LTSP sudah ikut didalamnya. Dalam sistem operasi tersebut juga terdapat program-program aplikasi tambahan yang dapat digunakan mahasiswa untuk mendukung proses belajar, seperti open office yang digunakan untuk pengolahan data, GIMP untuk pengolahan gambar, mozilla firefox untuk


(68)

browsing internet, acrobat viewer, insstant messenger serta program-program lain yang bermanfaat baik untuk mahasiswa maupun administrator. Untuk performansi sistem, komputer serverlah yang menentukan. Karena sistem ini dibangun dengan menggunakan

metoda client server, sehingga apabila server mengalami gangguan maka sistem juga akan

mengalami hal tersebut. Agar dapat mengaktifkan sistem, komputer server harus terlebih dahulu aktif dan berfungsi dengan baik termasuk protokol-protokol seperti DHCP, TFTP, NFS, dan XDMCP.

4.2 Arsitektur Sistem

Jika dalam perancangan dijelaskan bahwa tiga komponen yang penting dalam membangun sistem, yaitu komputer Pentium I dan II sebagai client, switch, dan server yang didalamnya sudah terinstal LTSP, maka dalam implementasinya ketiga komponen tersebut memang memegang peranan yang penting dalam membangun arsitektur sistem. Dalam perancangan hanya digunakan 1 unit server untuk menangani 26 unit client, namun pada implementasinya server yang digunakan sebanyak 2 unit, dimana computer client Pentium I dan II dipisahkan. Berikut adalah gambar yang memperlihatkan arsitektur sistem yang diimplementasikan.


(69)

Gambar 4.1 Arsitektur Sistem LTSP

4.3 Proses Booting Pada Client

Proses Booting Pada Clien dapat dilihat sebagai berikut:

4.3.1 Booting menggunakan etherboot

Etherboot merupakan project open source yang dilindungi lisensi GNU. Software ini berfungsi untuk membuat image bootROM, dimana dalam impelementasinya image bootROM digunakan untuk komputer client Pentium I. Project ini mendukung lebih dari 250 tipe network card dengan kecepatan yang dimulai dari 10Mbit, 100Mbit, dan Gigabit. Biasanya image yang digunakan pada etherboot bootROM berukuran kecil,


(70)

yaitu 16kb atau 32kb. Di dalam paket etherboot ini terdapat dua software kecil, yaitu bootROM image, yang berisi driver dari network card, DHCP client dan TFTP client. Dengan adanya dhcp maka pada saat komputer client melakukan proses booting, identitas berupa nomor ip akan diberikan pada komputer tersebut. Dalam hal ini administrator dapat melakukan penomoran ip sama dengan nomor workstation yang diberikan. Kemudian dengan menggunakan tftp maka sistem operasi dapat diload ke komputer client. Sehingga komputer client dapat memberikan tampilan yang sama dengan komputer server, walaupun sebenarnya proses tersebut berlangsung di file sistem server dan memori client. Agar dapat dipergunakan maka image ini diprogram ke EPROM atau dapat juga menggunakan disket. Hal yang perlu diperhatikan pada saaat memrogram image adalah kesesuaian image yang didownload dengan itpe ethernet card yang digunakan. Disket dapat digunakan sebagai langkah awal untuk membuat bootROM, Setelah selesai mengggunakan disket, maka image yang sesuai tersebut dapat di download untuk diprogram ke EPROM. Jika menggunakan disket berhasil, maka dapat dilanjutkan dengan menggunakan ERPOM.

Dalam implementasinya pada saat ini di Pusat SI/TI, semua komputer client Pentium I menggunakan EPROM untuk melakukan proses booting. Namun sebelum EPROM ditanam pada ethernet card, proses booting dilakukan melalui disket. Hal ini dilakukan karena dengan menggunakan disket maka image booROM dapat dikonfigurasi berulang-ulang kali hingga mendapatkan image yang sesuai dengan ethernet card. Sedangkan jika menggunakan EPROM, jika terjadi kesalahan pengisian image, maka untuk menghapus programnya diperlukan alat tambahan, yaitu sinar ultraviolet. Tentunya ini lebih membuang waktu dan tenaga. Namun jika image yang benar sudah didapat, baru kemudian image tersebut diprogram pada EPROM lalu EPROM tersebut ditanam di ethernet card. Mengingat usia penggunaan disket yang


(71)

tidak tahan lama dan mudah rusak jika digunakan terus-menerus, maka penggunaan EPROM yang lebih tahan lama dari segi fisiknya, lebih baik untuk proses booting.

4.3.2 Booting Dengan PXE

Pada tugas akhir ini, komputer jenis Compaq Deskpro EN Series Pentium II melakukan booting dengan PXE (Pre-boot Execution Environment). Proses kerja menggunakan etherboot dan PXE hampir sama, perbedaannya terletak dari alat yang digunakan untuk proses booting. Jika etherboot menggunakan bootROM (read only memory yang berisi software untuk booting) yaitu berupa EPROM yang dipasang pada ethernet card ataupun disket, PXE menggunakan proses booting from network yang fasilitasnya memang sudah tersedia pada BIOS PC. Sedangkan ethernet card pada komputer ini sudah terdapat pada motherboard. Jadi saat PC client dihubungkan ke server, maka client akan melakukan proses booting from network.

4.4 Uji Coba Sistem

Setelah sistem selesai dibangun kemudian diimplementasikan, perlu diadakan uji coba sistem itu sendiri agar dapat diketahui apakah sistem tersebut layak atau tidak dipergunakan dalam masalah-masalah yang diangkat pada tugas akhir ini.


(72)

4.4.1 Uji Coba Terhadap Komputer Server

Komputer server yang digunakan pada sistem sebanyak dua unit, dimana spesifikasi untuk masing-masing server sama, yaitu Intel dual core 2,666GHz, 80GB harddisk, 2 GB Ram. Uji coba yang dilakukan terhadap komputer server bertujuan untuk membuktikan apakah server sizing yang telah diimplementasikan pada sistem tepat dengan melihat kemampuan server menangani komputer-komputer client.

Pengujian dilakukan dengan meninjau spesifikasi yang digunakan pada sistem saat ini apakah komputer server mampu menangani permintaan client dengan cara mengaktifkan client secara serentak. Sebelum client diaktifkan maka komputer server diaktifkan terlebih dahulu, setelah komputer server aktif, maka semua komputer client dapat diaktifkan sekaligus. Kemudian dengan melihat latar belakang sistem ini dibangun, yaitu untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa dalam proses belajar, khususnya kebutuhan akan internet dengan menggunakan fasilitas yang ada, sehingga sistem ini pun dibangun. Program-program yang terdapat pada sistem ini juga dapat memenuhi kebutuhan mahasiswa. Yang diuji adalah ketahanan server pada saat mahasiswa mengakses komputer client dan melakukan aktifitasnya pada masing-masing komputer client. Berikut adalah hasil dari ujicoba yang dilakukan. Pada saat sebuah komputer client diaktifkan maka ia akan meminta tanda pengenal kepada komputer server berupa nomor ip. Permintaan tersebut dikirimkan berupa pesan-pesan, seperti saat client baru aktif maka dhcclient akan melakukan broadcast ke jaringan dengan mengirim DHCPDISCOVER. DHCP server akan merespon perintah tersebut dengan mengirim DHCPOFFER. Pada saat client mendapatkan pesan tersebut maka client akan membalas pesan dengan mengirimkan DHCPREQUEST agar dapat


(73)

menerima konfigurasi dari DHCP server. Jika pesan tersebut diterima, maka server akan mengirimkan DHCPPACK yang berisi parameter-parameter konfigurasi untuk client, seperti IP address, gateway, DNS, sehingga client akhirnya memiliki tanda pengenal.

Jika permintaan hanya dilakukan satu unit client tentu server mampu menanganinya. Pada uji coba ini semua client diaktifkan baik untuk komputer Pentium I maupun II dalam waktu yang berdekatan. Tentu saja setiap client yang aktif akan meminta nomor ip dengan mengirim DHCPrequest kepada server, dan hal ini membuat komputer server busy, namun dengan spesifikasi yang diimplementasikan pada sistem hal itu tidak terlihat. Walaupun pada kenyataannya di dalam sistem permintaan-permintaan tersebut diurutkan satu-persatu kemudian diproses secara bergantian dengan waktu yang sangat cepat, tetapi yang kelihatan oleh user adalah komputer-komputer tersebut aktif secara serentak tanpa ada delay yang membuat user menunggu. Hal tersebut berlaku untuk komputer client Pentium I dan II.

Berikut ini adalah peoses pada saat komputer Client di aktifkan.


(74)

Jika semua komputer client sudah aktif maka user sudah dapat menggunakan komputer tersebut untuk melakukan berbagai aktifitas sesuai kebutuhan mereka. Pada saat komputer client aktif dan berbagai proses dilakukan, sebenarnya komputer serverlah yang bekerja. Selama melakukan pengamatan terhadap sistem, ternyata komputer server sanggup melayani seluruh permintaan client walaupun seluruh client aktif dan banyak melakukan proses.

4.4.2 Uji Coba Terhadap Komputer Client

Pada sistem ini client yang digunakan ada dua jenis, yaitu Pentium I dan Pentium II dimana kedua jenis client tersebut dipisah namun memiliki spesifikasi server yang sama.Uji coba yang dilakukan pada komputer client adalah membuktikan apakah client sizing pada sistem ini sudah tepat, dengan melihat ketahanan komputer-komputer tersebut saat proses berjalan. Pada dasarnya semua proses berjalan di komputer server, sedangkan komputer client hanya sebagai tempat bagi user bekerja. Melihat latar belakang sistem ini dibangun, yaitu agar dapat digunakan mahasiswa untuk kegiatan yang berhubungan dengan internet, maka komputer-komputer tersebut berjalan dengan mode grafis. Walaupun proses berjalan di komputer server, namun memori pada komputer client sangat berpengaruh dalam jalannya komputer tersebut. Uji coba yang dilakukan untuk komputer Pentium I menggunakan memori 8MB, 16MB, dan 32MB, dimana client difungsikan untuk melakukan proses yang menggunakan tampilan grafis. Uji coba pertama menggunakan memori 8MB, dimana pada awalnya komputer client dapat booting dengan baik, namun pada saat digunakan


(1)

dengan netmask 255.255.255.0. Sedangkan eth0 hanya digunakan sebagai cadangan. Sedangkan untuk server dengan clietn Pentium II dilakukan konfigurasi pada eth0 untuk ke jaringan di dalam (lokal) dengan nomor IP 192.168.0.254 netmask 255.255.255.0 , kemudian eth1 untuk jaringan keluar (internet) dengan nomor IP 10.10.18.8 netmask 255.255.255.0.

4.5 Pengelolaan Sistem Dilihat dari Segi Efisiensi dan Efektifitas

Pada pengelolaan sistem dilihat dari segi efisiensi dan efektifitas sebagai berikut:

4.5.1 Segi Efisiensi

Sistem ini dapat disebut efisien jika ditinjau dari segi ekonomis dan maintenance. Dari segi ekonomis ialah dengan memanfaatkan kembali komputer-komputer yang sduah digudangkan di Pusat Sistem Informasi. Dalam perancangan sistem dijelaskan bahwa, komputer-komputer tersebut dijadikan client seutuhnya tanpa ada perbaikan ataupun penambahan hardware di dalam PC, demikian juga pada saat implementasinya. Selain segi ekonomis dalam pengadaan hardware, sistem ini juga dikatakan efisien karena menggunakan sistem operasi Linux. Dimana Linux merupakan sistem operasi open source yang free sehingga tidak mengeluarkan biaya apapun dalam pengadaan software. Sistem ini disebut efisien karena bersifat easy to maintain. Faktor-faktor yang mendukung bahwa sistem ini easy to maintain ialah :


(2)

berpusat pada server, sedangkan client hanya sebagai alat penghubung antara sistem dan user, maka jika terjadi kerusakan ataupun ingin melakukan instalasi, perbaikan, upgrading, dan pengembangan sistem cukup di komputer server saja.

b. Tidak diperlukannya perhatian khusus terhadap komputer-komputer client , karena yang digunakan merupakan komputer-komputer bekas dan diskless. Walaupun pemeliharaan yang dilakukan tidak terlalu sulit, namun ada kendala yang dihadapi pada komputer client.

4.5.2 Segi Efektifitas

Sistem ini disebut efektif jika memiliki performance dan security yang baik. Performance sistem dikatakan baik jika selama proses tidak ada komputer client yang mengalami hang, demikian juga dengan komputer server. Selama proses uji coba ternyata sistem ini tidak mengalami hang. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan server menangani client, walaupun semua client aktif namun kinerja server tetap stabil. Demikian juga dengan client, walaupun sistem menggunakan tampilan grafis client dapat berfungsi dengan baik. Juga dalam kecepatan proses, dimana kecepatan komputer server sama dengan client.


(3)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berikut adalah kesimpulan yang dapat diambil dari pengelolaan sistem jaringan menggunakan LTSP dengan memanfaatkan komputer Pentium I dan II adalah :

1. Agar dapat merancang arsitektur sistem LTSP yang tepat baik dalam skala besar maupun kecil, maka hal yang harus diperhatikan ialah penggabungan alat-alat berupa inexpensive hardware components yaitu komputer client dengan server dan switch yang bersifat high-speed networking technology. 2. Untuk pengujian terhadap efisiensi didapat bahwa sistem ini efisien. Hal ini

dapat dilihat dari pemanfaatan kembali komputer-komputer yang sudah digudangkan dan penggunaan sistem operasi Linux, yang bersifat free open source. Juga dari segi pemeliharaan, karena dengan menggunakan LTSP semua kegiatan terpusat di server sehingga sistem ini easy to maintain.

3. Untuk pengujian terhadap efektifitas didapat bahwa sistem ini efektif untuk digunakan. Hal ini dapat dilihat dari performance sistem yang ditampilkan server maupun client adalah baik.


(4)

Berikut adalah saran yang dapat diberikan untuk kemajuan sistem jaringan yang telah diimplementasikan di Pusat SI/TI :

1. Sistem ini tidak sepenuhnya efisien dalam penggunaan server. Pada sistem ini digunakan dua unit server, namun masing-masing server bekerja sendiri tanpa ada koneksi antar satu server dengan yang lainnya. Sehingga misalnya ada data diinput ke sistem komputer server untuk client tanpa hardisk, data tersebut tidak masuk ke sistem komputer server yang satunya. Karena sistem ini masih menggunakan dua unit server, hal ini belum terlalu menjadi masalah. Namun jika sistem ini digunakan untuk skala besar, dan semakin banyak server yang digunakan tentunya efisiensi tidak lagi tercapai. Oleh kerena itu diperlukan suatu teknik agar sistem dari kedua komputer server dapat saling terhubung.

2. Dengan penggunaan LTSP pada sistem ini maka jika dilihat dari segi efisiensi dan efektifitas, sistem ini dapat dimanfaatkan dalam waktu yang panjang tanpa harus mengeluarkan biaya yang tinggi.

3. Untuk mendapatkan performasi yang baik pada sistem LTSP, maka oversized configuration dapat dilakukan dalam penentuan spesifikasi server. Dengan penggunaan oversized configuration maka kinerja server akan semakin tinggi dan berpengaruh terhadap client sehingga tidak perlu mengkhawatirkan masalah penurunan kinerja jika terjadi penambahan client.


(5)

4. Karena masih banyaknya masyarakat yang masih belum memahami penggunaan sistem operasi ini, ada baiknya saat sistem seperti ini digunakan maka user yang akan menggunakannya diberi sedikit pengarahan. Walaupun tampak tidak efisien pada awalnya karena waktu untuk pengarahan, namun untuk jangka panjang penggunaan sistem ini lebih efisien.


(6)

1. Andi, Yudha. 2003. Jaringan WI-FI. Bandung: Informatika Bandung.

2. Sofana, Iwan. 2008. Membangun Jaringan Komputer. Bandung: Informatika Bandung.

3. Syafrijal, Melwin. 2005. Pengantar Jaringan Komputer. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

4. Syahputra, Andi. 2002. Jaringan Berbasis Linux. Yogyakarta, Andi

5.

6. http://www.ilmukomputer.org/wp-content/upload/2006/09/ropik-adhoc.pdf Diakses tanggal 07 Mei 2012