Manajemen Terpadu Balita Sakit

ditimbulkan dari dilaksanakannya suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian pada suatu program dibedakan atas tiga jenis; penilaian pada tahap awal, penilaian pada tahap pelaksanaan program dan penilaian pada tahap akhir program. Sedangkan penilaian dipandang dari sudut ruang lingkup meliputi penilaian terhadap masukan, proses, keluaran dan dampak. Langkah penilaian yang pertama adalah memahami program yang akan dinilai, kemudian menentukan macam dan ruang lingkup penilaian yang akan dilakukan, menyusun rencana penilaian, melaksanakan penilaian, menarik kesimpulan dan menyusun saran-saran Azwar, 1996.

2.2. Manajemen Terpadu Balita Sakit

2.2.1. Pengertian manajemen terpadu balita sakit Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS adalah suatu formula yang dikeluarkan oleh WHO dan UNICEF pada tahun 1996 dengan tujuan utama memperbaiki kesehatan anak. Fokusnya untuk memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan pada fasilitas tingkat pelayanan dasar balai pengobatan dan pelayanan rawat jalan dengan menggunakan standar serta pendekatan yang terintegrasi untuk pelayanan kesehatan WHO dan UNICEF 2005. Sementara itu menurut WHO 2002 Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS adalah suatu strategi yang menggabungkan semua tindakan pencegahan penyakit dan masalah kesehatan selama masa kanak- kanak, gunanya untuk mendeteksi dini penyakit dan terapi yang efektif serta promosi kebiasaan hidup sehat dalam keluarga dan masyarakat. Said Hanafiah : Pengaruh Karakteristik Individu dan Sistem Imbalan Terhadap Aktivitas Supervisi Pada Pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur. USU e-Repository © 2008. Menurut WHO 2000 manajemen terpadu balita sakit merupakan suatu pendekatan terhadap balita sakit yang dilakukan secara terpadu dengan memadukan pelayanan promosi, pencegahan, serta pengobatan terhadap lima penyebab utama kematian bayi dan balita di Negara berkembang yaitu pneumonia, diare, campak, malaria dan malnutrisi. Selanjutnya WHO menyatakan bahwa ide keterpaduan ini didasari pada kenyataan di lapangan bahwa sebagian besar balita sakit sering kali menunjukkan gejalatanda klinis yang saling tumpang tindih, kadang-kadang bayi mudah menunjukkan gejala yang lebih spesifik sehingga menimbulkan kesulitan dalam menegakkan diagnosis tunggal atau melakukan pendekatan penyakit secara spesifik sehingga pengobatan menjadi rumit bahkan tidak jarang memerlukan pengobatan yang saling tumpang tindih, yang akhirnya menyebabkan biaya kesehatan yang makin besar. Di Tanzania, Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS selalu dihubungkan dengan perbaikan kualitas dan hasil pelayanan anak sakit yang lebih baik tetapi merupakan program yang sangat mahal dibandingkan dengan pelayanan rutin di tempat pelayanan kesehatan Adam et.al. 2005 2.2.2. Indikator MTBS Indikator prioritas Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS yang digunakan dalam fasilitas pelayanan dasar meliputi : keterampilan petugas kesehatan, dukungan sistem kesehatan dalam menjalankan Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS dan kepuasan ibu balita atau pendamping balita. WHO, 2001, Depkes, 2005. Said Hanafiah : Pengaruh Karakteristik Individu dan Sistem Imbalan Terhadap Aktivitas Supervisi Pada Pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur. USU e-Repository © 2008. a. Keterampilan petugas kesehatan terdiri dari : 1 Kemampuan untuk menilai : tanda bahaya yaitu batuk, diare dan demam, berat anak yang tercatat dalam kartu pertumbuhan, status imunisasi, indeks manajemen terpadu dan cara pemberian makanan pada anak di bawah dua tahun. 2 Melakukan terapi yang benar dan konseling, meliputi : menentukan pemberian antibiotik oral dan anti malaria yang benar, menentukan perlu tidaknya pemberian antibiotik. 3 Memberi nasehat kepada ibu balita jika anak sakit harus banyak minum dan makan secara terus menerus, memberikan imunisasi pada anak yang membutuhkan, memberikan penjelasan tentang bagaimana upaya rehidrasi oral, antibiotik dan anti malaria. 4 Manajemen penyakit berat pada anak dengan melakukan rujukan jika dibutuhkan. b. Dukungan sistem kesehatan untuk Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS 1 Supervisi paling tidak suatu tempat pelayanan kesehatan menerima satu kali kunjungan supervisi untuk observasi penanganan kasus dalam enam bulan terakhir. 2 Persediaan obat dan alat kesehatan, kecukupan obat untuk terapi oral ensensial, kecukupan obat injeksi dalam pertolongan sebelum dirujuk, peralatan vaksinasi yang maksimal dan kecukupan jenis vaksin. Said Hanafiah : Pengaruh Karakteristik Individu dan Sistem Imbalan Terhadap Aktivitas Supervisi Pada Pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur. USU e-Repository © 2008. 3 Cakupan pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS paling tidak ada 60 tenaga kesehatan yang bisa mengelola anak-anak dalam Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS . 2.2.3. Strategi implementasi manajemen terpadu balita sakit MTBS Menurut WHO 2003 implementasi strategi Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS di seluruh dunia mengikuti tiga komponen, yaitu : memperbaiki keterampilan petugas kesehatan lewat pembekalan tentang petunjuk Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS dan kegiatan promosi, perbaikan sistem kesehatan yang dibutuhkan untuk pengelolaan anak sakit dengan efektif serta perbaikan kesehatan keluarga dan masyarakat. Berikut ini adalah gambar tentang strategi implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS dalam Tabel 4. Tabel 4. Strategi Implementasi MTBS Memperbaiki keterampilan petugas kesehatan Penguatan system kesehatan Memperbaiki kesehatan dalam keluarga dan masyarakat Petunjuk standar operational Suplai obat esensial dan pengelolaannya Mencari pelayanan kesehatan, perbaikan nutrisi Pelatihan sebelum pelayanan dan dalam pelayanan Organisasi pada pelayanan kesehatan Pelayanan rumah dan anjuran untuk taat dalam pengobatan Evaluasi setelah pelatihan Manajemen dan supervise Melibatkan masyarakat Sumber : WHO 2003 Strategi utama dari Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS adalah pengelolaan masalah penyakit anak di negara berkembang dengan fokus penting pada pencegahan kematian anak. Strategi tersebut meliputi intervensi pada kegiatan Said Hanafiah : Pengaruh Karakteristik Individu dan Sistem Imbalan Terhadap Aktivitas Supervisi Pada Pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur. USU e-Repository © 2008. preventif dan kuratif dengan tujuan untuk memperbaiki pelayanan di sarana pelayanan kesehatan dan pelayanan rumah. Implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS juga berguna untuk memperbaiki keterampilan petugas kesehatan pada tingkat pertama pelayanan kesehatan juga termasuk kemampuan berkomunikasi dan konseling sehingga diharapkan kualitas layanan kesehatan pada anak juga dapat diperbaiki serta komunikasi yang baik pada orangtua UNICEF, 2005. Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS bukan program yang vertikal tapi merupakan strategi terpadu dalam memperbaiki kualitas layanan balita sakit di pelayanan kesehatan tingkat pertama dengan melakukan penggabungan antara penyakit diare, program ISPA, beberapa aspek dari program malaria, nutrisi serta penyakit lainnya dimana kondisi ini sangat tergantung pada efektifnya program pemberian obat esensial. Implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS merupakan gabungan antara tata laksana Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS serta pemecahan masalahnya pada tingkat distrik dan sarana pelayanan kesehatan sekitarnya, petugas kesehatan serta anggota masyarakat yang dilayani WHO dan UNICEF, 2005. 2.2.4. Manfaat strategi manajemen terpadu balita sakit MTBS Menurut WHO 1999 manfaat implementasi strategi Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS di fasilitas pelayanan rawat jalan dalam penanganan balita sakit meliputi : a. Dapat mengkombinasikan terapi untuk semua penyakit b. Memperkuat kemampuan petugas konseling Said Hanafiah : Pengaruh Karakteristik Individu dan Sistem Imbalan Terhadap Aktivitas Supervisi Pada Pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur. USU e-Repository © 2008. c. Menyediakan pelayanan preventif d. Petugas mempunyai kemampuan dalam kecepatan merujuk anak dengan penyakit berat. e. Memperbaiki kualitas pelayanan balita sakit pada tingkat, pelayanan rujukan. f. Dapat memberikan pelayanan rumah seperti perbaikan gizi dan pelayanan preventif. g. Penulisan resep pemberian obat yang baik dan tepat

2.3. Pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS