Fatwa Hukum Merokok Profil Komisi Fatwa

47 MUI itu lembaga yang independen, dalam memutuskan a, b, c, atau d berdasarkan kaidah-kaidah keislaman. Mungkin ada pihak yang menginginkan MUI dibawa ke yang haram-haram saja, padahal Fatwa yang berkaitan dengan rokok itu namanya Fatwa Merokok, karena hukum merokok tidak semua haram. 28 Masyarakat mengakui bahwa industri rokok telah memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang cukup besar. Industri rokok juga telah memberikan pendapatan yang cukup besar bagi Negara. Bahkan, tembakau sebagai bahan baku rokok telah menjadi tumpuan ekonomi bagi sebagian petani. Namun disisi yang lain. Merokok dapat membahayakan kesehatan serta berpotensi terjadinya pemborosan dan merupakan tindakan tabdzir. Secara ekonomi penanggulangan bahaya merokok juga cukup besar. 29 Pro-kontra mengenai hukum merokok menyeruak ke publik setelah muncul tuntutan beberapa kelompok masyarakat yang meminta kejelasan hukum merokok. Masyarakat merasa bingung karena ada yang mengharamkan, ada yang meminta pelarangan terbatas, dan ada yang meminta tetap pada status makruh. 28 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa, Sholahuddin AL-Aiyub, M.Si di Kantor Komisi Fatwa MUI jl. Proklamasi no.51 Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 3 November 2010 pukul 15.05 wib. 29 Ma’ruf Amin, dkk. Himpunan Fatwa MUI, Edisi Ketiga. Jakarta: Sekretariat MUI, 2010, h.812. 48 Menurut ahli kesehatan Dijelaskan, rokok ditengarai sebagai produk berbahaya dan adiktif serta mengandung 4.000 zat kimia, di mana 69 di antaranya adalah karsinogenik pencetus kanker. Disamping membahayakan perokok, tindakan merokok juga dapat membahayakan orang lain, khususnya yang berada disekitar perokok. Beberapa zat berbahaya di dalam rokok tersebut di antaranya tar, sianida, arsen, formalin, karbonmonoksida, dan nitrosamin. Dijelaskan juga, para perokok memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena penyakit serius seperti kanker paru-paru daripada bukan perokok. Tidak ada rokok yang “aman”. 30 Direktur Jenderal WHO, Dr. Margareth Chan, melaporkan bahwa epidemi tembakau telah membunuh 5,4 juta orang pertahun lantaran kanker paru dan penyakit jantung serta penyakit lain yang diakibatkan oleh merokok. Itu berarti bahwa satu kematian di dunia akibat rokok untuk setiap 5,8 detik. Apabila tindakan pengendalian yang tepat tidak dilakukan, diperkirakan 8 juta orang akan mengalami kematian setiap tahun akibat rokok menjelang tahun 2030. Selama abad ke-20, 100 juta orang meninggal karena rokok dan selama abad ke-21 diestimasikan bahwa sekitar 1 miliar nyawa akan melayang akibat rokok. 31 Hukum merokok tidak disebutkan secara jelas dan tegas oleh Al- Quran dan SunnahHadis Nabi. Oleh karena itu, fuqaha` mencari solusinya 30 Diakses pada tanggal 20 Agustus 2010 dari http.Viva news.com fatwa rokok MUI. 31 Diakses pada tanggal 20 Agustus 2010 dari http.Viva news.com fatwa rokok MUI. 49 melalui ijtihad. Sebagaimana layaknya masalah yang hukumnya digali lewat ijtihad, hukum merokok diperselisihkan oleh fuqaha`. Akhirnya Fatwa Merokok diputuskan oleh 750 ulama se-Indonesia di Padang Panjang. 32 b. Tujuan dikeluarkannya Fatwa Merokok Tujuan dikeluarkannya Fatwa Merokok adalah menjawab pertanyaan dari pihak-pihak yang bertanya tentang hukum merokok. Ikatan Dokter Indonesia IDI dan Tembakau Control Lembaga Pengendalian Tembakau beratanya tentang hukum merokok. Mereka memberikan data tentang bahaya merokok yang sudah sangat jelas sekali, serta biaya penanggulangannya sangat besar sekali jika dibandingkan dengan cukai rokok. Untuk itulah MUI mengeluarkan Fatwa Merokok dan Fatwanya seperti apa itu terserah MUI. 33 c. c. Ketentuan hukum 1. Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia 111 sepakat adanya perbedaan 2. pandangan mengenai hukum merokok, yaitu antara makruh dan haram khilaf ma baina al-makruh wa al-haram. 32 Ma’ruf Amin, dkk. Himpunan Fatwa MUI, Edisi Ketiga. Jakarta: Sekretariat MUI, 2010, h.812. 33 Wawancara langsung dengan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Sholahuddin Al- Aiyub, M.Si. di Kantor Komisi Fatwa MUI Jl. Proklamasi no.51 Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 3 November 2010 Pukul 15.15 wib. 50 3. Peserta Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia 111 sepakat bahwa merokok hukumnya haram jika dilakukan: b Ditempat umum c Oleh anak-anak d Oleh wanita hamil. 34 Merokok haram apabila dilakukan ditempat umum karena, nikotin yang dikeluarkan bisa membahayakan orang lain yang menghirup asapnya, bahkan perokok pasif yang lebih berbahaya dari perokok aktif, dan prinsip islam tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain “ladhororo waladhiror”. Wanita hamil diharamkan merokok karena merokok bukan hanya mmembahayakan dirinya sendiri tetapi juga janin yang ada dirahimnya, dan ini kembali pada prinsip islam tadi. Rokok haram bagi anak kecil, karena target dari produsen rokok adalah perokok pemula yaitu anak-anak tujuannya menumbuhkan perokok yang nantinya loyal pada satu brand, lihat saja iklan rokok selalu dibintangi oleh anak muda yang diidentikkan dengan kejantanan. 35 34 Ma’ruf Amin, dkk. Himpunan Fatwa MUI, Edisi Ketiga. Jakarta: Sekretariat MUI, 2010, h.812. 35 Wawancara langsung dengan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Sholahudin Al- Aiyub, M.Si. di Kantor Komisi Fatwa MUI Jl. Proklamasi no. 51 Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 3 November pukul 14.40 wib. 51 d. d. Rekomendasi Sehubungan dengan adanya banyak madlarrat yang ditimbulkan dari aktifitas merokok, maka direkomendasikan hal-hal sebagai berikut: ii. DPR diminta segera membuat undang-undang larangan merokok ditempat umum, bagi anak-anak, dan bagi wanita hamil. iii. Pemerintah, baik pusat maupun daerah diminta membuat regulasi tentang larangan merokok ditempat umum, bagi anak-anak, dan bagi wanita hamil. iv. Pemerintah, baik pusat maupun daerah diminta menindak pelaku pelanggaran terhadap aturan larangan merokok ditempat umum, bagi anak-anak, dan wanita hamil. v. Pemerintah, baik pusat maupun daerah diminta melarang iklan rokok, baik langsung maupun tidak langsung. vi. Para ilmuan diminta untuk melakukan penelitian tentang manfaat tembakau selain untuk rokok. 36 e. Dasar penetapan 1. Merokok termasuk kategori perbuatan melakukan khabaa’its kotornajis yang dilarang dalam AlQuran Surat Al- a’raf ayat 157. Yang artinya: “ nabi itu menyuruh mereka kepada yang ma`ruf, melarang mereka dari yang munkar, menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan melarang bagi mereka segala yang buruk.” 36 Ma’ruf Amin, dkk. Himpunan Fatwa MUI, Edisi Ketiga. Jakarta: Sekretariat MUI, 2010, h.813. 52 2. Oleh karena merokok jelas membahayakan kesehatan bagi perokok dan orang sekitar yang terkena paparan asap rokok, maka pembelanjaan uang untuk rokok berarti melakukan perbuatan mubazir pemborosan yang dilarang dalam AlQuran Surat Al-isra ayat 26- 27. Yang artinya: “janganlah kamu menghambur- hamburkan hartamu secara boros”.”sesungguhnya orang-orang yang berlaku boros itu adalah saudara-saudara syaitan. Dan syaitan itu sangat ingkar terhadap Tuhannya.” 3. Hadis Nabi Saw yang artinya:“ tidak boleh membuat mudlarat kepada diri sendiiri dan tidak boleh membuat mudlarat kepada orang lain.” 4. Kaidah fiqhiyyah “ bahaya itu ditolak semaksimal mungkin.” 37 5. Kaidah fighiyyah “ yang menimbulkan mudlarat harus dihilangkan dihindarkan.” 6. Kaidah fiqhiyyah “ penetapan hukum itu tergantung ada atau tidak adanya `illat.” 7. Penjelasan delegasi Ulama Mesir, Yordania, Yaman, dan Syiria bahwa hukum merokok dinegara-negara tersebut adalah haram. 37 Ma’ruf Amin, dkk. Himpunan Fatwa MUI, Edisi Ketiga. Jakarta: Sekretariat MUI, 2010, h.813. 53 8. Penjelasan dari Komnas Perlindungan Anak, GAPPRI, Komnas Pengendalian Tembakau, Departemen Kesehatan terkait masalah rokok. 9. Hasil rapat koordinasi MUI tentang masalah merokok yang diselenggarakan pada 10 september 2008 di Jakarta, yang menyepakati bahwa merokok menimbulkan madlarrat. 38 38 Ma’ruf Amin, dkk. Himpunan Fatwa MUI, Edisi Ketiga. Jakarta: Sekretariat MUI, 2010, h.813. 54 BAB 1V ANALISIS PEMANFAATAN MEDIA OLEH MUI PUSAT DALAM MENSOSIALISASIKAN FATWA MEROKOK a. Media Massa yang Digunakan MUI Pusat Dalam Mensosialisasikan Fatwa Merokok Dengan kendali jarak jauh, memungkinkan siapapun dapat memindahkan 50 saluran televisi dalam beberapa menit dan seketika akan mendapatkan gambaran tentang apa yang sedang terjadi. Menurut Marshall McLuhan, manusia hidup dalam yang disebut “global village”, media komunikasi modern memungkinkan jutaan orang diseluruh dunia terus menerus terkoneksi. Seperti yang sudah dipaparkan di bab II teori uses and gratifications mencoba mengungkap apa yang digunakan untuk medianya, dalam hal ini sosialisasi fatwa merokok yang disosialisasikan MUI melalui media, menurut Marshall McLuhan media massa terbagi menjadi dua yaitu media massa tradisional media klasik dan media massa modern media baru, televisi mempengaruhi Anda terlepas dari apa yang Anda tonton. Dunia maya mempengaruhi masyarakat terlepas dari situs apa yang orang kunjungi. Media merupakan perpanjangan pikiran manusia, jadi media yang menonjol dalam penggunaan membiaskan masa historis apapun. Untuk itulah, walaupun MUI belum memanfaatkan media massa secara maksimal tetapi secara prinsip MUI memanfaatkan seluruh media massa dalam mensosialisasikan fatwa merokok, baik media massa tradisional seperti, media 55 cetak dan media elektronik seperti televisi, maupun media massa modern seperti internet media online. 1 Berbicara tentang media massa apa yang efektif dalam mensosialisasikan fatwa merokok, Komisi Fatwa MUI memandang efektifitas dari segi segmentasinya, dan MUI sangat memanfaatkan itu, walaupun tidak menggarap itu, hampir semua media massa mempunyai segmentasinya tersendiri, dan MUI memandang efektifitas media massa dalam mensosialisasikan Fatwa Merokok dari segi segmentasinya. Kalau media cetak sifatnya lebih mendalam, TV cenderung pada yang bersifat simbolik saja. Kadang kalau wawancara maksimal 30 menit, dipotong iklan, dan dipanelkan dengan beberapa orang, jadi tidak maksimal menyampaikannya, dan TV mempunyai jangkauan yang sangat luas. 2 Ketika media berubah, demikian juga dengan cara pikir kita, cara kita mengatur informasi, dan berhubungan dengan orang lain. Ada perbedaan yang tajam antara media lisan, tulisan, dan elektronik, masing-masing dengan pengaruh berbeda dalam bagaimana kita berinteraksi dengan setiap media. 1 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Sholahuddin Al- Aiyub di Kantor Komisi Fatwa Jl. Proklamasi no. 51 Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 3 November 2010 pukul 14.40 wib. 2 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Sholahuddin Al- Aiyub di Kantor Komisi Fatwa Jl. Proklamasi no. 51 Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 3 November 2010 pukul 14.50 wib. 56 Komunikasi lisan sangat fleksibel dan organis, pesan-pesan lisan sangat cepat dan bersifat sementara, sehingga individu dan kelompok harus menyimpan informasi dalam pikiran mereka dan memberikannya lagi melalui pembicaraan. Tulisan dan khususnya percetakan, menyebabkan perubahan yang mendalam pada masyarakat. Informasi dapat disimpan atau dikesampngkan, menjadikan tulisan sebagai alat percakapan. Kepentingan ditujukan pada apa yang disimpan dalam bahasa tulisan. Pergeseran lain terjadi ketika media elektronik muncul kepermukaan. Media elektronik seperti televisi dapat cepat dan bersifat sementara, tetapi tidak terkait pada tempat tertentu karena dapat disiarkan secara luas. Karena media elektronik lebih cepat tersedia dari pada media cetak, media elektronik menciptakan ledakan informasi, dan terjadi persaingan yang besar antara berbagai media untuk dilihat dan didengar. Informasi dalam media elektronik dijual layaknya komoditas yang menciptakan tekanan agar informasi lebih atraktif. Pengetahuan dalam era elektronik berubah dengan cepat dan orang menjadi sadar akan versi kebenaran yang berbeda. Perubahan konstan yang diciptakan oleh media elektronik dapat membuat orang merasa bingung bahkan mungkin khawatir. Jika komunikasi lisan menciptakan budaya komunitas dan komunikasi tulisan menciptakan sebuah budaya teks, maka komunikasi elektronik menciptakan budaya sel atau kelompok yang saling bersaing untuk 57 mempromosikan ketertarikan mereka. Muncul masyarakat baru yang tidak terikat oleh tempat. Pergeseran lain lagi munculnya dunia maya dan teknologi yang terkait, dan komunikasi dengan media computer computer-mediated-communication telah menciptakan bentuk realitas tambahan. Pergeseran ini mengacu pada apa yang disebut dengan media baru. Khusus untuk media online, MUI mempunyai pandangannya sendiri, karena MUI sadar betul kecenderungannya media cetak sekarang tidak menurunkan langsung berita yang dikuot dari reporternya, melainkan bersumber dari media online seperti detik.com atau antara, maka MUI menguatkan jaringan MUI pada media online. 3 Memang media online menurut MUI masih belum balance dalam menyampaikan berita, misalnya, tentang satu berita, pendapat si A diposting terlebih dahulu, setelahnya 3 jam kemudian baru pendapat si B yang diposting, harusnya dalam satu berita yang sama pendapat keduanya diposting secara bersamaan supaya balance. Walaupun demikian, MUI merasa sangat terbantu oleh media-media massa tersebut, dan MUI juga belum punya jaringan khusus terhadap media itu, baru 3 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Sholahuddin Al- Aiyub di Kantor Komisi Fatwa Jl. Proklamasi no. 51 Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 3 November 2010 pukul 14.55 wib. 58 sekedar media itu memandang isu-isu yang bersifat strategis untuk diambil menjadi sebuah berita. 4 Sosialisasi fatwa merokok pada media cetak bisa dibaca pada Koran Sindo 25 Januari 2009 yang berjudul Fatwa MUI Jangan Menakutkan, disebutkan oleh Ketua MUI Cholil Ridwan, Menurutnya ada tiga rancangan Fatwa Rokok yakni haram mutlak, makruh berat, atau haram bagi wanita hamil dan anak-anak, namun fatwa haram rokok ini tidak mengatur warga secara mengikat seperti undang- undang. 5 Pada media cetak Pelita dan Suara Karya 27 Januari 2009 disebutkan oleh Pimpinan Ijtima Forum Komisi Fatwa, Prof. Dr. HM. Amin Suma, bahwa Merokok Hukumnya haram bagi wanita hamil, anak-anak, dan ditempat umum. Serta disarankan ada perangkat hukum yang mengaturnya. 6 Harian umum Republika 27 Januari 2009 juga memuat sosialisasi Fatwa Merokok seperti dipaparkan oleh Ketua Komisi Fatw a MUI, KH. Ma’ruf Amin dalam jumpa pers nya, MUI memfatwakan Merokok haram bagi anak-anak, ibu hamil, dan merokok ditempat umum. 7 Sedangkan di media online sosialisasi fatwa merokok salah satunya bisa dibaca pada detik.com 25 Januari 2009, melalui wakil Komisi Fatwa MUI Ali 4 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa, Sholahuddin Al-Aiyub di Kantor Komisi Fatwa Jl. Proklamasi no. 51 Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 3 November 2010 pukul 14.40 WIB. 5 Koran Sindo. Fatwa MUI Jangan Menakutkan . Edisi 25 Januari 2009. 6 Suara Karya. Merokok Hukumnya Dilarang Antara Haram dan Makruh. Edisi 27 Januari 2009. 7 Harian umum Republika. Merokok Haram bagi Ibu Hamil. 27 Januari 2009 59 Mustafa Ya’qub menjelaskan Rokok diharamkan bagi anak-anak, remaja, wanita hamil, Rokok juga diharamkan di tempat umum. 8

b. Analisis Pemanfaatan Media Dalam Mensosialisasikan Fatwa Merokok

Pada Komisi Fatwa MUI Dalam teori uses and gratifications mencoba menjelaskan untuk menjawab pertanyaan “mengapa orang menggunakan media dan apa yang mereka gunakan untuk media?”. Banyak sekali baik perorangan, perusahaan, lembaga pemerintah maupun swasta, partai atau bahkan negara yang memanfaatkan media massa. Dan MUI merupakan salah satu lembaga yang memanfaatkan fungsi media massa yang meliputi, fungsi mempengaruhi, fungsi pentransferan budaya, fungsi pendidikan, dan fungsi informasi. MUI sendiri menggunakan media massa lebih cenderung untuk sosialisasi, terutama sosialisasi fatwa. meskipun dalam sebuah pemberitaan media massa cenderung menggunakan sudut pandang atau perspektif mereka sendiri, media massa tidak mengutip fatwa MUI secara utuh, media massa akan memberitakan apa yg menurut mereka menguntungkan media itu sendiri. 9 Media massa tidak secara sukarela atau voulentir mensosialisasikan fatwa merokok, akhirnya yang berkembang dimasyarakat MUI mengharamkan rokok atau merokok, padahal yang benar adalah MUI mengeluarkan fatwa merokok. 8 detik.com. MUI: Rokok Haram untuk Anak, Remaja, Wanita Hamil dan di Tempat Umum. 25012009 21:28 WIB. 9 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI, di Kantor Komisi Fatwa Jl. Proklamasi no.51 Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 3 November 2010 pukul 14.30 wib. 60 Dalam kasus seperti ini MUI menyiasatinya dengan menggelar konferensi pers, karena biasanya media yang satu mengutip satu sisi, media yang berbeda akan mengutip sisi lainnya. 10 Sisi kontroversial selalu dimunculkan oleh media massa, semakin kontroversi justru semakin memiliki nilai berita yang tinggi, memblowup sesuatu yang luar biasa agar mendapatkan perhatian penikmatnya, karena bagian dari kekuatan media massa adalah menarik dan mengarahkan perhatian publik, dapat memberikan informai secara cepat dan luas. MUI juga harus berkompromi, setidaknya dalam taraf-taraf tertentu media massa dinilai cukup membantu MUI dan, secara umum media massa itu baik, MUI selalu memanfaatkan media massa sebagai alat sosialisasi fatwa, lembaga ini selalu bermitra dengan media massa. 11 Seperti yang sudah dipaparkan pada landasan teori hal.18, menurut Harold de Laswell salah satu fungsi media massa adalah sosialisasi Transmission. Organisasi media menyebarkan pesan yang mempengaruhi dan menggambarkan budaya masyarakat, media memberikan informasi kepada audiens yang heterogen, menjadikan media sebagai bagian dari kekuatan industri masyarakat. Dalam hal sosialisasi Fatwa Merokok walaupun melahirkan kontroversi dalam masyarakat, minimal ketika masyarakat mendengar Fatwa Merokok melalui media massa menumbuhkan rasa ingin tahu pada masyarakat dan ingin tahu kebenarannya, seperti apa isi fatwanya, dari sini MUI bisa menjelaskannya 10 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI, di Kantor Komisi Fatwa Jl. Proklamasi no.51 Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 3 November 2010 pukul 15.20 wib. 11 Wawancara pribadi denganWakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI, di Kantor Komisi Fatwa Jl. Proklamasi no.51 Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 3 November 2010 pukul 15.25 wib. 61 melalui media lain, seperti media internal MUI berupa website MUI, Jurnal MUI, Majalah MUI, Bulletin, perwakilan MUI Daerah, Jaringan Mesjid atau Ormas- ormas yang bekerjasama dengan MUI walaupun jaringan distribusinya belum merata. 12 Sampai saat ini MUI memang belum memanfaatkan media massa secara maksimal, tapi MUI sekarang berbeda dari MUI 10 tahun yang lalu, kedepan MUI berusaha untuk lebih maksimal memanfaatkan media massa, bahkan MUI punya mimpi untuk membuat sebuah stasiun Televisi sendiri, kenapa ini oleh MUI disebut sebagai mimpi, karena ini hanya sebatas rencana, mereka sudah memiliki rencana dan membentuk tim, meskipun mungkin 20 tahun lagi baru terwujud, hal ini berkaitan dengan dana. 13 Komisi Fatwa MUI telah memanfaatkan media sebagai ajang sosialisasi fatwa merokok, hal ini terbukti pada media cetak yang memuat seputar Fatwa Merokok MUI seperti: Harian Sindo, Suara Karya, Pos Kota, Republika, Haluan, Singgalang, Padang Ekspres, Pelita, Indopos, Media Indonesia, dan Koran Tempo. Pada media online juga bisa dilihat di: antaranews.com, okezone.com, kapanlagi.com, detik.com, vivanews.com, dan tempointeraktif.com. 12 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa, Sholahuddin Al-Aiyub di Kantor Komisi Fatwa Jl. Proklamasi no. 51 Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 3 November 2010 pukul 15.00 wib. 13 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa, Sholahuddin Al-Aiyub di Kantor Komisi Fatwa Jl. Proklamasi no. 51 Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 3 November 2010 pukul 15.25 wib. 62

c. Tujuan MUI Dalam Mensosialisasikan Fatwa Merokok Melalui Media Massa

Fakta di tengah kemudharatan yang ada bahwa Indonesia adalah Negara dengan konsumsi rokok tertinggi setelah Republik Rakyat Cina, USA, Rusia, dan Jepang data tahun 2002. Konsumsi rokok mencapai 181,958 milliar batang. Lebih memprihatinkan lagi adalah Survey Ekonomi Nasional melaporkan bahwa peningkatan signifikan prevalensi merokok anak usia 15-19 tahun, dari 12,7 persen di tahun 2001 meningkat menjadi 17,3 persen di tahun 2004. Artinya jumlah perokok tahun 2004 mencapai 40 juta dari 220 juta penduduk Indonesia. Di tahun 2008, walau belum ada angka pastinya, di duga akan lebih meningkat, mengingat gencarnya industry rokok yang mempromosikan produknya. Walaupun lebih dari 70 ribu artikel ilmiah telah mengungkapkan dampak kesehatan akibat merokok dan adanya fakta bahwa kematian akibat rokok mencapai 38 orang untuk setiap menitnya Depkes RI, sayangnya alasan rasional ini belum menjadi prioritas Negara untuk menurunkan mengkonsumsi rokok. 14 Karena alasan inilah kenapa MUI merasa perlu mensosialisasikan Fatwa Merokok melalui media massa. Isi dari Fatwa Merokok yang dikeluarkan oleh MUI adalah, merokok haram apabila dilakukan ditempat umum karena, nikotin yang dikeluarkan bisa membahayakan oranglain yang menghirup asapnya, bahkan perokok pasif yang lebih berbahaya dari perokok aktif, dan prinsip Islam tidak boleh membahayakan 14 Azyumardi Azra, 2009. FATWA ULAMA. Artikel. 63 diri sen diri dan orang lain “ladhororo waladhiror”. Merokok diharamkan bagi wanita hamil karena, bukan hanya membahayakan dirinya sendiri tetapi juga janin yang ada dirahimnya, dan ini kembali pada prinsip Islam tadi. Merokok juga haram bagi anak-anak, karena target dari produsen rokok adalah perokok pemula yaitu anak-anak tujuannya menumbuhkan perokok yang nantinya loyal pada satu brand, lihat saja iklan rokok selalu dibintangi oleh anak muda yang diidentikkan dengan kejantanan. 15 Tujuan MUI mensosialisasikan Fatwa Merokok melalui media massa adalah untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang Fatwa Merokok yang dikeluarkan oleh MUI, minimal supaya Fatwa Merokok diketahui oleh masyarakat secara luas, dan menyampaikan pesan kepada masyarakat bahwa merokok itu membahayakan kesehatan dan dilarang, jadi lebih baik dihindari. 16

d. Keberhasilan Sosialisasi Fatwa Merokok Melalui Media Massa Menurut Komisi Fatwa Mui

Seperti yang telah di uraikan pada landasan teori, pendekatan uses and gratifications menekankan riset komunikasi massa pada konsumen pesan atau komunikasi dan tidak begitu memperhatikan mengenai pesannya, dan komunikan adalah aktif. Begitu juga dengan fatwa merokok yang dikeluarkan oleh MUI dan disosialisasikan melalui media, dianggap tidak memfatwakan apapun, tidak secara 15 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Sholahuddin Al- Aiyub di Kantor Komisi Fatwa Jl. Proklamasi no. 51 Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 3 November 2010 pukul 15.10 wib. 16 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Sholahuddin Al- Aiyub di Kantor Komisi Fatwa Jl. Proklamasi no. 51 Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 3 November 2010 Pukul 15.15 wib. 64 tegas mengharamkan atau menghalalkan. MUI tidak terlalu mementingkan pesan apa yang ingin disampaikan cenderung lebih pada sekedar menyampaikan informasi bahwa MUI telah mengeluarkan fatwa merokok. Ada bukti besar yang telah dikumpulkan bahwa penyunting dan penyiar memainkan bagian yang penting dalam membentuk realitas sosial kita, ketika mereka menjalankan tugas harian mereka dalam memilih dan menampilkan berita. Disinilah letak pengaruh media massa. Media massa mungkin tidak memberitahu kita apa yang harus kita pikirkan, tetapi mereka secara mengejutkan memberitahu kita tentang apa yang harus kita pikirkan. Media massa harus selektif dalam melaporkan berita, saluran berita sebagai gerbang informasi membuat pilihan tentang apa yang harus dilaporkan dan bagaimana melaporkannya. Apa yang masyarakat ketahui tentang situasi pada waktu tertentu merupakan hasil dari penjagaan gerbang oleh media. Selanjutnya kita mengetahui bagaimana seseorang membuat pilihan sangat ditentukan oleh isu apa yang diyakini penting oleh orang tersebut. MUI mempunyai pandangan bagaimana media massa mampu menciptakan apa yang orang sebut dengan opini publik, menurut Sholahudin Al- Aiyub M.Si selaku Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI, sekarang siapapun yang 65 mampu membuat opini publik melalui media massa, maka dia mampu mempengaruhi bahkan sampai pada kebijakan-kebijakan. 17 Fakta bahwa media massa mempunyai pengaruh adalah benar. Bentuk- bentuk media seperti televisi, film, dan media cetak sama halnya dengan isi media mempengaruhi cara kita berpikir dan melihat dunia. Sosialisasi fatwa merokok melalui media massa juga diharapkan memberikan pengaruh pada masyarakat. Karena dalam uses and gratifications audiens itu aktif dapat dipastikan ketika mendengar, menonton, atau membaca berita tentang fatwa merokok, audiens akan mencari tahu mulai dari kebenaran tentang fatwa merokok, isi dari fatwa merokok, apa yang melatarbelakangi dikeluarkannya Fatwa Merokok, sampai apa tujuan dikeluarkannya fatwa merokok, dan apa saja yang berhubungan dengan fatwa merokok. Walaupun setelah masyarakat mengetahui fatwa merokok, tidak mau mengikuti fatwa tersebut. Tapi minimal fatwa merokok diketahui oleh masyarakat luas. Sebaliknya apabila audiens itu pasif, walaupun mereka mengetahui berita tentang fatwa merokok melalui media massa, lebih cenderung tidak perduli. 18 Fatwa merokok yang dikeluarkan MUI tidak diciptakan untuk menjadi kontroversi didalam masyarakat, tapi media massa sengaja mengemasnya dalam 17 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Sholahuddin Al-Aiyub di Kantor Komisi Fatwa Jl. Proklamasi no. 51 Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 3 November 2010 Pukul 15.35 wib. 18 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Sholahuddin Al- Aiyub di Kantor Komisi Fatwa jl. Proklamasi no.51 Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 3 November 2010 pukul 15.25 wib. 66 balutan kontroversi. Akhirnya yang berkembang dimasyarakatpun seolah-olah Fatwa ini tidak murni dikeluarkan untuk kepentingan umat, tetapi ada pesanan khusus pihak tertentu, karena opini yang sengaja dibentuk oleh media seperti ini. Walaupun kenyataannya demikian tapi MUI tetap bermitra dengan media massa. 19 Sosialisai fatwa merokok yang dilakukan oleh MUI melalui media massa dengan banyaknya pemberitaan yang ada, bukan ukuran keberhasilan dari sosialisasi fatwa merokok itu sendiri, melainkan bagaimana tindaklanjutnya. Masih menurut Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Sholahudin Al- Aiyub, MUI menyadari hanya mempunyai wewenang sebatas menyampaikan Fatwa, maka untuk tindaklanjutnya MUI mendorong Instansi-instansi terkait baik pemerintah maupun swasta. 20 Instansi-instansi terkait sudah mulai tergerak Misalnya, DKI Jakarta yang sudah membuat Perda Peraturan Daerah larangan merokok ditempat umum yang diberlakukan secara total pada oktober 2010, akan menyusul di daerah lain seperti Surabaya, Bogor, Jogjakarta, Gorontalo, dan Bali. Serta untuk Ikatan Dokter Indonesia yang menggunakan Fatwa merokok untuk kampanye anti rokok. 21 19 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Sholahuddin Al- Aiyub di Kantor Komisi Fatwa jl. Proklamasi no.51 Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 3 November 2010 pukul 15.35 wib. 20 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Sholahuddin Al- Aiyub di Kantor Komisi Fatwa jl. Proklamasi no.51 Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 3 November 2010 pukul 15.40 wib. 21 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Sholahuddin Al- Aiyub di Kantor Komisi Fatwa jl. Proklamasi no.51 Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 3 November 2010 pukul 15.40 wib. 67 Untuk DKI Jakarta contohnya, apabila berpergian ketempat umum seringkali ditemukan tulisan Dilarang Merokok atau No Smooking Area, dan secara khusus tempat-tempat umum seperti perkantoran dan pusat-pusat perbelanjaan sudah mulai menertibkan perokok dengan menyediakan ruangan khusus merokok smooking Area, bahkan tempat makan atau restoran pun sudah mulai memisahkan ruangan untuk orang-orang yang merokok dan yang tidak merokok. 68 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Seiring dengan perkembangannya media massa juga dimanfaatkan oleh berbagai macam pihak, baik pemerintah, lembaga swasta, maupun individu untuk kepentingannya masing-masing. Salah satu lembaga yang memanfaatkan media massa adalah MUI, MUI memanfaatkan media massa sebagai alat untuk mensosialisasikan fatwa-fatwanya, seperti Fatwa Merokok. MUI telah memanfaatkan media sebagai ajang sosialisasi Fatwa Merokok, hal ini terbukti pada media cetak yang memuat seputar Fatwa Merokok MUI seperti: Harian Sindo, Suara Karya, Pos Kota, Republika, Haluan, Singgalang, Padang Ekspres, Pelita, Indopos, Media Indonesia, dan Koran Tempo. Pada media online juga bisa dilihat di: Antaranews.com, Okezone.com, Kapanlagi.com, Detik.com, Vivanews.com, dan Tempointeraktif.com. 2. Secara prinsip Komisi Fatwa MUI memanfaatkan seluruh media massa dalam mensosialisasikan fatwa merokok, baik media massa tradisional seperti, media cetak dan media elektronik seperti 69 televisi, maupun media massa modern seperti internet media online. 3. Tujuan Komisi Fatwa MUI mensosialisasikan Fatwa Merokok melalui media massa adalah untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang Fatwa Merokok yang dikeluarkan oleh MUI, minimal supaya fatwa merokok diketahui oleh masyarakat secara luas, dan menyampaikan pesan kepada masyarakat bahwa merokok itu membahayakan kesehatan dan dilarang, jadi lebih baik dihindari. 4. Keberhasilan sosialisasi Fatwa Merokok melalui media massa tidak diukur dari banyaknya pemberitaan di media, melainkan bagaimana tindaklanjutnya. MUI mempunyai wewenang yang sangat terbatas, dan domainnya hanya sebatas menyampaikan Fatwa Merokok, untuk tindaklanjutnya bukan wewenang MUI, oleh karenanya untuk menindaklanjuti Fatwa Merokok, MUI mendorong pihak-pihak terkait, dan ternyata memang sudah mulai direalisasikan, seperti perda peraturan daerah yang dikeluarkan oleh Provinsi DKI Jakarta tentang larangan merokok ditempat umum, Bogor juga akan mengeluarkan peraturan yang sama. Untuk Ikatan Dokter Indonesia IDI, Fatwa Merokok akan menjadi amonisi untuk kampanye anti rokok.