Pembahasan
Pengaruh Karaktristik Individu terhadap Aktivitas Supervisi MTBS
1. Pelatihan Dari
hasil penelitian
tentang pelatihan supervisor menunjukan bahwa
mayoritas supervisor belum pernah mengikuti pelatihan 53,6 supervisor
yang melaksanakan supervisinya hanya 13,0
sedangkan yang sudah pernah
mengikuti pelatihan 46,4 supervisor yang melaksankan aktivitas supervisinya
yaitu 29,0 . Hal ini menunjukan bahwa variabel pelatihan mempunyai pengaruh
yang bermakna terhadap aktivitas supervisi pada pelaksanaan MTBS
p0,05 dengan nilai Exp sebesar 5,079.
Hasil penelitian sejalan dengan pendapat Hamalik 2005 yang
mengatakan bahwa dengan berlatih akan terjadi perubahan prilaku atau dengan
kata lain belajar dapat menuntun seseorang untuk melakukan sesuatu yang
sebelumnya tidak pernah dilakukannya atau tingkah lakunya berubah, sehingga
berubah pula caranya dalam menghadapi suatu situasimasalah.
2. Masa kerja Hasil penelitian bahwa mayoritas
supervisor memiliki masa kerja sebagai tenaga supervisor 2-3 tahun yaitu 58,0
petugas supervisor yang melaksanakan aktivitas supervisinya hanya 29,0
sedangkan yang masa kerja sebagai supervisor dibawah 2 tahun yaitu
42,0 ,
supervisor yang melaksanakan supervisi hanya 13,0
. Semakin lama masa kerja seorang menjadi tenaga
supervisor dalam menjalankan aktivitas supervisi MTBS,semakin mengetahui
tentang cara-cara melaksanakan supervisi. Hasil uji statistik menunjukan
bahwa variabel masa kerja bukan merupakan variabel yang mempengaruhi
aktivitas supervisi MTBS P0,05, berdasarkan observasi peneliti masa kerja
seorang supervisor di Dinas Kesehatan Aceh Timur tidak tetap karena sering
petugas supervisor yang sudah mendapat perlatihan baru bekerja selama tiga bulan
dimutasi ketempat lain kemudian diganti dengan tenaga supervisor baru yang
belum pernah mendapat pelatihan. 3. Pengetahuan
Hasil
penelitian menyangkut
tentang pengetahuan, supervisor menunjukan bahwa yang berpengetahuan
sedang yaitu 39,1 dan tingkat aktvitas supervisinya hanya yaitu 10,1
sedangkan yang memiliki tingkat
pengetahuannya tinggi yaitu37,7 pelaksanaan aktivitas supervisinya 26,1
.Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pengetahuan supervisor maka
aktivitas supervisi juga sering dilakukan. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan
merupakan variabel yang mempengaruhi aktivitas supervisi MTBS.Secara uji
statistik menunjukan bahwa pengetahuan ada pengaruh yang bermakna terhadap
aktivitas supervisi MTBS p0,05 dan nilai Exp sebesar 3,065.
Semakin
tinggi pengetahuan
supervisor tentang MTBS, maka semakin tinggi pula aktivitas supervisi yang
dilaksanakan oleh supervisor. Berdasarkan observasi peneliti terhadap
supervisor MTBS di Dinas Kesehatan Aceh Timur setiap petugas supervisor
hanya mendapat satu kali pelatihan tentang MTBS selama menjadi tenaga
supervisor, yang dilaksanakan oleh Unicef. Sedangkan menurut IMCI 1999
setiap tenaga supervisor harus mendapat pelatihan tentang MTBS minimal tiga
Said Hanafiah : Pengaruh Karakteristik Individu dan Sistem Imbalan Terhadap Aktivitas Supervisi Pada Pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur.
USU e-Repository © 2008.
kali selama menjadi supervisor.Dengan adanya pelatihan tentang MTBS kepada
petugas supervisor maka akan bertambah pengetahuan supervisor tentang MTBS.
Pengaruh Sistem Imbalan terhadap Aktivitas Supervisi MTBS
Sistem imbalan dimaksud sebagai pemberian salah satu bentuk penghargaan
kepada pekerja atas ”sumbangannya” kepada organisasi yang terutama
tercermin dari prestasi kerjanya. Pentingnya penilaian pekerjaan yang
rasional dan objektif dan perlu penekanan khusus.Faktor-faktor yang
perlu dipertimbangkan antara lain adalah besar kecilnya tanggung jawab
pelaksanaannya, pengetahuan atau keterampilan yang dituntut berat ringan
upaya yang harus dikerahkan dan kondisi pekerjaan yang harus dipenuhi. Siagian,
2006. 1. Tunjangan
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa masalah pemberian tunjangan
kepada petugas supervisor mayoritas pada tingkat tunjangan rendah 53,6
dan pelaksanaan supervisinya hanya 24,6
, sedangkan pada pemberian tunjangan
tinggi yaitu 46,4 petugas yang melaksanakan supervisi yaitu 17,4.
Dari hasil uji statistik menunjukan bahwa
variabel tunjangan bukan merupakan variabel yang mempengaruhi aktivitas
supervisi MTBS P0,05, berdasarkan obsevasi peneliti, Dinas Kesehatan
Kabupaten Aceh Timur tidak pernah memberi tunjangan kepada petugas
supervisor, hanya ada beberapa Puskesmas yang mengambil kebijakan
untuk memberi tunjangan kepada petugas supervisor dengan dana jasa medis
askeskin karena dipoli MTBS juga melayani balita masyarakat miskin.
2. Insentif Dari hasil penelitian tentang